N

11.2K 699 4
                                    

Hari terus berganti seiring bergantinya malam menjadi pagi. Sekuat apapun ingin memberhentikan waktu, namun itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan. Manusia hanya bisa menjalani.
Tak terasa seminggu lagi Distria akan melepas masa lajangnya bersama dokter mesum itu. Mereka berdua akan bertemu karna mulai besuk Distria akan di pingit. Mengikuti adat yang berlaku di keluarganya. Sebenarnya Evan menolak hal itu secara terang terangan, tapi orangtua mereka lebih menang jika harus melawannya.

Distria turun dari lantai dua saat mendengar suara mobil Evan. Benar saja, lelaki itu sudah duduk di sofanya sambil mengobrol dengan Putra yang nampak asyik.

"Yuk,Van"

Evan mengikutinya berdiri, "Pergi dulu ya Bang, Distria aman kok sama gue"

Putra berdecak lalu ikut berdiri mengantarkan mereka berdua sampai depan pintu "Jangan malem malem mulanginnya, lo musti sabar nunggu seminggu lagi"

Evan tertawa mendengar guyonan dari calon kakak iparnya lalu mulai membukakan pintu mobil untuk Distria yang nampak cantik dengan balutan dress tanpa lengannya. Lalu ia mengitari mobil untuk naik ke kursi kemudi. Disepanjang perjalanan mereka berbicara tentang banyak hal bahkan rencana mereka setelah menikah dengan tersirat. Sesuai keinginan Evan dulu, setelah menikah mereka berdua akan pindah dan menempati rumah Evan yang barusaja selesai di renovasi sedikit sesuai keinginan Distria.

Mereka turun ke sebuah rumah makan yang tampak cukup ramai dengan tangan yang saling menggenggam. Lalu duduk di dekat kolam.

"Tumben kamu cantik" usil Evan dengan menatap calon istrinya. Tapi bukannya tersipu, Distria malah memutar bola matanya, "Oh, jadi biasanya aku nggak cantik?" Sewotnya.

"Emang enggak kan?" Evan tertawa setelah mendapat tatapan tajam dari Distria. Lalu memutuskan untuk memakan hidangan yang tersedia. Setelah ini mereka mempunyai agenda menonton film, karna setelah memutuskan untuk bersama mereka sama sekali belum nonton film berdua.

Mereka berdua duduk di kursi tunggu setelah berhasil membeli tiket dengan antrean yang cukup panjang. Evan tampak fokus dengan gadgetnya sementara Distria hanya memandang orang yang berlalu lalang di depannya. Asyik melamun,ia sampai tak sadar saat seseorang berjalan kearahnya.

"Distria?"

Mendengar namanya disebut, ia sedikit terlonjak lalu mendongak untuk melihat siapa yang memanggilnya. Sedikit mengerutkan kening hingga ia tersadar lalu ikut berdiri, "Siska?" Tanyanya antusias.

Melihat orang di depannya mengangguk, Distria memeluknya senang. "Lama banget nggak ketemu, kemana aja" tanya Distria setelah melepaskan pelukan.

"Gue baru pulang dari Malaysia, ada kontrak kerja disana" Siska tampak melirik ke seseorang yang duduk di dekat Distria lalu bertanya agak lirih "Itu Evan kan?"

Mendadak kikuk, Distria mendekat ke arah Evan lalu sedikit menowelnya, "Van, ada Siska nih"

"Mmm hai Van?" Sapa Siska hingga membuat lelaki itu berdiri sebelum mengulurkan tangan untuk saling berjabat.

"Hai Sis, sendiri aja nih?" Tanyanya basa basi. Siska mengangguk kaku lalu seperti menyadari sesuatu ia baru menyuarakannya, "Kalian?" Tantanya menggantung.

Distria bingung hendak menjawab bagaimana lalu tiba tiba ia merasakan Evan merangkul bahunya sambil berkata "Seminggu lagi kita nikah, lo dateng aja. Banyak tempat kosong buat lo kok" lalu diiringi kekehan dari Evan.

***

Mereka barusaja keluar dari parkiran tempat mereka menonton tadi setelah Evan terus terusan mengejeknya karena Distria yang menangis ikut baper karena film yang mereka tonton.

"Jangan ngambek dong Dis, besuk kita bakal kangen kangenan masa aku nggak kamu manjain dulu"

Distria hanya melengos begitu saja, ia tak marah. Hanya saja ia merasa sebal karna tingkah usil Evan.

"Van?"
Merasa Distria memanggil namanya dengan lembut membuat Evan percaya diri bahwa Distria memaafkannya, "Nggak tahan kan marah sama aku?"

Enggan menanggapi keusilan Evan yang lain, "Kamu inget kan Siska?" Tanya Distria menggantung.

"Dia kan temen sekelas kita juga, ya aku inget"

Ia mendesah lirih dengan bahu melorot "Kamu tau nggak kalau dia dulu suka sama kamu,Van?"

"Tau"

Distria sedikit terkejut dengan jawaban Evan yang mengatakan bahwa ia mengetahuinya. Seingatnya dulu Evan masa bodoh dengan perempuan yang suka padanya, termasuk Siska. Bahkan dulu Siska pernah bercerita kepadanya dengan linangan air mata karna Evan yang tak peka.

"Nggak usah kaget gitu, aku kan emang banyak yang naksir Dis"

"Dia makin cantik ya Van?" Lirihnya hingga membuat Evan menaikkan sebelah alisnya. Lalu Evan mengangguk begitu saja sedangkan Distria merasa lebih tak nyaman.

"Aku jadi bingung" gumamnya yang tentu saja masih bisa di dengar Evan. Evan tak menanggapi, menunggu Distria melanjutkan ucapannya.

"Dia dulu pernah cerita sama aku soal kamu sampe nangis Van, aku ngerasa nggak enak karna tiba tiba nikah sama kamu,"

Evan memberhentikan mobilnya saat sudah tiba didepan rumah Distria yang nampak sepi lalu memutar badannya hingga menatap Distria yang tampak kebingungan itu. Ia menarik tangan Distria lalu mengusapnya lembut. "Itukan dulu Dis, nggak usahlah mikirin ap-"

"Tapi aku lihat kalau dia masih suka sama kamu tadi Van" potong Distria dengan menatap Evan yang juga sedang menatapnya di tempat temaram ini.

Evan menangkup kedua pipinya, "Tapi aku cuma mau kamu Dis, itu yang perlu kamu tau. Kamu nggak perlu peduli dengan omongan mereka,aku yang kala jagain mereka" Distria masih diam ditempatnya sambil menatap Evan dengan menggigit bibir bawahnya, "Aku nggak mau malam kita kali ini kita berdebat, aku mau buat kenangan indah sebelum kita dilarang satu minggu buat nggak ketemu"

"Van, ak-" belum sempat menyelesaikan ucapanyya tapi Evan malah mengecup bibirnya disertai dengan lumatan kecil.

Setelah menjauhkan bibirnya dari bibir Distria, Evan menempelkan kening mereka berdua hingga mereka merasakan hembusan nafas satu sama lain. Mereka sama sama diam tak melakukan pergerakan apapun lalu dengan sedikit terburu buru, Evan menarik tubuh Distria ke pelukannya sambil mengecup puncak kepalanya.

"Aku takut khilaf kalau lihat bibir kamu terus Dis" bisik Evan dengan agak serak hingga membuat Distria bergidik ngeri mendengarnya.

***

See U,
Tolong vote dan komennya untuk penulis amatiran kayak aku ini ya.

Keping RasaWhere stories live. Discover now