38. Kembali

1.4K 200 7
                                    

Sebuah lentera kayu kecil nan rapuh bergerak-gerak tertiup angin malam. Cahayanya yang redup meliuk enggan, seperti menyalahkan gelap yang membuatnya tak kunjung padam. Lentera itu tergantung di bagian depan kereta, dengan seorang kusir lusuh duduk disampingnya.

"Berhenti!"

Mendengar sebuah suara meninggi dari arah depan, sang kusir menarik tali kekang untuk menahan gerak kaki kuda. Terdengar cicit tuas berderit panjang saat kereta itu berhenti.

"Untuk apa kau masuk ke istana selarut ini? Tunjukkan identitas dan keperluanmu!"

"Ah, tuan penjaga gerbang, tolong ampuni saya yang bodoh ini! Saya hanya kusir miskin yang mengantarkan pesanan. Sebenarnya, ini bahkan pertama kalinya saya masuk ke istana!"

"Pesanan apa maksudmu?" Seorang penjaga lain maju, membuat kusir kurus dengan wajah lusuh penuh debu itu dikelilingi tiga orang penjaga saat ini.

Namun bukannya gentar, laki-laki yang terlihat rapuh itu justru dengan santai melambaikan tangan.

"Kemarilah, mendekatlah, ini masalah cukup pribadi, saaaangat rahasia, jadi saya akan mengatakannya pelan-pelan!"

Terpantik oleh rasa penasaran, ketiga penjaga itu mendekatkan tubuh secara otomatis. Si kusir lusuh tersenyum kecil sebelum mulai bicara.

"Kalian lihat plat ini?" Tanyanya, sembari mengeluarkan sebuah plat berwarna keemasan dari balik kantong baju.

Melihat barang yang dimaksud, ketiga mata penjaga itu terbelalak karena terkejut.

"Ini...!"

"Sst, jangan keras-keras! Kalian benar, ini adalah plat perintah raja. Aku harus mengantarkan 'pesanan khusus' yang diinginkan langsung oleh yang mulia!"

"Benarkah?"

"Tuan..., mana mungkin saya berani berbohong untuk masalah seperti ini! Gila, saya bisa kehilangan kepala! Jika masih tak percaya, silahkan anda periksa isi kereta saya!" Si kusir berseru, namun masih memakai nada bisikan. Matanya membulat, terlihat tak terima. Dia turun dari kuda, berdiri sambil mengarahkan jari telunjuk ke arah badan kereta.

Lagi-lagi ketiga penjaga itu menurut begitu saja, mereka mendekati pintu kereta dan membukanya dengan hati-hati.

Seketika tiga pasang netra laki-laki lajang itu terkesima. Disana mereka melihat seorang gadis bercadar tipis yang sangat cantik duduk dengan anggun. Dia memeluk sebuah guzheng kayu berukir bunga-bunga. Gadis itu tidak berbicara apapun, namun dari busana indah dan wewangian yang menyebar dari tubuhnya, ketiga penjaga itu yakin mereka sedang berhadapan dengan seniman penghibur kelas atas.

Gadis itu menoleh, dengan gerakan yang sangat indah. Pelan mata bulatnya berkedip, kemudian sedikit menunduk sebagai tanda sopan santun.

Merasa malu, salah satu dari para penjaga segera menutup kembali pintu kereta dengan kikuk. Seumur hidup baru kali ini mereka melihat gadis yang sangat cantik, dengan pakaian indah dari jarak dekat. Raja Han bukanlah seorang laki-laki yang suka mengumpulkan dayang dan selir-selir cantik, jadi melihat pemandangan seperti ini adalah peristiwa langka. Tentu saja karena raja bukan laki biasa, dia terkenal sangat setia pada ratu 'laki-lakinya'.

"Maafkan kami, tapi bukankah raja sangat setia pada yang mulia ratu?"

Mendengar pertanyaan itu sang kusir hanya mengangkat bahu, tak peduli. "Entahlah, kita tidak pernah dan tidak perlu tahu urusan pribadi keluarga kerajaan, bukan? Ayo cepat buka gerbangnya, saya bisa rugi besar jika terlambat!"

"Ah, baik-baik, masuklah!"

Sang kusir lusuh tersenyum kecil. Segera dia jalankan kereta kembali setelah gerbang terbuka.

Don't Marry Her [S1 End - S2 Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang