iii. think i'm guess falling love

159 5 0
                                    

Kegiatan Minggu pagi Zania hari ini cukup padat. Pagi-pagi sekali, gadis itu sudah bangun dan kini tengah mengisi sebuah tumblr di water dispenser tatkala sosok Lidya—Ibunya—memasuki area dapur. Wanita yang memakai daster itu tampak mengernyitkan kening. Keheranan sendiri sebab anak gadis satu-satunya itu sudah bangun di hari weekend ini.

"Tumben banget bangun pagi, Mbak. Lagi ada kegiatan di kampus, ya?" Lidya bertanya seraya mulai berkutat di dapur. Mengambil sisa nasi dari rice cooker untuk dibuat nasi goreng sebagai menu sarapan hari ini.

"Mau joging bentar di sekitaran komplek. Abis tuh rencananya mau ke Perpusda bareng Arin sama Alina juga. Sekalian nanti mau ke tempatnya Putra buat anterin charger laptopnya. Katanya ketinggalan pas kemarin dia pulang."

"Abang lagi sibuk banget, ya, Mbak? Minggu ini pulangnya cuma satu kali. Itupun nggak nginep."

Zania tidak langsung menjawab. Kegiatan mengisi tumblr-nya dengan air telah selesai. Gadis itu tersenyum sejenak kepada Ibunya. "Nanti aku bilangin ke Putra, deh."

"Jangan. Takutnya adekmu itu emang lagi sibuk di kafe. Ibu nggak mau ganggu."

"Nanti deh aku pikirin lagi. Udah, ya, Bu, aku berangkat dulu. Assalamualaikum!"

"Waalaikumsalam."

Zania keluar dari rumah setelah berhasil memasang sepatunya. Dia mengeluarkan ponsel terlebih dahulu seraya membuka pagar. Menyambungkan benda itu dengan airpods yang kini terpasang di kedua telinga. Setelahnya, Zania kembali mengantongi ponselnya pada saku jaket yang dipakai.

Sekadar joging di sekitar komplek perumahan pagi-pagi begini bisa membuat mood Zania menjadi baik. Juga dia merasakan keinginan untuk melakukan hal-hal produktif jadi lebih meningkat.

Sudah sekitar tiga puluh menit Zania berjalan mengelingi komplek. Kedua kakinya mulai lelah dan keringat pun perlahan bercucuran. Zania merogoh ponselnya yang masih memutar lagu dari salah satu playlist-nya di sana.

"Ah, ternyata udah lumayan jauh juga." Lantas berdecak kegirangan ketika melihat tanda angka di sana, menandakan seberapa jauh dia sudah berjalan kaki pagi ini.

Zania memutuskan untuk segera beristirahat di salah satu kursi di depan minimarket yang dia lewati. Gadis itu membuka penutup tumblr-nya lantas meneguk isinya. Tak lupa dia juga membeli beberapa snack rendah kalori di dalam minimarket tadi.

Semuanya terasa menenangkan. Dan sekilas Zania merasa kini sedang meromantisasi kehidupannya sendiri. Sampai ketika terdengar suara aduhan pelan dari arah parkiran berikut suara plastik robek. Zania mendongak dan sepersekian detik tertegun sebentar ketika mengenali seseorang di sana.

Pemuda dengan kaos hitam berikut celana pendek itu tampak memungut beberapa barang yang diduga jatuh dari kantung plastik yang robek tadi. Zania dengan terburu-buru bangkit dan segera menolong si pemuda.

Ada beberapa kaleng susu juga makanan ringan lainnya yang ikutan dipungut Zania.

"Bawa totebag, nggak? Plastiknya nggak bisa dipake lagi. Robeknya parah," beritahu Zania ketika melihat keadaan kantung plastik tadi.

"Kayaknya di bagasi motor ada." Pemuda itu tampak bangkit, dan membuka bagasi salah satu motor di sana. Dia mengembangkan senyum tipis ketika mengangkat totebag dari sana.

"Ada," ujarnya terdengar riang.

Diam-diam Zania mengulas senyum. Dia meraih totebag tersebut, lantas membantu pemuda itu memasukkan barang-barang belanjaannya. Kurang lebih beberapa detik, kegiatan itu selesai.

"Makasih, ya, Zania."

Zania tersenyum lantas mengangguk kaku. "Belanjain Kak Sabrina, ya?"

"Iya. Kebetulan juga semalem nginep di tempatnya. Suaminya lagi di luar kota gitu, dan dia lagi nggak enak badan. Makanya Papa nyuruh buat nemenin."

Mistake Our Ineffable [Completed]Where stories live. Discover now