39. Teman Lama

2K 190 16
                                    

Aroma lilin dari cawan bersepuh emas memenuhi seluruh ruangan. Udara memadat dalam wewangian yang menenangkan. Masih ada, suara percikan air bertahan di sela lantai kayu. Juga warna pekat malam yang memanggil para serangga berkumpul menyenandung lagu.

Namun sepasang tubuh yang tadinya bertanggungjawab atas hancurnya tatanan estetika dalam ruangan itu kini tak lagi ada disana.

Ternyata mereka sudah berpindah di tepi teras belakang, memandang bulan sembari merasai hangat yang datang dari sebuah pelukan. Tak ada selembar kain pun membatasi tubuh keduanya, hanya sebuah selimut besar yang menyatukan. Kain tebal lembut dan hangat yang melindungi keduanya dari kabut malam.

"Wang Ji, apa kau pernah mendengar seorang bernama Plato?"

"Hm?"

Dia terkikik.

"Ah, maaf, harusnya nama itu memang tak ada di dunia ini."

"Siapa itu?"

"Seorang pemikir dari Yunani, entah dimana itu akupun kurang tahu. Tapi seseorang pernah berkata Plato adalah orangtua konyol yang menganggap segala kesempurnaan hanya ada dalam dunia ide, dalam bayangan."

"Siapa?"

"Plato."

"Seseorang."

"Ah, kau juga pasti sudah menebaknya, Wang Yibo."

Melihat suaminya tak bereaksi, Xiao Wei Xian memilih melanjutkan cerita.

"Menurutnya, Plato sangat menyedihkan karena tidak menemukan kesempurnaan apapun selama dia hidup. Padahal kesempurnaan bisa datang dalam bentuk yang sangat sederhana, seperti saat ini misalnya, ketika kau menemukan seseorang yang memelukmu erat hingga meniadakan dingin malam. Bukankah itu sempurna? Sempurna dan abadi berbeda, kita bisa berkali-kali merasakan kesempurnaan meski tidak lama."

"Aku tidak menyangka kau menyukai hal rumit seperti memikirkan definisi." Wang Ji sedikit beranjak demi menemukan wajah kekasihnya, dan mencubit sepotong pipi yang merona.

Xiao Wei Xian tertawa kecil, menampakkan dua buah gigi depan yang tak berdosa.

"Kadang-kadang Yibo yang menyukai hal-hal semacam itu, kau kan tahu aku hanya sibuk memikirkan cara bertahan hidup. Hampir semua jenis pekerjaan pernah kucoba, menjadi penjaga toko, kurir, kuli, sampai penagih hutang. Entah kenapa aku tiba-tiba ingat masa lalu. Mungkin karena dibandingkan saat itu, sekarang aku sedang merasa sempurna."

Xiao Wei Xian mendadak menunduk menyadari wajahnya sudah memerah, malu oleh kata-kata dari mulutnya sendiri. Padahal biasanya dia adalah makhluk absurd tak tahu malu.

"Ah, maksudku, ya... Begitulah!" Lanjutnya sedikit tergagap.

Han Wang Ji masih diam, tenang, sembari pelan memilin ujung rambut kekasihnya yang masih setengah basah.

"Entah mengapa aku merasa telah mencurimu dari seseorang."

"Cemburu, yang mulia?"

"Bukan, aku tidak berhak! Dia lebih dulu ada dan mengisi hatimu, aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah kenyataan."

Xiao Wei Xian membuang sehela nafas, kemudian menoleh.

"Wang Ji, dengan atau tanpamu aku dan Yibo tetap akan berpisah, semua hanya masalah waktu."

"Tapi kau adalah kesempurnaan baginya."

"Kesempurnaan bukan keabadian, aku yakin dia akan sembuh cepat atau lambat. Yang ada tetap bertahan, dan yang hilang harus direlakan. Hanya saja, sering ketika tiba-tiba mengingatnya aku sungguh berharap dia sedang berbahagia."

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Where stories live. Discover now