BAB 11

4 4 0
                                    

Penilaian akhir semester pun tiba. Jefri yang niatnya tidak ingin belajar jadi mendapatkan motivasi karena Prianka mendorongnya untuk belajar.

Walaupun kelas mereka berbeda tingkat, namun itu tidak menghalangi mereka untuk belajar bersama tiap malam lewat video call.

Teman-temannya pun heran dengan sikapnya belakangan ini, bahkan saat dua hari sebelum ujian dimulai, Carel mengajak Jefri dan Reno untuk main playstation di tempat rental, namun tidak disangka Jefri menolak tawaran lelaki itu dan malah ikut belajar bersama Arkan di asrama.

Ketika penilaian akhir semester telah usai, semua anak-anak mendapatkan secarik kertas yang berisi daftar nilai ujian mereka masing-masing.

Jika nilai mereka ditulis dengan tinta merah mereka harus mengikuti remedial, sedangkan kalau nilai mereka ditulis dengan tinta hitam maka mereka tidak wajib atau tidak harus mengikuti remedial.

Jefri dan teman-temannya duduk bersama di kafetaria, masing-masing memegang daftar nilai mereka.

"Ok, hitungan ketiga kita buka bareng-bareng," ucap Reno dengan tegang.

"Here goes nothing. Satu, dua, tiga."

Setelah Arkan selesai berhitung, semua membuka kertas masing-masing dengan ekspresi yang berbeda-beda.

Reno dengan wajah kecewa, Mikaela dengan wajah senang, Arkan dengan wajah puas, Carel dengan wajah frustasi, Annelis dengan wajah lega, dan Jefri dengan wajah terkejut.

"I-ini beneran nilai gw?" Ucap Jefri tidak percaya.

"Coba liat sini, Je," ujar Carel langsung merebut kertas yang ada di tangan Jefri.

"HAH?! SEJAK KAPAN NILAI LU AMAN, JE?" Pekik Reno di sebelah Carel yang melihat nilai Jefri tidak ada sama sekali yang merah.

"Rekor dong, seorang Jefri Kristiano gak remedial," ucap Jefri dengan angkuh.

"Belajar tuh dari niat sendiri bukan karena perempuan," sindir Carel.

"Biarin yang penting gak ada yang di bawah KKM," ledek Jefri sambil menjulurkan lidahnya kepada lelaki berambut buzz cut itu.

"Kamu dapet berapa, by?" Tanya Mikaela kepada Reno yang memotong keributan di antara Carel dan Jefri.

"Liat nih. Masa dari tigabelas mata pelajaran, aku remed sepuluh mata pelajaran," keluh Reno.

"Lu masih mending, Ren, gw remed semua," sahut Carel.

"Kamu gimana, yang?" Tanya Arkan kepada kekasihnya.

"Cuma remed tiga mata pelajaran doang, kamu gimana?"

"Arkan gak usah ditanya, An. Dia pasti di atas KKM semua," cibir Jefri. Dan Arkan hanya membalasnya dengan tawa tak berdosa.

"Makanya belajar. Kan gw udah bilang jangan main PS," sindir Arkan.

"Yee, malah nyindir gw lu," cetus Reno dan Carel serentak.

"Mik, aman?" Tanya Jefri.

"Yah, aman sih gak ada yang remed tapi kebanyakan pas KKM semua."

Reno menghela nafas kasar, "Hadeh, hari-hari remedial."

✧⁠◝◜⁠✧

Setelah mereka semua melaksanakan remedial, guru-guru mengumumkan kalau liburan akhir semester akan datang, namun sebelum hal itu terjadi, sekolah ingin mengadakan suatu acara yang bernama pagelaran.

Pagelaran adalah sebuah pertunjukan karya seni seperti tarian, wayang, busana, musik modern, teater, drama musikal, dan lain sebagainya.

Setiap kelas sudah diwanti-wanti dari sebulan yang lalu untuk berdikusi seni apa yang akan ditampilkan oleh kelas masing-masing.

Kelas Jefri akan menampilkan seni musik dan ia sendiri tidak ada niatan untuk ikut.

Namun saat Jefri sedang bersantai di ranjang, grup chat kelasnya ribut karena tangan gitaris mereka terkena luka bakar, lalu Jefri ditunjuk oleh ketua kelasnya sebagai gitaris dadakan.

"Masalahnya bukan gw gak bisa main, tapi ini tuh dadakan banget, mana pagelaran dua hari lagi," keluh Jefri kepada gadis yang kini berada dalam layar ponselnya.

"Gw yakin lu pasti bisa. Judul lagunya apa? Perfect?"

"Nah iya, dan gw gak tau sama sekali sama kuncinya. Ini aja gw sambil ngapalin," ujar Jefri sambil menunjukkan gitar pinjaman dari teman sekelasnya.

"Ngomong-ngomong tema kelas lu apa?"

"Drama musikal."

Jefri mangut-mangut. "Oh iya. Lu mau gak gw mainin gitar," tawarnya dengan cengiran di bibirnya.

Prianka menguap. "Lagu apa?"

"Lucky by Jason Mraz, gimana?"

Prianka berdeham. "Boleh deh," ucap gadis itu sambil membenarkan posisi tidurnya.

Ketika Jefri memainkan gitarnya dan bernyanyi untuk Prianka, rasanya seperti di antara awan-awan yang akan membawanya ke alam mimpi.

Melodi yang begitu merdu dan lembut menghiasi gendang telinga gadis itu. Saat Jefri fokus memainkan gitarnya, perlahan mata Prianka terpejam.

Sesaat lagunya telah usai Jefri melihat ke layar ponselnya dan tersenyum.

"Good night, Anka, gw matiin ya," ucap Jefri dengan lembut, kemudian mematikan video call tersebut.

Zona Teman Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon