21. Penolong

2.2K 337 8
                                    

Sesuai rencana, lepas matahari terbenam tabib Xiao memutuskan pergi ke kediaman penasehat agung, Li Zheng. Jiang Wanyin menjadi penjaga yang menyamar sebagai seorang dayang. Gadis itu sedikit gugup, sebab dia tak terbiasa berpura-pura. Semoga tidak ada yang akan mengajaknya bicara.

Kamar Li Zifei terletak di ujung barat. Meski tak sebesar paviliun ratu, tapi tempat ini memiliki begitu banyak bagian. Ruangan-ruangan berjajar, terpisah oleh jalan kecil, koridor, atau sepetak taman. Jika diamati lebih dekat dalam keadaan yang tak terburu, tempat tinggal tetua Li Zheng memang terlalu 'rumit' untuk dikatakan sebagai rumah biasa. Seperti menyimpan begitu banyak rahasia dibalik dindingnya.

"Silahkan masuk, tabib Xiao, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk memeriksa anak saya." Li Zheng menjura dengan hormat, senyumnya begitu teduh. Tidak akan ada yang menyangka jika dia adalah orang yang memberi perintah untuk membunuh tabib Xiao tempo hari. Begitu lama menjadi pejabat istana, membuat Li Zheng begitu pandai memainkan ekspresi.

"Tak perlu dipikirkan, aku datang hanya karena permintaan khusus anakku. Anda pasti punya lebih banyak pekerjaan untuk diselesaikan, saya akan melakukan tugas saya lalu segera pergi."

Sebuah keluh kecil lolos dari nafas Li Zheng. Belakangan ini raja memang memberinya pekerjaan yang sangat amat banyak, seperti tak akan habis meski dia bekerja seharian sekalipun. Tapi sebagai tokoh panutan tentu pantang bagi Li Zheng menolak titah raja.

"Baiklah, terimakasih atas pengertian anda! Semua pelayan yang ada disini akan bersiaga untuk memenuhi kebutuhan tabib agung. Dengan berat hati saya undur diri."

"Hm, aku tidak suka bekerja diantara orang asing! Suruh mereka berjaga di luar, hanya aku dan pembantu kecilku ini yang boleh masuk!"

Meski sedikit heran, namun Li Zheng tak sampai curiga. Memeriksa pasien secara pribadi memang hal yang wajar bagi seorang tabib. Mereka biasa melakukannya karena butuh konsentrasi ekstra ketika melakukan diagnosa.

"Sesuai permintaan tabib agung, semua keluar!" Baik Li Zheng dan semua pelayan keluar dari tempat itu. Kini tertinggal tabib Xiao dan Jiang Wanyin, serta Li Zifei yang tergolek lemah di balik dinding lukis pembatas ruangan.

___

Li Zifei tampak menyedihkan. Seluruh tubuhnya membengkak, bagian yang tidak tertutup pakaian terlihat memerah, yang lebih menyedihkan sekujur dahi, leher, dan telinga gadis itu bahkan telah menghitam. Untunglah mukanya masih sedikit bisa dikenali, sebab matanya masih sedikit normal.

Tabib yang memeriksa Li Zifei sebelumnya menyalakan dupa beraroma Pinus, mungkin bertujuan mengurangi rasa gatal. Tapi mereka lupa jika dilakukan terlalu lama hal ini juga dapat meningkatkan suhu dalam ruangan. Semakin panas, maka rasa sakit yang dirasakan Li Zifei juga semakin parah karena keringat.

"Tenanglah, anda akan segera sembuh." Ujar tabib Xiao tanpa ekspresi, melihat mata memelas Li Zifei yang memandang ke arahnya. Gadis itu bahkan terlalu lemah untuk bicara, hanya bisa berkomunikasi dengan mata. Li Zifei berkedip dua kali tanda mengerti.

Mengingat gadis ini juga berperan menghancurkan mental anaknya, tabib Xiao tak bisa simpati, hanya bersopansantun. Begitupun Jiang Wanyin, dia justru merasa beruntung salah satu ulat bulu itu ternyata beracun. Kini Li Zifei harus merasakan sedikit penderitaan yang pantas dia terima.

"Tapi anda harus membuat janji dengan jaminan kehidupan anda, untuk menjawab pertanyaan saya!" Kali ini Li Zifei terbelalak, janji kehidupan dengan seorang penyihir sama saja menyerahkan hidup sepenuhnya. Jika mengingkari janji maka kematian akan datang sebagai balasan. Apa yang diinginkan tabib Xiao darinya, mungkinkah?

"Anda benar, saya sudah tahu anda selama ini berniat mencelakai anak saya. Kalian tidak berpikir saya benar-benar bodoh, bukan? Sekarang pilihan ada di tangan anda, bersedia atau menolak."

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Where stories live. Discover now