EPILOG

19 3 0
                                    

Acara perpisahan Prianka datang begitu cepat.

Sehari setelah ujian kenaikan kelas usai, wali kelasnya mengirimkan pesan lewat grup kelas memberitahukan bahwa acara perpisahan akan diadakan tiga hari lagi.

Setelah itu grup kelas pun ramai, dan teman-teman kelasnya mulai ribut.

Ada yang meributkan dress code, ada yang bertanya apakah nanti ada snack gratis, ada pula yang ribut soal sepatu, dan lokasi perpisahan.

"Kamu beneran dateng ke acara lulusan aku? Jauh loh di puncak," Tanya Prianka melihat Jefri yang sudah setengah tidur lewat layar ponselnya.

"Mhmm, iya aku dateng," lirih lelaki itu.

"Bawa apa nanti?" Gurau Prianka sambil menyengir.

Jefri membuka matanya yang sudah setengah terlelap. "Nanti aku bawa bunga, coklat, cheese cake, snack terus–"

"Eh, eh. Gw bercanda anjrit, gak usah berlebihan gitu lah," protes Prianka.

"Ya, abis lu ngetes."

Prianka terkekeh. "Ya udah. Aku matiin ya? Kamu keliatannya udah ngantuk."

Jefri mengeluh. "Udah tinggalin aja telfonnya."

"Ya udah."

Akhirnya Jefri tertidur lebih dulu daripada Prianka.

Sebelum ia mematikan video call, Prianka membisikkan sesuatu kepada kekasihnya.

"Je, makasih ya selalu ada buat aku. Aku sayang banget sama kamu, tolong jangan pergi kemana-mana, tetep di sini ya sama aku?"

Ketika Jefri tidak menjawab, Prianka pun hendak menekan tombol mengakhiri panggilan.

Namun tidak di sangka Jefri mengatakan sesuatu yang hampir saja ia lewatkan.

"Aku juga sayang sama kamu, Prianka."

"Je?"

Jefri tidak memberikan jawaban. Mungkin saja lelaki itu mengigau, kemudian Prianka mematikan video call mereka, dan pergi tidur.

✧⁠◝◜⁠✧

"Dan murid dengan nilai tertinggi ketiga adalah Prianka Inggrit."

Ketika Prianka mendengar namanya dipanggil oleh kepala sekolah, ada rasa euphoria yang muncul kepermukaannya.

Ia melihat ke sisi di mana Jefri berdiri dan laki-laki itu memberikannya jempol sambil tersenyum.

"Ayo, Prianka silakan maju kedepan," ucap wali kelasnya.

Dengan cepat Prianka bangkit dari duduknya, tidak lupa melakukan tos dengan Pandu yang duduk di sebelahnya sebelum naik keatas panggung. Saat dirinya sampai keatas panggung, Prianka menyalimi tangan kepala sekolah dan wali kelasnya.

Setelah pemberian piala, sesi foto pun dimulai. Satu-persatu dari murid-murid yang berprestasi mulai melakukan pidato mereka masing-masing. Saat gilirannya Prianka benar-benar gugup, ia tidak pernah berpidato sebelumnya.

Prianka berdeham. "Ok, sebelumnya terimakasih kepada wali kelas saya Ibu Arumi Nestia, S.Pd, dan Bapak kepala sekolah Pak Sudirman Alhakim, S.Pd sudah memberikan saya penghargaan ini," ucap Prianka sambil mengangkat piala kecilnya, lalu melanjutkan.

"Kalau bukan karena guru-guru, dan Papa yang mendorong saya untuk terus belajar, pastinya saya tidak akan ada di sini. Jadi terimakasih Bapak dan Ibu guru yang sudah mendidik saya dengan sabar. Papa terimakasih juga sudah percaya kepada Prianka. Maaf jika ada salah kata, saya pamit undur diri."

Murid-murid, guru-guru, dan wali murid pun bertepuk tangan. Saat Prianka turun dari atas panggung, ia menemukan Jefri sedang melihat kearahnya, lelaki itu melambaikan tangan. Prianka menghampiri Jefri dan memeluknya dengan erat.

"Aku bangga sama kamu," bisik Jefri di telinga Prianka.

Prianka melepaskan pelukannya. "Kamu tau gak sih, tadi tuh pas di suruh pidato aku gugup banget."

Jefri terkekeh, lalu menyingkap rambut Prianka dan menaruhnya di belakang telinga.

"Yang penting udah lewat kan. Oh ya, ini bunga sama coklatnya. Maaf aku gak beliin cheese cake soalnya–"

"Gak apa-apa, kamu kasih ini aku juga udah seneng," ucap Prianka menerima bunga dan coklat dari tangan kekasihnya dengan senyum di wajahnya.

"Oh ya, kamu mau gak ketemu sama Papaku?" Tanya Prianka dengan mata yang berbinar.

Jefri melongo. "Uh, emang boleh?"

Prianka berdecak dan memutar bola matanya. "Ya bolehlah. Ayo."

Dengan antusias Prianka menyeret lengan Jefri kearah di mana Papanya berada di antara orang tua dan wali murid.

"Papa," panggil Prianka.

Papanya menoleh dan melihat Prianka berjalan kearahnya membawa seorang lelaki.

"Prianka, selamat ya kamu dapet peringkat ketiga," ucap Papanya menghampiri Prianka dan memeluknya.

Setelah Ronald melepas pelukannya, pria itu melirik kearah lelaki di samping Prianka sambil mengernyit.

"Siapa ini Prianka?"

Prianka mengulas senyuman, mengeratkan genggaman tangannya yang menyatu dengan tangan Jefri, lalu menarik lelaki itu kehadapan Papanya.

"Ini Jefri, Pa. Pacarku." 

Zona Teman Where stories live. Discover now