- Tujuh -

15.8K 1.4K 18
                                    

Denting alat makan yang beradu, terdengar memenuhi ruang makan di Kerajaan Arroz. Pagi ini, Raja mengajak sang Pangeran Forte untuk sarapan bersama.

Meski ada banyak pertanyaan yang ingin sekali ia lontarkan, tapi ia memilih untuk diam, apalagi setelah melihat tatapan dari istrinya.

Bagaimana sang raja tidak gusar, ketika di pagi hari ia melihat Pangeran Forte itu tidur satu ranjang dengan anaknya.

Memang mereka telah bertunangan, tapi harusnya Jeno masih ingat dengan syarat yang ia ajukan ketika awal mereka bertunangan kemarin.

"Jadi, apa rencanamu hari ini?" tanya Yuta akhirnya, memecah kesunyian di antara mereka.

Jeno meletakkan alat makannya, lalu menatap Jaemin sejenak yang juga tengah menatapnya.

"Kalau berkenan, aku ingin berkeliling di sekitar istana, melihat para pengawal berlatih, melihat gudang senjata, dan yang lainnya, Yang Mulia."

Yuta menganggukkan kepalanya. "Kalau begitu, aku yang akan mengantarmu berkeliling, kebetulan hari ini waktuku senggang. Aku akan memperlihatkan semua yang Kerajaan Arroz punya. Lagipula, nantinya pun kau yang akan menggantikanku di sini."

Jaemin mengarahkan pandangan ke arah ayahnya, karena hal ini baru saja ia tahu dan ia dengar. Seingatnya, Renjun pernah bercerita bahwa dirinyalah yang akan meneruskan tahta Raja nantinya.

Seperti mengetahui pikiran Jaemin, Winwin langsung tersenyum ke arah anak sulungnya itu.

"Nanti ikut ibu ke kebun bunga ya, Jaemin. Ibu mau melihat tanaman yang baru dibawa oleh Pangeran Jeno kemarin, bibit bunga lavender?" Winwin memastikan tanaman yang dibawa Jeno kemarin.

Jeno mengangguk dan dihadiahi senyuman oleh sang ratu. Meninggalkan Jaemin yang masih tidak mengerti dengan keadaannya saat ini.

***

Mata Jaemin berseri, ketika melihat hamparan bermacam-macam bunga di hadapannya. Harum semerbak juga menggelitik hidungnya, ia menyukai aroma bunga seperti ini. Ia berjalan mengikuti ibunya, sambil sesekali berhenti untuk menatap beberapa bunga yang ia lewati.

"Ini bunga yang dibawa Pangeran Jeno kemarin." Winwin menunjuk beberapa bibit bunga yang sedang di tanam oleh beberapa pelayan di sana. 

"Mana bunganya?" tanya Jaemin ketika hanya melihat daun-daun yang sedang ditanam.

"Belum, Jaemin. Nanti kalau sudah tumbuh, disepanjang sini dan sana akan didominasi warna ungu."

Jaemin hanya mengangguk-angguk saja. "Bu, apa aku boleh tanya sesuatu?" Jaemin akhirnya memberanikan diri untuk memulai pembicaraan mereka, setelah sebelumnya Winwin mengajak putra sulungnya untuk duduk di bawah pohon rindang.

"Kau mau menanyakan masalah tadi pagi? Tentang tahta Kerajaan Arroz?" tanya Winwin, seperti paham yang akan Jaemin bicarakan.

Yang lebih muda itu mengangguk penuh minat. "Renjun pernah bercerita bahwa setiap anak sulung di Kerajaan Arroz akan menjadi pemimpin berikutnya, seperti Ayah. Namun, mengapa tadi Ayah bilang kalau Jeno yang akan menjadi pemimpin?"

Winwin membelai lembut surai Jaemin. "Nak, tidak semua hal bisa sesuai dengan keinginan kita dan semua hal yang memang sudah ada sejak dulu, bisa saja berubah sesuai keadaan. Tentang anak sulung yang menjadi pemimpin Arroz itu benar, kakekmu, ayahmu, semua itu benar. Namun, mereka semua alpha, Jaemin."

Jaemin menarik napasnya dalam, ketika mendengar perkataan ibunya. Ia langsung paham, alasan mengapa dirinya tidak akan pernah menjadi pemimpin di sini. 

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Where stories live. Discover now