BAB 9

4 4 0
                                    

Jefri menjatuhkan dirinya ke atas ranjang. 'Teman', lucu sekali. Ia pikir selama ini hubungan mereka berbeda.

Bodoh. Bisa-bisanya Jefri berpikir bahwa akhirnya ia bisa mendapatkan gadis tanpa harus terjebak di zona pertemanan.

Jadi selama ini Prianka hanya menganggapnya 'adik kelas' dan 'teman'? Jefri merasa dirinya sekarang berada di puncak komedi.

Seharusya ia tidak perlu berharap lebih dengan gadis itu. Sudah jelas Prianka memiliki lelaki lain di hatinya.

Tidak bisa dipungkiri juga kalau Jefri masih menyimpan sedikit perasaan kepada Mikaela, namun Jefri berusaha realistis di sini.

Prianka-lah yang selama ini yang ada di sisinya, Prianka-lah yang selalu ada untuknya, Prianka-lah yang selama ini menghiburnya, dan menemaninya.

Lantas untuk apa Jefri masih berharap kepada Mikaela yang jelas-jelas tidak memikirkannya dan sekarang saat ia sudah bertekad untuk menaruh hatinya kepada Prianka, gadis itu hanya menganggapnya sebagai 'teman'.

Jefri mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Ia bingung harus melakukan apa sekarang, apakah ia harus mundur atau lanjut.

Kalau lanjut kemungkinan perasaannya akan terluka sangatlah besar, namun jika ia mundur Jefri akan kehilangan perempuan yang selalu ada di sisinya, ia tidak mau hal itu terjadi.

"Loh, Je, udah kelar?" Tanya Carel yang habis keluar dari kamar mandi.

Jefri hanya membalas Carel dengan gumaman. Lelaki berambut buzz cut itu mengernyit, lalu mengangkat bahunya.

✧⁠◝◜⁠✧

Setelah kejadian itu, Jefri perlahan-lahan menjauh dari Prianka.

Mulai dari slow respon saat gadis itu mengiriminya pesan, menolak ajakan Prianka untuk bertemu dengan alasan sibuk karena ingin belajar untuk penilaian akhir semester.

Kemudian saat gadis itu menyapanya, Jefri hanya akan membalas dengan senyuman tipis dan tidak pernah menyapa balik seperti dulu.

Puncaknya adalah saat Jefri menghilang, disetiap kesempatan dirinya melihat Prianka ia pasti akan langsung balik badan dan memilih jalan lain.

Ketika Jefri keluar kamar mandi, ia membaringkan diri di ranjang, menyalakan ponselnya, dan di situlah ia melihat notifikasi pesan dari Prianka.

Kalau dipikir-pikir sudah lama sekali Jefri tidak menghubungi gadis itu, sebaliknya pun juga begitu. Terakhir kali mereka mengobrol itu seminggu yang lalu.

Prianka 19.30 PM
Jefri, kenapa lu ngehindar dari gw?

Prianka 19.31 PM
Gw tau lu liat notif ini

Prianka 19.31 PM
Jangan jadi pengecut, kalo gw ada salah omongin

Jefri menghela nafasnya, lalu membuka roomchat-nya dengan Prianka.

Prianka

Jefri, kenapa lu ngehindar dari gw?
Gw tau lu liat notif ini

Ayo jangan jadi pengecut kalo gw ada salah omongin

Lu gak ada salah apa-apa, Anka

Bullshit, lu ngehindar dari gw
Lu pikir gw gak sadar?

Gw cuma mau belajar buat PAS aja

Bohong.
Dulu lu bilang gak suka belajar

Jefri meruntuki dirinya sendiri. Mengapa ia harus mengakatakan hal bodoh seperti itu?

Lagi pula maksud yang sebenarnya bukan Jefri tidak suka belajar, namun ia tidak menikmati proses belajar itu.

Prianka

Yaa, mungkin aja gw mau berubah

Gw salah apa, Jefri?

Kurang jelas chat yang di atas?
Lu gak salah

Gw pikir kita udah cukup dewasa buat ngomongin ini

Kalo gw salah tolong diomongin.
Gw gak suka kalo kita diem-dieman kaya gini

Gw tidur duluan ya, ngantuk

Ya udah. Good night, Jefri

Nite

Jefri kemudian meletakkan ponselnya dengan kasar ke ranjang.

Sekarang apa yang harus ia lakukan? Jefri yakin setelah ini hubungannya dengan gadis itu pasti akan semakin merenggang.

Jefri menghela nafasnya kasar.

"Je, lu jadi bawa Prianka ke rumah Mika?" Tanya Reno tiba-tiba.

Sial, Jefri lupa kalau saat liburan semester mereka akan pergi ke rumah Mikaela.

Kini semua temannya tidak ada yang tahu kalo hubungannya dengan Prianka sedang merenggang, Jefri tidak mau mereka terlalu ikut campur dengan urusan percintaannya.

"Iya, kenapa tiba-tiba nanya?" Ujar Jefri tanpa ragu.

"Enggak tumben aja lu semingguan ini ngumpul sama kita-kita, biasanya kalo abis makan malem lu berduaan sama Prianka di taman asrama."

Jefri tertegun. Kalau seorang Reno yang tidak peka mulai sadar, berarti kemungkinan besar semua temannya sudah mengetahui kalau ia dan Prianka sedang tidak baik-baik saja.

"Lu berdua baik-baik aja kan?" Tanya Reno dengan ragu.

"Baik, gw sekarang cuma pengen belajar aja buat PAS."

Di seberang ranjangnya—Reno yang sedang bersandar pada kepala ranjang menaikan alisnya, namun lelaki itu tidak melanjuti topik yang mereka bicarakan.

Jefri sedikit lega Reno tidak memaksanya untuk berbicara. Kalau seperti ini mau tidak mau Jefri harus cepat-cepat baikkan dengan Prianka. 

Zona Teman Where stories live. Discover now