BAB 24

5 4 0
                                    

Ketika Prianka turun dari taksi online, ia menghela nafas. Sudah lama Prianka tidak menginjakan kaki di sini semenjak dirinya duduk di bangku kelas 12.

Annelis melangkahkan kakinya lebih dulu, lalu memencet bel.

Pintu pun terbuka, menampilkan Chandra dengan pakaian yang sama seperti pagi tadi saat mereka sarapan bersama di kafetaria.

Chandra membuka pintu lebar-lebar, mempersilakan mereka berdua masuk.

"Lu pada cepet banget nyampenya, yang lain aja kayanya masih nyantai."

"Lebih baik kecepatan daripada terlambat kan?" ujar Annelis.

Chandra terkekeh. "Lu gak berubah ternyata ya, An. Oh ya, duduk dulu sambil nunggu yang lain. Sorry gw belom siapin apa-apa, gw gak nyangka bakal ada yang dateng secepet ini."

Ketika Chandra melenggang pergi kearah dapur, Prianka menarik lengan Annelis untuk mendekat.

"An, gw minta sama lu, jangan ngelakuin hal yang bikin lu nyesel dikemudian hari."

Annelis berdecak. "Iya, iya, enggak. Lu tenang aja, gw serahin semua sama lu."

Waktu pun berlalu. Satu persatu teman-teman mereka datang, mulai dari Elena, Pandu, Zacky, Batara, dan yang terakhir Reynald.

"ANNELIS? Gw pikir lu gak bakal dateng," seru Reynald, langsung menyodorkan kepalan tangannya di depan Annelis.

Annelis menabrakkan kepalan tangan mereka, lalu berkata, "Yah, sayangnya gw gak bisa melewatkan hal yang seru," ujar gadis itu diam-diam melirik Elena dan Zacky yang duduk bersebelahan di sofa.

Reynald hanya bisa memberikan Annelis tatapan bingung.

"An." Suara itu berasal dari Batara, lelaki itu memberikan anggukan pada Annelis.

"Tara," ujar Annelis dengan wajah datar, membalas anggukan lelaki itu.

"AYO DONG MANA YANG BARU JADIAN INI? Katanya mau traktir," cibir Pandu mencairkan suasana.

Prianka memutar bola matanya. "Iya, iya. Ayo sini ngantri pada mau apa."

Akhirnya mereka semua memesan makanan masing-masing.

Pandu mendapatkan empat biji risol mayo—lelaki itu terkejut dengan tindakan Prianka, namun Pandu tidak protes sama sekali.

Zacky dan Elena mendapatkan pizza satu loyang di bagi dua, Chandra mendapatkan corndog, Reynald dan Batara mendapatkan kebab, dan Annelis mendapatkan es krim boba.

"Nih, Prianka. Pie susunya," ujar Pandu menyodorkan empat biji pie susu bali yang Prianka inginkan.

"Makasih, Ndu. Untung lu bawa empat kalo bawanya tetep dua, gw bakal ambil risol mayo lu," gurau Prianka dengan cengiran.

"Yee, sialan."

"Ekhm, aduh tenggorokan gw seret. Ini gak ada yang mau refill es tehnya apa?" ucap Zacky sambil menyentuh tenggorokannya.

"Di gelas lu aja masih ada," cibir Elena.

Chandra mencemoh. "Iya dah, nih gw isi," ucap lelaki itu, kemudian bangkit dari duduknya, melenggang pergi kearah dapur sambil membawa teko besar.

"Ada yang bawa rokok gak?" Tanya Elena.

"NGEROKOKNYA DI LUAR YA," pekik Chandra dari dapur.

"IYA–eh thank you, Ky." Setelah mendapatkan rokoknya Elena pergi ke halaman belakang.

Zacky mengikuti gadis itu, menyalakan rokoknya juga.

Prianka mengamati gerak-gerik mereka. Kalau dilihat-lihat, Zacky dan Elena terlihat seperti teman pada umumnya, berbeda dengan di restoran tempo lalu.

Zona Teman Where stories live. Discover now