ZB

1.6K 70 0
                                    

Sejak kemarin Distria dan Evan harus sering terjaga ditengah malam, mau bagaimana lagi mereka harus dengan rela menjalaninya karena buah hati mereka, Adzana sedang demam. Putrinya itu sering menangis dan rewel, wajar sebenanrnya jika seorang anak kecil akan seperti itu. Saat ini Evan sedang menggendong putrinya yang sedang menangis sementara Distria menyiapkan obat di dapur. Sejauh ini mereka memilih mengurus putrinya berdua saja tanpa bantuan baby sitter. Pembantu rumah tangga pun mereka pekerjaan hanya sampai sore saja tidak menginap. Jadi mereka berdua harus sering membagi tugas entah itu dalam pekerjaan rumah atau mengurus Adzana.

Distria sering kali bersyukur merasakan keadaannya sekarang. Ia merasa begitu dicintai oleh Evan, diman lelaki itu nyatanya sudah jauh berubah dari Evan yang ia kenal dulu. Suaminya kini berubah menjadi sosok yang dewasa dan pengertian, yang beruntungnya lagi tidak pernah menuntut dirinya secara berlebihan.

Distri berjalan menuju kamar mereka sambil membawa nampan berisi obat-obatan.

"Pah, sini biar Adzana minum obat dulu"

Belakangan ini mereka berdua sepakat untuk mengubah panggilan mereka. Awalnya mereka merasa sedikit geli karena terbiasa memanggil dengan nama satu sama lain. Tapi jika dipikir-pikir mereka tidak bisa melakukan itu kedepannya, putrinya akan makin tumbuh dan paham keadaan. Jadi mereka sepakat untuk tidak memanggil dengan nama jika sedang ada putrinya.

Adzana sudah berusia hampir empat tahun yang secara tidak langsung sudah mampu menangkap obrolan mereka. Pernah saat itu Distria keceplosan memanggil Evan dengan namanya di depan Adzana, lalu putrinya tiba-tiba ikut memanggil papanya dengan nama asli. Hal tersebut tentu saja tidak ingin ia ulangi lagi.

Evan berjalan menuju ke arahnya sementara Distria bersiap menyuapkan obat ke putrinya.

"Minum obat dulu ya sayangnya mama papa, biar cepet sembuh yaa" bisik Distria sembari menyuapkan obat yang mana putrinya malah tambah menangis.

Setelah selesai minum obat dengan sedikit drama, Distria mengambil alih putrinya untuk ia gendong sembari berusaha untuk menidurkannya. Jujur sebenarnya ia juga merasa sangat mengantuk tapi mau bagaimana lagi, ia tidak tega jika Evan harus menidurkan putrinya karena besok suaminya itu harus masuk sift pagi.

"Kamu cepetan tidur aja Van, besok masuk pagi loh kamu" ucap Distria sambil menidurkan putrinya.

Evan berjalan menuju ranjang, "Nunggu Adzana biar tidur dulu aja, biar bisa ngeloni kamu"

Distria memutar bola matanya, tingkah mesum suaminya itu masih saja terus berlanjut. Ya walaupun kadang ia senang juga. "Males ah ntar kamu aneh-aneh"

"Yaampun suudzon banget sama suami"

Tak berselang lama Adzana mulai terlelap dan Distria menidurkannya diranjang sambil masih mengusap-usap putrinya. Lalu ia juga ikut membaringkan diri dan Evan langsung memeluknya dari belakang.

"Lusa kamu jadi pelatihan Van?"

Sudah sejak kemarin-kemarin Evan memberitahunya jika ia diharuskan mengikuti pelatihan yang diadakan rumah sakit tempatnya bekerja selama seminggu dan bertempat di luar kota. Distria juga pasti mengiyakan apalagi ini terkait dengan pekerjaan suaminya. Ya walaupun mereka harus tanpa bertemu selama seminggu kedepan.

"Iya, kenapa kamu nggak rela ya?" Tanya Evan sambil tertawa.

"Dih kamu kali yang ga rela. Aku mah ga masalah ldr sebulan juga"

Mendengar hal itu Evan mencubit pipinya. "Sok-sokan kaya gitu. Dulu siapa yang telfon sambil nangis gara-gara kangen pas aku pelatihan tahun lalu? Ga inget?"

Distria terbahak namun kemudian membungkam bibirnya mengingat putrinya sudah terlelap.

Apa yang dikatan Evan memang benar. Tahun lalu Evan juga mengikuti pelatihan namun sedikit lebih lama dari pelatihan tahun ini. Dua minggu tanpa bertemu nyatanya membuat Distria cukup frustasi. Padahal saat itu ia sengaja menginap di rumah mamanya agar tak merasa kesepian sekaligus ada yang membantunya menjaga Adzana. Namun baru beberapa hari ditinggal pelatihan suaminya ia merasa ada yang kurang hingga ia terpaksa harus menangis saat Evan menelfon. Nyatanya kejahilan Evan juga membuatnya merasa ketagihan.

Keping RasaWhere stories live. Discover now