BAB 3

10 5 0
                                    

Kini Jefri dan Prianka duduk di ruang guru dengan kepala mereka yang menunduk.

Di depan mereka ada guru konseling-Bu Denise-yang sedang berkacak pinggang dengan wajah yang merah penuh amarah.

Beni si satpam yang kini berdiri di samping Bu Denise hanya bisa menampilkan wajah puas karena sudah menangkap basah kedua remaja yang tengah membuat masalah.

"Saya bisa jelasin Bu-" ujar Prianka memulai, namun langsung terpotong dengan suara Bu Denise yang mengisi seluruh ruangan.

"Kalian berdua tau kan kalo rooftop itu daerah yang gak boleh dinaiki oleh siswa dan siswi kecuali ada instruksi?" Tanya Bu Denise.

Jefri dan Prianka hanya bisa mengangguk.

"Ya, kalo tau kenapa kalian keatas? Terlepas kalian ingin cari angin, pacaran, ataupun belajar, tetep aja kalo daerah rooftop itu gak boleh dinaiki," lanjut Bu Denise dengan tegas.

"Lagian alasannya apa sih, Bu?" Pertanyaan yang dilontarkan Jefri membuat Prianka memukul lengannya dan melototinya seakan-akan berkata 'gak usah memperburuk keadaan'.

Bu Denise menghela nafas, lalu mengusap kasar wajahnya.

"Kami hanya tidak mau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Denger ya, kalian di sekolah ini bayar, kalo kalian melanggar aturan dan mendapatkan sanksi yang rugi siapa? Kalian tentu saja."

Hening. Tidak ada yang berani berbicara.

"Ya sudah. Kalian berdua besok bersihkan seluruh lapangan taman asrama," ujar Bu Denise.

Prianka hanya mengangguk, sedangkan Jefri membulatkan matanya.

"Bu-"

Omongan Jefri terpotong saat Prianka bangkit, dan berkata, "baik, Bu. Saya dan Jefri siap menerima sanksi."

Bu Denise tersenyum puas lalu, menyuruh mereka keluar, dan kembali ke asrama.

"Bu, tolong jangan kasih tau Bunda saya, ya?" Ucap Jefri memohon.

Bu Denise tidak mengindahkan kata-kata Jefri. Ia sempat ingin berbicara lagi, namun tangannya ditarik oleh Prianka keluar dari ruang guru.

✧⁠◝◜⁠✧


"Dari mana aja lu?" Tanya Carel saat Jefri baru saja memasuki asrama.

Jefri langsung melempar tubuhnya ke ranjang dan berkata, "abis di ceramahin si Denise."

Tawa Carel menggelegar hingga membangunkan Arkan, namun dengan cepat lelaki dengan rambut buzzcut itu meminta maaf kepada Arkan dan menyuruhnya kembali tidur.

Jefri berdecak.

"Tapi kok bisa lu kena sama Bu Denise, emangnya lu bikin perkara apa, ngerokok?" Tanya Carel penasaran.

Jefri menggelengkan kepala. "Disangka pacaran di atas rooftop, padahal gw cuma nyari angin doang. Untung aja kepergoknya hari ini kalo minggu lalu bisa abis gw sama dia."

"Terlepas lu ngelanggar aturan yang udah jelas tertulis, gw penasaran siapa cewe yang di rooftop sama lu? Prianka, ya?" Tebak Carel, namun tidak menerima jawaban dari Jefri.

"Gw anggep diem lu itu adalah iya. Iyakan, Je?" Goda Carel.

"Berisik lu, Rel, tidur sana," jawab Jefri dengan kesal sambil menutupi wajahnya dengan guling, rona merah di pipinya tidak bisa berbohong kalau yang dikatakan Carel adalah fakta.

Ketika Carel meletakkan ponselnya di atas nakas dan pergi tidur. Jefri mengambil ponsel miliknya, kemudian menulis pesan ke nomer Prianka yang dulu ia anggurkan.

Prianka

Prianka udah tidur?


Maaf ini siapa?

Tebak siapa?

Gak jelas
Gw block ya.

Ehh, jangan
ini Jefri save back yaa


Ohh Jepri ternyata
Ya udah sana tidur
Besok sekolah

Iyaa Anka

Anka?
Jelek amat panggilannya

Orangnya cakep gitu
mana ada jelek

Stop godain gw
Udah malem juga

Nyenyenye

Awas ya masih manggil gw Anka
Abis lu

IYA
BUSET DEH
Lu aja manggil gw Jepri
Read

Zona Teman Donde viven las historias. Descúbrelo ahora