11. Potret

481 58 19
                                    

Sinners II || 11. Potret

Gaes, kurang lebih semingguan ini mungkin updatanku ngaret, atau mungkin aku gak bakal update dulu. Aku mau pindah rumah. Jadi pasti agak repot packing di rumah lama sama bebenah di rumah baru.

Sekian.

***

"Titip Meimei, ya, Le? Nyetirnya gantian aja biar gak terlalu capek. Biar aman juga." kata Alex—Ayah dari Olivia, sembari menepuk bahu Alessio beberapa kali, sesaat sebelum Alessio ikut masuk ke dalam mobil yang akan membawanya bersama dengan Olivia menuju Jakarta.

Benar. Pada akhirnya Alessio tidak punya pilihan selain mengikuti Olivia yang ingin membawanya ke Jakarta malam ini juga.

Selain karena Alessio memang sudah kadung janji, Alessio pun tidak mungkin memberikan alasan lagi manakala melihat keluarga Olivia sudah heboh mempersiapkan segala keperluan mereka di sepanjang perjalanan, seolah mereka akan pergi jauh ke pelosok.

Dimulai dari Kai yang sudah membawa mobil yang akan membawa mereka pergi ke Jakarta ke bengkel terlebih dahulu. Untuk memastikan kondisi mobil sehat untuk dibawa pergi perjalanan jauh. Lalu Vonny yang sibuk mempersiapkan bekal makanan dan lain sebagainya, juga Alex sibuk memberikan wejangan dari semenjak makan malam mula. Tentu wejangan yang berisikan agar mereka berhati-hati selama mengemudi mengingat perjalanan yang akan mereka tempuh lumayan jauh. Bisa memakan waktu hampir enam belas jam.

Dan setelah semuanya selesai, di sinilah mereka sekarang, dimana seluruh keluarga Olivia yang ikut mengantarkan mereka menuju mobil saat mereka sudah akan berangkat. Sudah mirip seperti keluarga yang akan mengantarkan anaknya menuju medan perang. Terlebih, dengan Vonny yang berulang kali mengusap air matanya.

Iya, Alessio tau kalau semua anggota keluara ini sayang sekali pada Olivia yang notabene-nya anak bungsu. Tapi, Alessio tidak menyangka kalau mereka sesayang ini sampai melepas Olivia ke Jakarta saja sudah seperti melepas Olivia menuju luar angkasa.

Setelah perpisahan yang mengharu biru itu selesai, pada akhirnya Alessio pun masuk ke dalam mobil. Dan langsung duduk di kursi kemudi sebelum didahului Olivia yang masih sempat-sempatnya berdebat dengan Kai sesaat sebelum masuk ke dalam mobil lantaran memalak Kai untuk uang jajan.

"Loh?" Olivia yang akhirnya akhirnya menang setelah berhasil memeras Kai, langsung mengernyit bingung saat mendapati Alessio duduk di kursi kemudi. "Ngapain kamu duduk di situ?" tanyanya sewot, "kan, aku bilang kalau aku yang nyeti—"

"Nungguin kamu kelamaan. Nanti yang ada kita nyampe besok lusa," potong Alessio.

"Tap—"

"Buruan masuk," lagi, Alessio memotong dengan nada jengah. "Atau kita batalin aj—"

"JANGAN!!" seru Olivia panik. Dan lantas buru-buru masuk ke dalam mobil sebelum Alessio benar-benar merealisasikan ancamannya.

Dan tanpa mengatakan apapun lagi, Alessio langsung menjalankan mobil setelah sekilas melambaikan tangan pada keluarga Olivia di belakang.

Sebenarnya, alasan Alessio yang akhirnya memilih untuk mengemudi selain karena tidak mungkin Alessio membiarkan seorang wanita yang menyupirinya dalam perjalanan jauh, Alessio pun tidak enak pada keluarga Olivia. Sedangkan, jelas-jelas Ayah Olivia menitipkan putrinya pada Alessio.

Sekaligus, rasanya percuma kalau Alessio memilih tidur di sepanjang perjalanan saat Olivia menyetir. Karena yang pasti, Alessio tidak akan pernah bisa tidur mengingat mereka hanya berdua di dalam mobil.

Benar. Hanya berdua. Dan artinya, alarm dalam kepala Alessio terus berbunyi menandakan tanda bahaya. Karena bisa saja Alessio bertingkah konyol lagi?

Jadi, lebih baik Alessio memfokuskan mata dan pikirannya ke jalan raya ketimbang pada Olivia yang sudah duduk manis di sampingnya.

Sinners (Season II)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon