BAB 28

3 3 0
                                    

"Gimana kalo semuanya gak berhasil?" Tanya Prianka yang kini bersandar di bahu Jefri.

"Kamu overthinking terus, jangan ngomong gitu ah," ujar Jefri sambil mengelus tangan Prianka.

"Jefri."

"Kenapa, sayang?"

"Sama aku terus ya? Bisa?"

Jefri hendak mengatakan sesuatu, namun ia urungkan.

Jefri tidak bisa memberikan janji apapun kepada Prianka, ia tidak mau kalau semua janji yang keluar dari mulutnya itu akan berakhir menjadi janji kosong.

Jefri menghela nafas. "Kita gak ada yang tau kedepannya, Prianka. Dan aku kan juga udah pernah bilang kan, kalo aku gak bisa ngasih janji apapun sama kamu."

"Kamu nanti kuliah dimana?" Tanya Prianka dengan lirih.

"Hmm, aku belom pasti mau di mana. Sekarang mah aku realistis aja, kalo UI kamu tau otak aku gak bakal nyampe."

Jefri melirik Prianka. Wajah gadis itu masih murung, ia tahu pasti Prianka sekarang sedang bergulat dengan pikirannya sendiri.

"Hey, ayo ke asrama. Udah mau sore," ujar Jefri perlahan bangkit dari duduknya.

Prianka yang masih duduk mengulurkan tangannya keatas.

"Bangunin."

Jefri mengulas senyuman dan berdecak. "Dasar manja," cibirnya sambil menarik tangan gadis itu hingga berdiri.

Prianka terkekeh, lalu tanpa aba-aba mengecup pipi Jefri dan pergi mengambil handuk kimono yang terletak di kursi dekat ruang ganti.

Jefri menyentuh pipi kanannya. Mengapa wajahnya terasa begitu panas sekarang?

Prianka pun kembali kehadapannya. Jefri bisa melihat ada rona merah di pipi gadis itu, lalu dengan kikuk menarik tangannya hingga mereka keluar dari area kolam renang.

"Apaan tadi?" Tanya Jefri saat mereka berjalan kearah gedung asrama.

"Apa?" Tanya Prianka dengan ketus

"Dih, balik lagi gengsinya."

Ketika mereka sampai di gerbang asrama masing-masing, Jefri dan Prianka saling melambaikan tangan. Saat Prianka masuk kedalam, ia pun melakukan hal yang sama.

Jefri berjalan kearah tangga dengan senyum sumringah di wajahnya.

Ia masih memikirkan kecupan yang diberikan Prianka di pipi kanannya.

"Ngapa lu senyam-senyum?" Tanya Carel saat melihat Jefri yang masuk kedalam kamar asrama.

Senyum Jefri memudar. "Kepo lu."

Reno berdeham. "Siapa yang selama ulangan bete?"

"Hmm, siapa ya? Coba gw tebak...Ah pasti inisialnya Jefri ya kan?" Seru Carel.

"Udah baikkan lu sama Prianka?" Tanya Reno dengan nada meledek.

"Siapa yang bilang gw berantem?"

"HALAH! Gerak-gerik lu itu template, Je. Kalo lagi bete pasti karena Prianka atau gak karena Anka."

"Heh, gak ada yang boleh manggil Prianka pake sebutan itu. Kecuali gw," hardik Jefri sambil memukul bantal ke wajah Carel.

"Wah, gak bisa nih kalo kaya gini." Kemudian Carel mengambil bantalnya, lalu membalas pukulan Jefri dengan gulingnya.

Reno yang sedang tiduran di ranjang hanya bisa melihat kelakuan dua temannya yang sama sekali tidak berubah.

Arkan mengalihkan pandangannya dari novel, lalu berteriak, "BERISIK."

Jefri dan Carel seketika berhenti DAN Reno yang sedang tertawa karena pesan dari kekasihnya itu pun ikut diam.

"Nah, gitu dong," ujar Arkan, lalu kembali membaca novelnya.

✧⁠◝◜⁠✧

Ketika Prianka memasuki kamar asramanya, ia juga memiliki senyum di wajahnya.

Priskilla yang melihat kejadian ini pun menyeringai. "Ekhm. Cie, Ada apa nih?"

Hazena bersiul. "Ada yang lagi jatuh cinta."

"Apa sih kalian," protes Prianka sambil menyembunyikan senyumannya.

"Ceritain dong," ujar Priskilla yang langsung meninggalkan buku gambarnya di ranjang, dan beralih ke ranjang Prianka.

"IKUT, IKUT, ayo dong ceritain," Seru Hazena dengan antusias.

"Len, ikut sini," ajak Priskilla.

Elena mengalihkan padangannya dari layar ponselnya, lalu menatap Priskilla dengan wajah datar.

"Enggak dulu."

Prianka memutar bola matanya, lalu Priskilla berkata, "Lu masih slek sama dia?" Bisik gadis itu.

"Ya, gitu deh. Tapi ya udah biarin aja."

Priskilla hanya mengangguk.

"Ayo, cerita cepetan," ujar Hazena tidak sabaran.

"Ok, ok. Jadi tadi tuh pas di kolam renang..."

Prianka pun menceritakannya dari awal sampai akhir.

Priskilla mendengarkan dengan saksama, sedangkan Hazena ikut salah tingkah mendengarnya.

"Sumpah? Lu dapet cowo kaya gitu dimana, Prianka?"

Priskilla berdecak. "Fahlevi cuek sih. Kenapa dia gak bisa kaya Jefri," keluh gadis itu sambil bersedekap.

"Killa, percayalah sama gw. Levi itu sebenernya bucin sama lu, cuma emang dianya aja yang gengsi setinggi langit," ujar Hazena.

"Ah, masa sih. Tapi kenapa gw terus ya, Na, yang selalu duluan."

"Priskilla. Gw temenan sama Levi udah mau hampir tiga tahun dan lu meragukan gw?" ucap Hazena dengan nada dramatis.

"Ngomongin soal cowo. Lu gimana, Na?" Tanya Prianka dengan seringai di bibirnya.

Hazena mendelik kearah Prianka. "Lu gak usah gitu, Prianka. Gw lagi bingung nih milih Erza atau Mahendra."

"Buset, lu gila?"

Hazena hanya senyam-senyum menanggapi ujaran Priskilla dan Prianka mendengus.

Elena yang melihat interaksi mereka hanya bisa menyimak, gadis itu merasakan ada segelintir rasa iri karena tidak bisa menghilangkan rasa sungkannya dan bergabung dengan mereka. 

Zona Teman Where stories live. Discover now