BAB 26

7 4 0
                                    

Ketika Jefri kembali ke sekolah ia tidak bisa menemukan kekasihnya.

Sudah ia cari kemana-mana, namun
hasilnya nihil, pesannya pun tidak dibalas.

Jefri menatap nanar langit-langit asramanya. Hari ini ia benar-benar sendirian.

Semua temannya kini sedang berada di rumah masing-masing, kamar asrama yang biasanya ramai jadi sangat sunyi tanpa suara teriakkan Carel, omelan Arkan, umpatan Reno.

Shalona, Annelis, dan Mikaela pun ikut kembali ke rumah masing-masing. Ia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.

Ting!

Jefri bangkit dari ranjangnya dan dengan cepat mengambil ponselnya dari nakas. Saat ponselnya menyala benar saja dugaannya, Prianka membalas pesannya.

Anka

Haloo ayanggg
aku udah sampe sekolahan

Kamu di mana?

12.00 PM

Jejee, maaf baru bales
Aku lagi di rooftop, sinii
12.30 PM

KAMU NGAPAIN?

KAN UDAH DI KUNCI GIMANA CARANYA?

Ada deh, udah buru sini

Dengan cepat Jefri langsung meluncur ke tangga rooftop dan benar saja tangga itu sudah tidak terkunci, Ia tidak percaya gadisnya bisa naik keatas secara diam-diam.

Jefri pun sampai di atas dan menemukan Prianka yang duduk memunggunginya, dengan satu batang rokok di jari jemari gadis itu.

Jefri berdeham. "Sendirian aja, Kak."

Prianka menengok kebelakang. "Lu manggil gw 'Kak' sekali lagi, gw jatohin kebawah."

Jefri tertawa, lalu perlahan menghampiri Prianka dan duduk di samping gadis itu. Saat ia duduk, Prianka menyodorkan satu bungkus rokok yang isinya tinggal satu batang beserta korek api.

Dengan senang hati Jefri menerimanya.

"Aku kira kamu berhenti ngerokok," ucap Jefri sambil menyalakan ujung rokoknya.

Prianka mengangkat bahunya.

"Pasti ada yang lagi kamu pikirin ya?"

Prianka menghela nafas, lalu menyandarkan kepalanya di pundak Jefri.

"Aku kepikiran gimana kalo nanti aku udah lulus, kamu masih ada di sini, terus nanti kamu kepincut sama cewe yang lebih daripada aku."

Jefri menggedikkan bahunya dan berdecak. "Kamu mah ngomongnya."

Prianka tertawa terbahak-bahak. "Bercanda," kemudian gadis itu melihat raut wajah Jefri berubah.

"Kamu marah?"

"Enggak," ucap Jefri dengan ketus.

"Itu marah. Sayang jangan marah, nanti aku beliin boba," gurau Prianka sambil memeluk lengan Jefri.

Prianka bisa melihat ujung bibir Jefri terangkat sedikit.

"Cie, cie, senyum," goda Prianka sambil menoel pipi kekasihnya, namun pertahanan Jefri sangat kuat.

Jefri masih enggan melihat kearah kekasihnya.

"Sini," ucap Prianka sambil mengambil dahi Jefri untuk menoleh kearahnya.

Jefri akhirnya menyerah, ia menengok dan menatap gadisnya lekat-lekat.

Prianka yang tadinya bersandar di bahu Jefri, kini sedikit menjauh karena wajah mereka begitu dekat sampai gadis itu bisa merasakan hangatnya nafas kekasihnya.

Prianka berdeham, lalu kembali menghisap rokoknya dan menghembuskannya ke udara.

"Kamu jangan ngomong kaya gitu lagi," ucap Jefri dengan wajah datar.

Prianka menatap kearah Jefri. "Iya, aku minta maaf."

Jefri mengambil tangan gadisnya. "Aku memang gak bisa janji apa-apa sama kamu, tapi aku bisa berusaha mempertahankan hubungan ini. Selama kita ada untuk satu sama lain, kita hadapi semuanya bareng-bareng. Kamu percaya kan sama aku?"

Perlahan Prianka mengangguk. "Aku percaya sama kamu."

"Kunci hubungan itu adalah kepercayaan. Kalau kita saling percaya, gak akan ada yang perlu ditakutin lagi," ujar Jefri mengambil rambut Prianka dan menaruhnya di belakang telinga gadis itu.

"Sebulan lagi kita bakal ujian nih," ucap Prianka dengan nada tidak bersemangat.

Jefri mengernyit. "Loh, kamu bukanya pendalaman materi dulu?"

"Itu mah udah selesai."

"Kamu kok gak bilang sama aku?"

"Lah, guru kurikulumnya kan udah ngumumin pas kita apel pertama masuk setelah libur."

"Masa sih?"

"Hmm, ketahuan nih gak dengerin guru, kamu pasti pas baris bercanda kan?" Tuduh Prianka sambil memicingkan matanya.

Jefri berdecak. "Cepet banget sih kamu bentar lagi lulus," ujarnya sambil bersedekap.

Prianka menyikuti perut Jefri. "Cie, bentar lagi kelas 12. Selamat menderita."

Jefri mendelik kearah gadisnya. Dan Prianka hanya bisa tertawa.

Hari mulai pun sore, Prianka dan Jefri memutuskan untuk turun dari rooftop.

Ketika mereka sudah berada di bawah, diam-diam Prianka kembali mengunci tangga, lalu mereka menggendap-endap memasuki ruang penyimpanan kunci, dan menggembalikan kunci tangga itu kembali seperti semula.

Jefri dan Prianka keluar dari ruang penyimpanan kunci sambil tertawa kecil, lalu berjalan kearah taman asrama.

"Kamu gimana bisa buka ruangan itu?" Tanya Jefri sambil berbisik, kemudian Prianka mengeluarkan sesuatu dari kantungnya yang terlihat seperti penjepit kertas.

"Sebenernya udah lamaaku mau ngelakuin ini, cuma aku nyari waktu yang pas aja."

Zona Teman حيث تعيش القصص. اكتشف الآن