2. Beginnings

728 101 16
                                    

Sinners 2 || Beginnings

Tepat setelah panggilan telepon dengan Damar—yang ingin memastikan kalau hari ini Alessio akan kembali memulai masa koasnya—berakhir, Alessio melemparkan ponselnya sembarangan ke atas kasur.

Kembali mengusap rambutnya yang masih basah lantaran belum lama selesai mandi dan keramas menggunakan handuk kecil yang sedari tadi menggantung di lehernya. Lalu, Alessio pun beranjak mendekati lemari. Membukanya, lantas mengambil beberapa potong pakaian yang akan dia kenakan hari ini ke rumah sakit.

Setelah menutup pintu lemari kembali, Alessio kembali beranjak mendekati ranjang, menaruh semua pakaian yang tadi dia ambil dari lemari ke atas kasur, beserta handuk kecil yang ada di leher. Berlanjut melepaskan satu-satunya kain yang menutup tubuh telanjangnya sedari tadi, sehelai handuk yeng melilit di pinggangnya. Melempar handuk itu ke atas ranjang juga.

Mengabaikan suara omelan—tidak jelas—yang Alessio dengar di luar kamar, baru saja Alessio akan membungkukkan tubuhnya untuk mengambil pakaian dalamnya di atas kasur—

"—baru juga aku pula—"

Pintu kamar yang saat ini Alessio tempati tiba-tiba saja terjeblak terbuka dengan sangat kasar.

Membuat Alessio sontak menegakkan tubuhnya kembali untuk menoleh ke arah suara omelan yang tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan.

Detik itu juga, mata Alessio beradu dengan mata jernih yang pemiliknya kini berdiri mematung di ambang pintu kamar—yang terbuka lebar.

Untuk sepersekian detik, baik Alessio maupun pemilik mata jernih itu sama-sama hanya diam mematung. Terkunci satu sama lain.

Lalu, pemilik mata jernih itu—yang hanya memakai piyama tidur pendek warna putih dengan corak buah pisang, lengkap dengan sendal bulu berkepala boneka, tak lupa dengan wajah kusut khas orang yang baru saja bangun tidur, tak lupa dengan rambut panjangnya yang berantakan lantaran mencuat ke sana kemari—perlahan menurunkan pandangannya.

Matanya mendadak berhenti di satu titik. Lalu, tiba-tiba saja melotot horor. Dan detik selanjutnya, "la-la-la..." gadis itu melanjutkan kalimatnya dengan suara tergagap, "la-la—LAN JIAO (tytyd)!!!!" dan detik selanjutnya, gadis itu tiba-tiba saja menjerit histeris.

Dan jeritan histeris gadis itu sanggup membuat mata Alessio pada akhrinya mengerjap, pertanda kalau dia perlahan mulai sadar dari keterketegunannya sendiri. Bersamaan dengan gadis itu yang langsung buru-buru berlari tunggang-langgang, pergi dengan langkah ribut sembari berteriak sekencang-kencangnya.

"MAMIIII!!! ADA TUYUUUULLLLL!!!"

.

Rambut Alessio yang sebelumnya sudah tersisir rapi, kembali Alessio acak-acak sembari mengerang frustasi untuk kesekian kalinya.

Bagaimana mungkin Alessio tidak mengerang frustasi kalau teringat belum lama tadi—belum ada setengah jam lalu—seseorang baru saja melihat tubuh telanjangnya dengan sangat jelas.

Dan bodohnya, Alessio baru sadar kalau dirinya dalam keadaan telanjang sesaat setelah orang yang melihat tubuh polosnya kabur begitu saja sambil menjerit-jerit histeris. Tanpa Alessio tau dia siapa dan kenapa bisa membuka pintu kamar Alessio dengan sangat bebas.

Yah, walaupun Alessio sadar diri kalau itupun karena keteledorannya yang lupa mengunci pintu. Kendati demikian, fakta kalau tubuh polosnya baru dilihat oleh orang asing dan itu tidak lain adalah perempuan. Mampu membuat Alessio shock bukan main. Mungkin malu lebih tepatnya.

Saking malunya, Alessio bahkan ragu-ragu untuk keluar dari dalam kamar sedari tadi walaupun dia sudah berpakaian lengkap dan siap untuk berangkat ke rumah sakit.

Sinners (Season II)Where stories live. Discover now