- Dua Puluh Empat -

6.2K 574 12
                                    

Pagi-pagi sekali, Kerajaan Callidus terlihat sangat sibuk. Para penduduk sudah diungsikan kemarin ke arah timur, tentu saja mendahulukan anak-anak, wanita, dan jula lansia. Para pemuda tangguh juga sudah dibekali dengan senjata, diminta untuk membantu pengawal untuk menjaga seluruh penduduk desa.

Jeno juga sudah menghilang sedari pagi. Bagaimanapun juga, saat ini hanya dia yang bisa memberi arahan kepada para pengawalnya, karena sebelumnya hal ini menjadi bagian tugas dari Hyunjin.

Para pengawal pilihan sudah menyebar dan juga ada beberapa yang membentuk barisan menghadap ke arah pintu gerbang kerajaan yang kini masih tertutup rapat.

Saat ini, Renjun tengah membantu Jaemin bersiap karena omega tersebut juga akan ikut berperang meski dirinya akan berada di menara atas, melindungi semua orang dari sihir, seperti yang ia lakukan tempo hari. Sambil menunggu kedatangan Yongbok, karena ia yakin Yongbok akan datang nanti malam ketika gerhana bulan berlangsung.

"Aww..." Jaemin mengaduh ketika Renjun tak sengaja menarik tali bajunya terlalu ketat.

"Maafkan aku!" seru Renjun ketika sadar ia telah menyakiti Jaemin, ia buru-buru melonggarkan sedikit tali bajunya.

Jaemin tersenyum kecil menatap Renjun yang masih menalikan bajunya dengan wajah datar. Jaemin sudah menyadari perubahan sikap dan air muka Renjun sedari awal ia membangunkannya, ia tahu kalau beta di hadapannya ini tengah memikirkan banyak hal di kepalanya.

"Ucapkan!" sahut Jaemin pelan sambil masih terkekeh.

Renjun yang bingung, hanya menautkan alisnya sambil menatap Jaemin, membutuhkan penjelasan dari omongannya barusan.

"Ucapkan apa yang kini sedang ada di otakmu, Moon Renjun!" Jaemin masih terkekeh lalu berjalan menuju beberapa belati yang tergeletak di atas meja. Ada beberapa belati baru pemberian Jeno dan juga Haechan.

Renjun menundukkan kepalanya, bahunya yang tadinya tegang, kini melemas dan bergetar pelan.

Renjun menangis.

Seorang Renjun yang Jaemin kenal sebagai beta galak itu, tiba-tiba menangis terisak. Tangan mungilnya, sesekali menghapus air mata yang kini lebih banyak mengalir. Suara isakannya juga lebih terdengar jelas daripada awal tadi.

Jaemin menarik Renjun ke dalam pelukannya, menepuk pelan punggung mungil itu.

"Semua akan baik-baik saja, Renjun. Kita akan menang dan kalian bisa hidup dengan tenang, tanpa takut akan adanya penyihir dan juga siluman jahat."

Renjun melepaskan pelukan Jaemin pelan, menjauhkan sedikit tubuhnya dan menatap Jaemin dengan mata sembabnya.

"T-tapi, aku akan kehilanganmu." Renjun kembali terisak ketika mengucapkan kalimat terakhirnya, lalu Jaemin kembali merengkuh temannya itu.

Jaemin tidak menjawab, memberikan sebuah kalimat menenangkan untuk Renjun pun tidak. Karena Jaemin tahu, ia juga tidak bisa memastikan akhir hidupnya nanti.

Renjun memang tahu akan hal ini, karena tempo hari ketika Renjun mengetahui tentang rahasianya, ia akhirnya menceritakan semua tentang dirinya dan juga rencana dari Moon Goddess. Dan Renjun masih belum bisa menerima kenyataan tersebut.

Kenyataan bahwa ia akan kehilangan Jaemin ataupun juga Na Jaemin.




***



Pisau sudah terasah, busur juga sudah erat dalam genggamannya, kini dirinya hanya perlu menunggu waktu yang tepat para musuhnya datang. Omega itu berada di atas salah satu menara tertinggi yang ada di Kerajaan Callidus, bersama serta pelayan yang setia mendampinginya.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Where stories live. Discover now