M

11.5K 706 4
                                    

Menikah bukan lah sebuah hal yang bisa dijadikan main main. Menikah punya arti dan tujuan khusus. Maka dari itu pernikahan juga disebut sebagai peristiwa sakral yang tentu saja ingin dilalui Distria sekali seumur hidup. Tapi sungguh, menikah dengan Evan tak pernah ia bayangkan. Pria itu terlalu jenaka untuk di ajak membangun sebuah rumah tangga yang sakral itu. Terlepas dari lelaki itu yang tak pernah marah, ia tetap saja takut jika semua tidak berjalan dengan baik. Ia takut jika Evan hanya bercanda. Itu yang ia takutkan sampai sekarang.

Distria turun dari mobil lalu mulai masuk ke rumah sakit menuju ruangan Evan, ruangan itu tampak sedikit terbuka dan ia yakin jika Evan sedang tak bicara sendirian. Terbukti ada sesosok lain di ruangan itu. Distria ragu untuk masuk, tapi ia juga bingung harus menunggu di mana. Lalu ia di kejutkan dengan Evan yang membukakan pintu begitu saja.

"Saya harap kamu nggak lagi seperti ini, bersikaplah profesional" ucap Evan dengan tegas lalu di susul seorang perawat yang keluar dari ruangannya dan Distria ingat jika perawat itu ialah perawat yang sama dengan yang ia temui dulu saat pertama kali datang menemui Evan disini. Tak lama, Evan baru menyadari jika Distria ada disini. Terbukti dari keterkejutan pria itu yang menatap Distria, sedangkan Distria masih memandangi perawat yang mulai menjauh itu.

"Dis?" Distria terlonjak dari tempatnya lalu menengok ke arah Evan yang masih menggunakan jas dokternya, "Sejak kapan kamu disini? Kenapa nggak langsung masuk?"
Evan menggiring Distria untuk masuk setelah menutup pintu.

"Aku pikir tadi ada tamu. Itu tadi siapa?" Tanyanya setelah duduk di kursi sedangkan Evan bersandar di meja sampingnya.

Sambil bersedekap Evan menjawab, "Perawat disini"

"Ck. Aku juga tau dia perawat. Maksudku dia siapa kamu? Aku sempet denger tadi kamu kayak sekilas ngusir dia dari ruangan ini"

"Kepo banget sih kamu" ujar Evan sambil mengacak rambut calon istrinya itu. "Ada apa kamu dateng kesini?"

"Yaudah aku pulang deh, nggak seneng banget deh aku kesini. Atau aku ganggu kamu sama perawat tadi? Iyakan? Kamu mau ngelakuin hal yang enggak enggak kan sama dia?" Cecar Distria yang membuat Evan mengerutkan kening dengan sikapnya.

"Ngomong apasih kamu. Aku suka kamu disini, negatif mulu sama aku"

Bibir Distria masih mengerucut, entah mengapa melihat fakta bahwa Evan bersama perawat yang cantik itu membuatnya sedikit kesal,hanya sedikit saja, "Aku pulang deh" Distria mulai berdiri dari kursi dan berjalan memunggungi Evan.

Melihat itu Evan segera bergegas mendekatinya lalu merengkuh wanita itu dari belakang hingga membuatnya sedikit terkejut dengan Evan yang tiba tiba memeluknya.

"Dia itu perawat yang suka sama aku" bisik Evan ditelinganya sembari mengetatkan pelukan. "Nggak nanya" sahut Distria ketus hingga Evan terkekeh lalu mencium pucuk kepalanya.

"Kamu kayak lagi cemburu tau Dis, Oke. Kamu ada keperluan apa sampai rela datang ke sini hmm?" Evan masih berbisik di telinganya sedangkan jari jari pria itu mulai mengelus perut ratanya hingga membuatnya mendesis.

"I-itu hari ini jadwal kita ketemu sama wedding planner, shh Van" Distria tak mampu menahannya saat Evan mecium lehernya dengan sensual. Evan pun hanya bergumam menanggapi. Berada di dekat Distria memang membuat nya susah untuk mengontrol keinginannya untuk menyentuh wanita itu,sejak dulu.
Dan lihatlah sekarang, pria itu sudah mengendus pundak Distria yang terpampang karna ia sudah menurunkan kemeja Distria hingga bahunya terlihat. Distria memejamkan mata rapat rapat dan tangannya meremas lengan Evan yang masih bertengger di pundaknya, "Ashh Van" desahnya saat pria itu berhasil menghisap pundaknya yang terasa sedikit perih, ia yakin akan muncul tanda setelah itu. Tangan Evan mulai mengelus pahanya yang tertutup celana jeans. Lalu pria itu membalik badannya hingga mereka berhadapan dan tanpa aba aba pria itu mengangkatnya. Sambil mencium bibir Distria, Evan membaringkannya di kasur tempatnya memeriksa pasien hingga sekarang ia menindih tubuh distria. Bibirnya mulai turun lagi ke leher Distria yang sangat harum itu. Tidak ada yang bisa di fikirkannya sekarang ini kecuali tubuh Distria yang ada di bawahnya.

Ketukan di pintu membuat mereka berdua seolah ditarik kembali ke alam sadar hingga Evan berhasil menjauhkan diri dari tubuh Distria yang tampak berantakan karna ulahnya lalu mengusap wajahnya kasar. Bagaimana ia bisa lepas kendali dan parahnya ini sedang di rumah sakit. Distria ikut bangun disampingnya. Evan menarik kepalanya lalu mengecup keningnya lalu berdiri untuk membukakan pintu sedangkan ia tak tau harus begaimana setelah mengingat apa yang baru saja dilakukannya dengan Evan, bahkan ia juga membalasnya.

***

"Oke jadi karna kita sudah booking ballroomnya, kalian cuma tinggal fitting gaun. Selebihnya kalian tidak perlu lagi turun langsung karna kami yang akan menanggungnya, mungkin kami hanya akan meminta perstujuan kalian saja" jelas Mbak Ola, karyawan dari wedding planner yang mereka sewa.

Memang, setelah dari rumah sakit tadi mereka langsung bergegas menemui Mbak Ola. Mereka memilih menggunakan jasa wedding planner karna usulan dari kedua orang tua mereka, pasalnya mereka berdua juga sama sibuknya.

"Oke Mbak, untuk fittingnya kapan nih Mbak?" Tanya Distria.

Mbak Ola tampak melihat buku catatannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Mungkin besuk lusa, nanti saya kabari kalau ada perubahan jadwal" Ditria dan Evan pun mengangguk lalu Mbak Ola memilih untuk undur diri karena harus menemui klien yang lain. Kini hanya tinggal mereka berdua yang duduk di meja kafe ini.

"Van"

"Hmm" gumam Evan masih sambil fokus dengan gadgetnya. Sedari tadi ia hanya diam saja sehingga membuat Distria sedikit kebingungan. "Van!"

"Ck. Apa sih Dis"

Distria mendekati Evan yang masih tak acuh itu sambil memicing, "Kamu kenapa sih Van? Diem mulu"

Namun pertanyaan itu hanya mendapat gumaman untuk menanggapi hingga membuat Distria cukup kesal, "Bodo! Aku pulang ah" jelas saja ucapan itu membuat Evan bernafas gusar lalu meletakkan gadgetnya di meja, "Aku lagi nahan gejolak Dis, tolong ngertiin" bisiknya.

"Gejolak apa?" Tanya Distria heran hingga membuat Evan berdecak. "Astaga, kamu ihh. Mesum!" Teriak Distria setelah ia paham apa yang di maksud 'gejolak' oleh Evan. Pantas saja sejak keluar dari rumah sakit Evan menjadi pendiam.

"Udah deh diem aja, kamu juga ngapain sih nggak nolak" gerutu Evan hingga membuat Distria terbahak bahak.

Distria berdiri lalu menyambar tas nya hendak pulang, lalu mendekati Evan terlebih dahulu yang memandanginya dengan kening berkerut. Ia menunduk lalu mendekatkan bibirnya di telinga Evan sambil tangannya menyentuh dada Evan dengan seduktif. "Yuk,pulang" setelah membisikkan itu di telingan Evan yang di sertai kecupan, ia berlalu begitu saja hingga membuat Evan menggeram.

"Awas kamu Dis"

***

Agak mature ya disini.

SeeU,

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang