K

11.5K 649 2
                                    

Besok adalah hari pernikahan Zaka dan sampai sekarang Distria masih bimbang antara datang atau tidak. Ia takut jika tak sanggup melihat mantannya itu berada di pelaminan, walaupun ia sudah mencoba untuk ihklas. Tapi jika ia tak datang ia tak mau dicap jika Zaka adalah segalanya untuknya.
"Kenapa Dis?"

"Besok Zaka nikah, enaknya dateng nggak ya Van?" Mereka sedang berada di jalan setelah menyempatkan diri untuk makan malam kali ini.

"Terserah sih, kalo kamu dateng silahkan nggak ya silahkan" jawab Evan enteng hingga Distria mendelik.

"Kamu ih" cebiknya kesal sedangkan Evan terkekeh geli dengan gadisnya itu.

"Berdamai dengan masa lalu kayaknya boleh juga lo Dis, aku mau kok nemenin kamu"

"Siapa juga yang mau ditemenin kamu, jangan ge-er deh"

Evan terbahak lalu mengacak rambut Distria, "Yaudah deh kamu berangkat sendiri aja, aku juga males nemenin kutilang kayak kamu. Secara aku kan ganteng"

Sontak, Evan merasakan lengannya yang dipukul pukul oleh gadis disampingnya itu dengan keras "Kebiasaan deh, ih. Awas aja kalo aku kecantol cowok lain, nyebelin"

"Becanda kali Dis, sensi amat. Aku bakal temenin deh. Kalau perlu aku temenin naik pelaminan sekaligus"

"Oh iya Dis, bokap nyokap mau dateng ke rumah kamu minggu depan, gimana?" Imbuh Evan setelah ia ingat akan hal itu.

Distria menatap Evan horor, "Kamu yakin nggak kecepetan Van?"

"Aku udah bilang kan aku nggak bakal ngelepas kamu gitu aja setelah bertahun tahun?"

"Yaudah deh, aku bilang orang rumah dulu"

***

Datang ke acara nikahan mantan mungkin bagi sebagian orang adalah hal yang kurang penting. Toh, juga sudah menjadi mantan. Satu lagi alasan yang membuat mereka enggan datang, karena mereka tak ada pasangan. Malu dong ya datang ke acara nikahan mantan sendirian.

Tapi Distria memilih datang kali ini, ia ingin menunjukkan pada Zaka bahwa dia bisa hidup tanpanya dan baik baik saja. Malam ini ia mengenakan kebaya kutu baru berwarna biru tua dengan setelan rok batik selutut dipadu dengan wedgesnya. Disampingnya Evan juga tampak lebih tampan dengan kemeja batiknya dengan warna yang senada dengan kemejanya.

Dengan tekad bulat ia melangkahkan kaki naik ke podium untuk menyalami pengantin. Zaka nampak sedikit terkejut dengan kedatangannya.

"Selamat ya Zak, semoga langgeng"

Zaka mengangguk, "Makasih ya Dis, cepet nyusul"

Oke, Distria memang harus menghembuskan nafas berkali kali untuk menghadapi ini sampai sebuah tangan yang kokoh menggenggamnya dengan erat. Ya Tuhan, bahkan ia sempat lupa jika sedari tadi ada Evan dibelakangnya.
Turun dari podium tangan Evan berpindah ke pinggangnya lalu menuju ke area makanan.

"Mau apa Van?"

Evan tampak melirik masakan di depannya lebih dulu, "Apa ajadeh, terserah kamu. Aku cari tempat ya"

Setelah menunggu di meja, akhirnya Distria datang membawakannya nasi goreng capcay dan baso. Lalu Distria duduk di depannya.

"Kamu masih nggak doyan sayur?" Tanya Evan melihat Distria yang menyisih nyisihkan sayuran yang tercampur dengan makanannya.

"Kamu merhatiin aku banget ya dari dulu?"

Evan tampak tak menanggapi ucapannya, "Banyakin makan sayur deh Dis, kasian badan kamu kurus kerempeng kayak gitu"

"Mulai deh nyebelinnya"

Evan tergelak, ia sangat suka melihat Distria merajuk seperti ini, "Sayur itu bagus buat badan Dis, kamu harus belajar makan sayur" jelasnya sambil mengambil sayuran di piring Distria untuk di pindahkan ke piringnya.

"Masalahnya aku bisa mual kalau makan sayur Pak Dokter, apalagi yang rasanya pahit pahit itu"

"Gini Ibu, kalau ibu mau subur Ibu harus perbanyak makan sayur dan buah. Jadi badan Ibu bisa jauh lebih segar daripada ini awww sakit Dis" Evan mengusap lengannya yang kena cubit dari Distria yang terasa sangat sakit itu.

"Kamu sih malu tau di denger orang, disini tuh banyak temen sekantorku. Jangan mulai ngedrama deh"

"Dasar kutilang darat, heran deh sakit banget nyubitnya"

"Stop deh Van, jangan mulai ngledekin aku disini. Ih nyebelin"
***

Distria baru saja duduk di kubikelnya tapi ia sudah dikejutkan oleh Cici yang tampak heboh itu menghampirinya dan duduk di depannya hingga membuatnya mengernyit heran.

"Lo kenapa deh Ci?"

Cici enggan menanggapinya malah bertanya balik, "Gimana perasaan lo Dis, kondangan di kawinan mantan masa depan"

"Ck. Apaan sih lo nggak penting banget" Distria mulai menghidupkan komputernya bercermin mengamati lipstiknya yang berwarna nude.

"Jangan jangan kalian putus gara gara salah satu diantara kalian ada yang selingkuh ya?"

Distria masih diam tak bergeming,

"Kalian putus terus Zaka nikah. Nah waktu nikahan lo dateng sama Pak Dokter. Lo nggak mau dianggep kalah kan Dis?"

Telapak tangan Distria untuk memegang dahi Cici, mencoba memeriksanya apakah tekanannya cukup panas hingga membuat temannya berfikir yang tidak tidak. "Nggak panas sih,Ci"

Cici segera menggelepak tangan Distria yang masih bertengger di dahinya,"Gue nggak sakit geblek. Gue cuma mau nanya masalah hati elo"

"Ci, gini ya intinya sekarang gue sama Zaka udah punya kehidupan masing masing. Pokoknya ada sebab. Pliss lo jangan bahas masalah yang ngebawa bawa nama gue sama Zaka ya, nggak enak di dengernya" pinta Distria memandang lekat Cici yang nampak lesu mendengarnya. Lalu kepalanya mengangguk pelan,

"Lo yang kuat ya Dis, gue doain semoga Dokter itu jodoh lo"

Distria tersenyum menanggapi temannya itu, "Makasih ya Ci, lo perhatian sama gue. Gue juga doain elo semoga cepet ketemu jodoh"

***

Pendek dulu ya hari ini

SeeU,

Keping RasaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora