10. Shattered

3.4K 446 9
                                    

Han Wang Ji kaku di tempat, terduduk, semua kata-kata Xiao Wei Xian terdengar seperti cerita dalam mimpi buruk. Tidak masuk akal, namun raja tidak menemukan setitikpun kebohongan di iris keabuan itu. Tentu saja, sihir kejujuran sudah menempel di lidah, untuk apa Xiao Wei Xian menutupi fakta? Batin Wang Ji remuk tak berbentuk.

"Suamiku, kau berkunjung hari ini? Lihat bunga yang kemarin kita tanam bersama sudah mulai mekar."

"Han Wang Ji, apa kau mencintaiku? Karena aku akan mencintaimu selamanya, satu-satunya."

"Kau bertanya mengapa aku tidak pernah mengeluh rindu, hm, itu karena kau selalu bersamaku di sini, di dalam hatiku."

"Aku membuat sup teratai untukmu, semoga rasanya enak."

"Sayangku, ayo kapan-kapan kita menyelinap bersama di tengah malam! Melihat festival kembang api sebagai sepasang kekasih seperti di masa lalu. Menarik, bukan?"

"Pegang tanganku, malam ini angin istana sedikit dingin! Kau satu-satunya perapian ternyaman di tempat ini."

Potongan-potongan kenangan bersama Xiao Wei Xian melesak di kepalanya. Pening, perih, kekosongan yang pekat menyesak di dada Han Wang Ji. Benarkah semua telah menjadi mimpi kosong yang tidak akan lagi kembali? Ratunya, Xiao Weinya, sudah selamanya pergi?

Sebenarnya dia sudah mencoba bicara sejak lama, jika tempat ini tidak menerimanya.

Sebenarnya dia sudah mencoba menjelaskan, jika Han Wang Ji adalah satu-satunya alasan yang dia miliki.

Sebenarnya, apakah istrinya benar-benar bahagia?

Han Wang Ji merutuki dirinya sendiri yang begitu buruk dalam memahami. Rasanya dia ingin tenggelam, membenamkan tubuh beserta kebodohannya di dasar samudra yang gelap. Atas nama cinta, dia justru menuntun Xiao Wei Xian pada kematian. Seharusnya dia tak pernah membawanya ke istana, mereka bisa hidup bahagia sebagai sepasang pengembara.

Ada rasa nyeri di dada, menyerap sampai inti jiwa.

Sebuah tangan melingkupi ujung jari Han Wang Ji, membawanya kembali ke alam nyata.

Dia kenal betul siapa pemilik sentuhan hangat ini, namun kini dia tahu jiwa di dalam sudah tak sama lagi.

"Kau baik-baik saja? Ini surat terakhir yang ditinggalkan Xiao Wei Xian untukmu." Wajah yang begitu dia puja itu memandangnya iba, namun sorot matanya memang asing. Xiao Wei Xian mengambil selembar surat dari dalam sebuah kotak kayu kecil, yang ditemukan Han Wang Ji tempo hari.

Kekasihku,
Aku hampir tak mampu mempertahankan tenagaku,
Bahkan bintang-bintang menghianatiku, sama sekali tak ada yang di atasku, hanya di bawah, jauh di kedalaman...
Aku kini? Aku akan!
Menjelma riak di sungai kenangan...

Bersamamu,
Air mengalir!
Maafkan aku, perapian terhangat tertinggal beku
Semoga bayangan terpanggil untuk menemanimu*

Han Wang Ji hancur, anak sungai yang deras akhirnya mengalir dari matanya. Tergugu seperti seorang bayi kesakitan di peraduan. Baik Xiao Wei Xian dan tabib Xiao tidak ada yang membuka suara, memberi waktu seseorang yang kehilangan separuh jiwanya.

___

Untunglah tidak sampai satu jam, suara isakan itu mulai terdengar jarang. Han Wang Ji sadar tidak ada gunanya dia menangis berlama-lama. Saat ini yang memenuhi kepalanya justru nyala api. Memantik tekad dalam hati, mencari keadilan untuk sang kekasih.

"Maafkan aku."

Entah untuk siapa laki-laki itu meminta maaf, sembari mengusap anak air terakhir dari mata. Tubuhnya masih sedikit gemetar, namun Han Wang Ji menarik nafas panjang berusaha tegar.

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Where stories live. Discover now