BAB 21

5 4 0
                                    

Liburan semester telah usai, kegiatan sekolah pun dimulai kembali.

Setelah Prianka pamit dengan Papanya dan keluar dari mobil, ia menyeret koper menuju gedung asrama. Matanya melihat-lihat sekitar, belum ada tanda-tanda dari kekasihnya.

Prianka mengecek ponselnya dan terlihat notif dari Jefri.

Jeje <3 05.56 AM
Aku lagi di kafetaria, sarapan dulu sebelum bertempur

Prianka terkekeh, lalu kembali menaruh ponselnya kembali ke kantung rok.

Ketika Prianka sampai di kamar asramanya, ia melihat ada Priskilla dan Hazena yang sudah sampai lebih dulu dan kini tengah membereskan barang-barang mereka.

"PRIANKA!" sapa Priskilla meninggalkan barang-barangnya, lalu memeluk Prianka dengan erat.

"Gila-gila gw kangen banget sama lu," ujar gadis bersurai pendek itu sebelum melepas pelukannya.

Prianka memutar bola matanya. "Ya elah gak ketemu dua minggu doang."

"Ekhm, denger-denger ada yang baru jadian nih," goda Hazena.

Prianka menahan senyuman dan menutupi wajahnya yang kini mulai memerah.

"Gw ngerti apa yang lu maksud, Na."

"Halah, story lu mengatakan hal yang berbeda," bantah Hazena.

Prianka terkekeh, lalu ia mulai membuka kopernya dan membereskan barang-barangnya.

Prianka yang sedang sibuk menata kembali pakaian dan barangnya, tiba-tiba mendengar suara derit pintu asrama—matanya reflek mencari siapa pelaku yang menggerakkan pintu tersebut.

Di sana terlihat Elena memasuki asrama dengan senyum berseri.

"Hey, gimana liburannya, Len?" Tanya Hazena.

"Hmm, biasa aja." Mata gadis itu melirik Prianka.

Prianka hanya mengangguk kearah Elena, lalu kembali menata barang-barangnya.

Elena menyeringai, lalu menghampiri Prianka.

"Cie, ada yang abis jadian nih," ledek gadis itu sambil menyenggol lengannya.

Prianka memberikan senyum terpaksa.

Elena mengernyit. "Kenapa lu? PMS?"

"Hmm, hari pertama."

Bohong.

Setelah Prianka selesai, ia pamit kepada teman-temannya untuk pergi ke kafetaria.

Sesampainya Prianka di sana, ia menemukan Jefri yang duduk sendirian, dengan nampan yang sudah kosong, dan sibuk bermain dengan ponselnya.

Pelan-pelan Prianka menghampiri kekasihnya, lalu saat ia sampai di belakang Jefri, Prianka menutup mata lelaki itu.

"Tebak siapa?"

Jefri tertawa. "Hmm, pasti orangnya pendek, cantik, rambut panjang."

Prianka mengerucuti bibirnya, lalu melepaskan kedua telapak tangannya dari mata Jefri dengan kasar sampai lelaki itu mengaduh.

Jefri menoleh kebelakang sambil mengernyit. "Harus banget ya kaya gitu?"

"Siapa suruh ngatain gw pendek," ujar Prianka mengambil gelas Jefri yang berisi kopi, dan meminumnya.

"Siapa yang ngatain kamu pendek? Aku bercanda, sayang," ucap Jefri mengambil tangan Prianka.

Prianka membulatkan matanya. "Lu panggil gw apa tadi?"

Jefri mengulas senyuman, bukannya menjawab pertanyaannya lelaki itu malah lanjut menggodanya.

"Maaf ya, sayang."

Prianka menahan senyuman, lalu melepaskan tangannya dari genggaman Jefri, dan duduk di kursi seberang lelaki itu.

"Sayang-sayang palalu peyang, jadian aja belom resmi," ucapnya kembali menyeruput kopi milik Jefri.

Mata Jefri berbinar, kemudian lelaki itu merogoh tasnya.

"Ngomong-ngomong soal jadian, aku bawain ini buat kamu," ucap Jefri mengeluarkan sebuah tupperware kecil.

Prianka mengernyit. "Isinya apa? Bom?"

Jefri mendelik kearah gadisnya. "Enak aja, buka dulu makanya."

Ketika Prianka membuka tupperware itu, ia menemukan sepotong cheese cake dengan tulisan 'will you be my girlfriend?'

Prianka tertawa. "Kamu kepikiran aja."

"Iya dong, apa sih yang gak buat kamu," ujar lelaki itu dengan senyum sumringah.

Prianka bergidik. "Alay lu."

Jefri mengerucuti bibirnya. "Dih, aku udah effort gini dibilang alay—jadi gimana mau gak?"

Perlahan Prianka mengangguk. "Mau," gumamnya.

"Hah? Apa aku gak denger?" Ujar Jefri mencodongkan tubuhnya kedepan.

"Iya, aku mau," ujarnya dengan suara yang cukup jelas di telinga Jefri.

"Nah, gitu dong kan kedengeran," ucap Jefri, lalu mengacak-ngacak rambut gadisnya.

Prianka berdecak. "Kebiasaan deh," ucapnya sambil membenarkan rambut.

Jefri tersenyum dan Prianka mulai memakan cheese cake-nya. Ia tidak percaya akan berada di posisi seperti ini.

Dulu Prianka tidak percaya bahwa akan ada laki-laki yang rela memperlakukannya secara special, namun kini Jefri merubah pandangannya. Ia merasa sangat spesial dengan lelaki yang ada di hadapannya sekarang.

Zona Teman Où les histoires vivent. Découvrez maintenant