xxvi. lunch with not comfortable

45 2 0
                                    

Zania membuka kulkas seraya menggosok-gosok rambutnya yang masih basah dengan handuk. Tangan perempuan itu meraih kotak susu full cream dan menuangkannya pada mug yang telah dia siapkan di atas counter. Setelah menyelesaikan aktivitas tersebut, Zania membawa mug berisi susu itu ke meja makan.

Di sana sudah ada sosok Putra dengan wajah masih mengantuk. Tengah menekuri ipad dengan secangkir kopi di sampingnya.

"Ke Titik Teduhnya jam berapa, nih?" Zania bertanya seraya memotong kue tar sisa party ulang tahun Kael semalam. Lantas mengunyah makanan tersebut dengan gerakan pelan.

"Abis mandi kayaknya. Gue mau ngirim pesanan gambar dulu, deadline-nya pagi ini."

"Oh."

Putra melirik presensi Zania sebentar. "Kenapa? Mau menawarkan jasa bantu-bantu lagi?"

"Enggak, deh. Gue mau ke kampus."

Anggukan yang hanya menjadi tanggapan Putra. Pemuda itu menginap semalam di rumah sehabis turut serta merayakan ulang tahun Kael. Ulang tahun yang hanya melibatkan keluarga inti dan teman-teman dekat Kael itu sukses dijalankan. Seperti tahun-tahun sebelumnya.

Setelah menghabiskan sarapan, Zania segera meninggalkan dapur. Dia harus bersiap-siap sekarang. Jam sembilan pagi, dia ada bimbingan. Setelahnya, Zania akan bertemu Mbak Audrey untuk membahas kelanjutan novelnya. Singkatnya, jadwal Zania hari ini cukup padat.

Kurang lebih satu jam, Zania sudah bersiap berangkat ke kampus. Hari ini dia mengenakan atasan berupa sweater dengan garis putih dan hitam, yang kemudian dipadukan celana baggy jeans berwarna beige. Sengaja memilih outfit yang simpel sebab dia sedang diburu waktu.

Baru saja Zania selesai memasang sepatu dan berniat memesan ojek online, sebuah pesan menghampiri ponselnya. Zania refleks mengernyitkan kening ketika mendapati nama Aksa di sana.

Aksa Bumantara
Hari ini ada agenda apa aja?

Zania Aluna
Ini baru aja mau bimbingan ke kampus. Abis itu, mau ketemu editor.

Aksa Bumantara
Abis itu kemana lagi?

Zania Aluna
Pulang kayaknya.

Aksa Bumantara
Gue lagi nemenin bos chemist di deket kampus lo.

Makan siang bareng?

Zania Aluna
Liat nanti, deh.

Aksa Bumantara
Oke.

Semangat menjalani hari :D

Zania tertegun sejenak menatap layar ponselnya. Melihat pesan terakhir Aksa itu, tiba-tiba saja mendatangkan argumen-argumen orang-orang terdekatnya mengenai dia dengan Aksa selama ini. Ucapan Arin. Pun dengan Putra juga. Zania tidak ingin percaya dan masih mengokohkan pendapat bahwa ucapan mereka itu tidak ada yang benar. Aksa sedang tidak mendekatinya.

Namun, semakin ke sini, Zania menjadi ragu. Pemuda bernama Aksa itu, bukankah terlalu sering mengajaknya bertemu?

"Oh, please! Jangan lagi." Zania menggelengkan kepala dengan kuat. Berusaha mengenyahkan pemikiran-pemikiran yang tidak perlu, dan segera memfokuskan kepalanya mengenai apa yang akan dilakukannya hari ini.

Aksa tidak mungkin menyukainya, 'kan?

_____

Mistake Our Ineffable [Completed]Where stories live. Discover now