- Dua Puluh Satu -

6.6K 684 27
                                    

Gelak tawa dan ejekan menggema di antara pepohonan tinggi, dengan salah satu anak laki-laki yang sedang terduduk di tanah dan menangis tersedu-sedu. Keadaan anak itu berbanding terbalik dengan empat orang lainnya, yang kini masih tertawa sambil menunjuk ke arahnya. Pakaian berwarna cokelat yang berlubang di beberapa tempat, serta beberapa bagian yang ditambal dengan potongan kain seadanya.

"Hei, pergi kalian! Jangan ganggu dia!"

Tawa itu seketika terhenti, ketika mendengar teguran keras dari salah satu anak yang baru saja tiba ke tempat mereka.

"Siapa kamu, berani-beraninya memerintah kami? Kau tidak tahu siapa kami, hah?" Salah satu dari keempat anak itu maju, berhadapan langsung dengan anak yang tak terlihat gentar dengan bentakan itu.

Senyumnya tersungging, menatap anak-anak itu satu persatu, meneliti dari atas ke bawah. "Apakah kalian penting, sampai aku harus tahu siapa kalian?"

"Ayahku bekerja di istana, apa kau tidak takut?"

"Lalu?" tanyanya lagi, tak mau kalah dengan anak di hadapannya, meski ukuran tubuh anak itu lebih besar darinya.

Tanpa aba-aba, anak yang lebih besar itu mendorongnya, membuat dirinya terjungkal ke tanah, membuat luka di sikunya yang bergesekan dengan kerikil kecil.

"Beraninya kau mendorongku? Kalian tidak tahu siapa aku? Aku adalah Jung Jeno, pangeran kedua Kerajaan Forte!"

Gelak tawa terdengar kembali dari keempat anak tersebut, seakan-akan anak bernama Jeno itu sedang berkelakar.

"Jangan mencoba menipu kami, tidak mungkin seorang pangeran berada di sini."

"Apa yang tidak mungkin?" tanyanya sambil bangkit dan membersihkan sisa tanah yang menempel di pakaiannya. "Buktinya, aku di sini. Jadi lebih baik, kalian pergi daripada aku meminta pengawal untuk menghukum kalian. Oh, atau kah aku harus memberi tahu kepada ayahmu yang kerja di istana itu?"

BUUUGGHHHH

Jeno terhuyung kembali, ketika anak berbadan besar itu melayangkan pukulan ke wajahnya. Namun, ketika anak itu akan merayakan pukulannya, tiba-tiba dirinya terjatuh saat ada kayu yang terlempar ke arahnya.

"Yaaaakkk!! Anak miskin sialan!! Akan kubunuh kau!" seru salah satu anak lainnya, ketika melihat siapa yang telah memukul teman mereka.

"Heeeiii!! Hentikan!" sahut sebuah suara di belakang mereka.

Ternyata seorang pengawal kerajaan yang akhirnya membuat keempat anak itu lari tunggang langgang, meninggalkan kedua lainnya yang di sana.

Jeno kembali bangkit dan membersihkan kembali pakaiannya yang kini lebih kotor daripada awal ia terjatuh, apalagi ditambah luka yang ada di siku kanannya, ia sudah membayangkan ibunya yang mengomelinya nanti.

"Anda tidak apa-apa, Pangeran Jeno?" tanya pengawal itu memastikan kalau anak rajanya baik-baik saja.

"Tidak, aku baik-baik sa---"

"Maafkan hamba, Pangeran!"

Kalimat Jeno terputus tatkala anak yang ia tolong tadi, kini sudah bersimpuh memohon maaf pada dirinya.

"Bangunlah! Lebih baik, kau ikut aku ke istana!"

"Tapi..."

"Apa kau punya tempat untuk tinggal? Tidak, kan? Ayo cepat, sebelum hujan turun!" Jeno berjalan lebih dulu meninggalkan tempat itu, diikuti oleh pengawal istana, dan yang terakhir anak yang namanya belum ia kenal.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang