ZA'

19.7K 765 16
                                    

Membawa dua nyawa pergi kemana saja memang bukan hal yang bisa dikatakan gampang. Tapi di balik susahnya itu, ada berjuta kebahagiaan dan harapan. Begitu pun yang dirasakan Distria saat hamil. Ia memang sedikit kesusahan semenjak perutnya yang membesar di usia usia kehamilan yang mulai tua. Tapi di sisi lain ia bahagia, apalagi jika mengingat fakta jika sebentar lagi ia akan menyandang status sebagai seorang ibu. Ah, rasanya ia tak sabar mendengar buah hatinya memanggilnya bunda.

Tak urung hanya begitu saja. Ada sosok lain yang begitu bahagia merasakan kehamilan Distria, siapa lagi kalau bukan Evan. Si pembuat onar yang berhasil membuat istrinya berbadan dua.
Distria sudah berbaring di rumah sakit karna sejak tadi pagi ia merasa perutnya yang kram, namun mengingat usia kandungannya yang memang sudah memasuki usia sembilan bulan, ia dan Evan yakin jika Distria akan segera melahirkan buah hati mereka dalam waktu dekat. Distria sendiri tak bisa memejamkan matanya, ia hanya merintih kesakitan tiap kali terasa sakit yang lebih terasa. Ia memang memilih bersalin dengab normal agar ia benar benar merasakan proses demi prosesnya. Jadi ia harus menguatkan diri beserta hati karna dokter baru menjelaskan jika bukaannya masih satu.

Evan sendiri tetap setia menemani istrinya yang terbaring itu. Sejujurnya ia juga tak tega melihat Distria yang kerap kali merintih kesakitan itu. Ia sudah menyarankan agar memilih caesar saja, tapi Distria menolak mentah mentah. Alhasil ia hanya bisa menguatkan istrinya seperti ini.

"Bertahan ya,Sayang. Anak kita sebentar lagi bakal lahir. Kamu pasti jadi ibu yang hebat banget"

Seolah tak mendengar bujuk rayu suaminya, Distria masih meringis menahan sakit, "Van,sakit..."

Evan paham dan ingat jika dirinya juga seorang dokter, tapi melihat istri yang dicintainya merintih kesakitan seperti ini membuat otaknya seakan buntu dan tak paham apa apa. Yang ia lakukan hanya memencet tombol di dekar ranjang berkali kali, agar dokter yang menangani persalinan Distria segera datang. Dan ia bisa sedikit lega karna tak lama, dokter yang menangani istrinya datang. Tentu saja ia juga mengenal dokter itu, hanya saja karna suasana sedang seperti ini Evan lebih memilih untuk menyemangati istrinya saja.

"Van kamu ganti perlengkapan, ini sudah bukaan lengkap" jelas dokter pada Evan yang masih tampak bingung, "Kamu yang nemani istri kamu kan?"

Evan pun hanya mengangguk dan segera bergegas untuk melengkapi tubuhnya dengan perlengkapan khusus jika ia ingin menemani istrinya dalam proses persalinan. Ia buru buru kembali setelah semua siap dan melihat raut wajah kesakitan Distria, membuatnya merasa sakit juga. Ia memutuskan mendekat dan menggenggam tangan istrinya.

"Kamu cakar atau pukul aku Dis,seenggaknya aku bisa ngrasain sakit juga"

Selanjutnya Evan terus merapalkan segala doa yang ia hafal, sembari tangannya terus menggenggam erat tangan istrinya. Ia terkesiap mendengar teriakan tertahan dari istrinya, disertai suara suster yang terus meminta istrinya mengejan itu. Ia begitu merasa bodoh, ia seorang dokter tapi saat ini malah keringat dingin yang keluar dari tubuhnya, tak berani membayangkan betapa sulitnya Distria berjuang.

"Sedikit lagi, ayo sekali lagi"

Tubuh Evan menegang begitu mendengar suara tangisan seorang bayi. Badannya gemetar dengan keringat yang makin bertambah, terlebih saat ia melihat buah hatinya dengan mata kepalanya sendiri.

"Segera di adzani, Van" jelas sang dokter.

Evan mendekat dan memandangi putrinya itu, dan segera mengadzani, berharap jika putrinya nanti menjadi seorang wanita yang solehah dan luar biasa. Suara Evan tampak ikut bergetar seiring menatap buah hatinya yang masih memerah itu.

"Dok, pasien nggak sadar" jelas salah satu perawat yang bisa ditangkap dengan jelas maknanya oleh Evan. Bagaimana ia begitu acuh pada istrinya yang berhasil melahirkan nyawa baru diantara mereka? Dan jantungnya kembali berpacu saat ia mendapati Distria yang tergeletak dengan mata terpejam.

***

Satu tahun bukan waktu yang bisa dikatakan singkat. Tapi satu tahun sudah hidup Evan berubah semenjak Adzana, putri kesayangannya lahir ke dunia. Sebisa mungkin ia menjauhi hal hal buruk yang dulu masih sempat dilakoninya. Ia juga berusaha agar pulang tepat waktu, ia begitu mudah terbawa rindu bahkan hanya karena memandang foto putrinya itu.

Sekarang ini ia sedang bermain dengan putrinya di ruang depan tv, ia terpaksa harus menuruti keinginan putrinya untuk bermain boneka barbie dan Evan merasa lucu akan hal itu. Ia akan sangat patuh terhadap sosok yang begitu merubah hidupnya dan separuh nyawanya. Distria dan Adzana.

Ia tersenyum memandangi foto pernikahannya yang ia pasang di atas tv sejak setahun lalu. Ia begitu bangga mempersunting Distria, terlebih sejak peristiwa lahirnya Adzana. Ia berkali lipat lebih mencintai dan menyayangi Distria, meski pun itu sulit ia ucapkan dengan kata kata.

Setidaknya ia sangat bersyukur masih diberi kesempatan untuk membahagiakan istrinya. Setahun lalu ia sempat ketar ketir mendapati istrinya tak sadarkan diri setelah melahirkan. Bahkan air matanya menjadi saksi bagaimana takutnya Evan saat itu. Yang ia syukuri ia bisa melihat istrinya ketika ia bangun dan akan terlelap,ditambah malaikat kecilnya.

"Van sarapan udah siap" teriak Distria dari lantai bawah yang dapat ditangkap telingan Evan.

"Yuk sayang kita sarapan dulu, iya bonekanya dibawa nggak papa" Evan mulai menggendong putrinya menuruni tangga. Dan begitu turun, ia tersenyum melihat Distria disana.

Evan meletakkan Adzana di kursi kusus buah hatinya lalu memeluk istrinya dari belakang yang sedang menyiapkan makanan Adzana. "Terimakasih" bisiknya.

"Hmm"

"Lepasin dulu ih, Van"

Evan terkekeh lalu melepas pelukannya dan begitu istrinya berbalik dan menghadapnya, ia mengecup bibir istrinya dan berlalu untuk duduk di samping Adzana. Distria tak heran jika Evan selalu melakukan ini. Dulu memang ia sempat heran ketika pertama kali Evan melakukan ini,tapi seiring berjalannya waktu ia pun mulai terbiasa.

Keluarga kecil yang berbahagia. Akhirnya itu bisa dirasakan mereka. Tak perlu segala sesuatu hal yang muluk muluk, seperti ini saja mereka bahagia yang diluar batas. Cinta selalu semerbak ketika mereka bersama. Dan semoga cinta juga menguatkan mereka untuk selamanya.

...

Sekian...
Mohon vote dan komennya juga yaa ..

Keping RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang