x. thataway slow

69 4 0
                                    

"Selamat pagi! Ih, lo baru bangun, ya?"

Aksa dengan kaos hitam dan celana selutut berwarna beige tampak mengucek-ngucek mata ketika menemukan sosok Alina berdiri di depan pintu apartemennya. Rambut pemuda itu kusut dan segera menyingkirkan badan, sebuah gestur mempersilakan agar Alina segera masuk.

Dengan kantung kresek putih berisi dua kotak bubur ayam, Alina memasuki apartemen Aksa. Melepas flat shoes-nya dan mengganti sandal rumah milik Aksa yang kebesaran.

"Lo begadang semalem? Perasaan lo baliknya cepet, deh."

Aksa mengikuti pergerakan Alina yang menuju meja bar dan duduk di atas stool ketika perempuan di depannya itu kini sibuk mengeluarkan kotak bubur. Dia masih mengantuk, dan telepon panjang dari Alina sukses membangunkannya di Minggu cerah ini.

"Gue lagi ngerjain beberapa proyek dari perusahaan."

"Bahkan di hari weekend begini? Seriously?" Alina berdecak tidak habis pikir. Dengan gesit, menyodorkan satu kotak bubur ayam ke hadapan Aksa setelah mengambilkannya sendok. Tak lupa perempuan itu juga mengambil dua gelas air dari water dispenser.

"Nggak mau bikinin gue kopi aja, Na?"

Alina menggeleng tegas. "Gue liat ada beberapa paper cup kosong di atas meja ruang tengah. Dan itu bekas kopi. Enought caffein for today, Sa!"

Aksa menghela napas pasrah. Lantas meraih kotak bubur di depannya agar lebih dekat. Dan sarapan di pukul sepuluh itu pun dilakukannya, dengan Alina di depannya.

"Lo hari ini emang nggak ada kegiatan?" tanya Aksa di sela-sela aksi sarapan mereka.

"Nggak ada. Tadi gue cuma abis jalan-jalan di sekitaran apartemen lo, terus iseng mampir di sini. Eh, ternyata pas gue telpon, ketauan banget lo baru bangun. Ya udah, gue sekalian bawain sarapan aja," jawab Alina dengan detail. Membuat kedua sudut bibir Aksa melengkung.

"Lo nggak jalan sama cowok lo apa?"

Alina menggeleng. "Sibuk dia."

"Bahkan di hari Minggu begini?"

"Alfa bukan anak yang bisa hambur-hamburin waktu buat sesuatu yang dia rasa nggak guna, Sa. Hari Minggu begini dia ada jadwal kerja full time jadi kurir."

"Bukannya dia kuliah sambil nyambi kerja di tempat foto copy, ya?"

"Itu di hari Senin sampai Sabtu. Di hari Minggu dia jadi kurir full time. Tapi biasanya sering juga, kok, nyambi jadi kurir dadakan selain hari Minggu kalau emang lagi ada job dan dia lagi nggak ngapa-ngapain."

"Wow! Keren juga, ya, pacar lo."

Alina hanya tersenyum, dan tampak tidak ingin memperpanjang obrolan keduanya tentang Alfa. Tersadar sesuatu, Alina mendongak menatap Aksa yang tengah menikmati sarapannya.

"Kalau lo, ada kegiatan apa hari ini?"

"Tidur."

"Ck, nggak produktif banget."

Aksa merotasikan bola matanya. "Please, ya, Na. Gue hari Senin sampai Sabtu tuh kerja. Dan lo masih bilang Minggu gue nggak produktif?"

"Iyaaaa. Jangan kesel dulu, dong. Gue, 'kan, cuma bercanda."

Diam-diam Alina tersenyum geli ketika mendapati ada raut kesal yang sempat terpatri di wajah Aksa. Rasanya ada kepuasan sendiri mengisengi pemuda itu.

Alina menyelesaikan sarapannya terlebih dulu. Dia membawa kotak bekas buburnya ke arah wastafel, berniat ingin membuang benda tersebut di tempat sampah yang biasanya diletakkan di bawah wastafel.

Mistake Our Ineffable [Completed]Where stories live. Discover now