- Dua Belas - 🔞

16.7K 1.1K 49
                                    

Gelap.

Jaemin hanya bisa melihat kegelapan di kamarnya, untung saja ia hanya bermimpi. Namun, bunga tidur tersebut ternyata bisa membuat jantungnya berdegup lebih cepat, apalagi ketika ia mengingat mimpinya barusan.

Tubuhnya banjir keringat, napasnya juga tersengal, seakan dirinya baru saja berlari beratus-ratu kilometer.

"Jeno," gumamnya pelan sambil berdiri di balkon kamarnya yang mengarah ke Hutan Arroz.

Ada ketakutan di dirinya, kalau saja mimpi yang barusan ia alami adalah sebuah kenyataan. Jeno selama ini mengawasinya dari hutan sana, apalagi ia sempat mencium feromon-nya di kantor ayahnya kemarin.

Akan tetapi, ia juga tidak terlalu yakin, apakah di sana memang ada pondok kecil, atau semua ini hanyalah bunga tidur dirinya, karena belakangan ia mulai memikirkan tunangannya tersebut.

"Aku harus bertanya pada Renjun besok."

Akhirnya malam itu, dihabiskan oleh Jaemin dengan berdiam diri di depan balkon kamarnya. Membalut tubuhnya dengan selimut untuk melawan dinginnya malam. Sampai akhirnya, Renjun menemukannya tidur bergelung di lantai pada pagi hari.

Renjun menggoyangkan tubuh Jaemin perlahan, membangunkan tuannya itu agar berpindah ke ranjangnya yang empuk.

Jaemin menggeliat, merasa tidurnya terusik, tapi dirinya langsung terbangun ketika melihat Renjun. Ia memegang kepalanya yang sedikit pusing akibat bangun secara tiba-tiba.

"Kau tak apa? Mengapa kau tertidur di lantai seperti ini? Kau bisa dimarahi oleh ibumu, jika ia melihat kau tidur di lantai!" Suara Renjun membuat Jaemin semakin pusing saja. Ayolah, ini masih pagi buta dan kau harus mendengar cecaran kalimat seperti ini.

"Apa ada pondok di hutan sana?"

Renjun menyerngit, mendengar kalimat pertama dari tuannya di pagi ini, bukannya menjawab pertanyaanya, tapi malah memberikan pertanyaan padanya.

"Dari mana kau mendengar hal itu, Jaemin? Aku tidak pernah membicarakan tentang pondok itu."

Jaemin mengangguk pelan sambil tersenyum. "Ternyata benar ada pondok di sana?"

"Ya. Namun, kau tidak diperkenankan untuk ke sana!"

"Kenapa?" tanya Jaemin  bingung. Padahal setahunya, Hutan Arroz bukanlah hutan terlarang yang berbahaya.

Renjun menghela napasnya pelan. "Ada sungai di sana, apa kau lupa kalau kau tidak boleh berada di dekat sungai atau danau mana pun!"

Jaemin mengingat perkataan ibunya untuk melarang dirinya mendekat ke arah sungai atau danau, karena kejadian di Kerajaan Forte tempo itu. Oh ayolah, masa ia akan tiba-tiba melompat ke air lagi.

"Sudahlah, jangan berpikiran macam-macam. Lebih baik, kau bersiap-siap, akan ada Nyonya Im datang untuk mengajarkan tentang etika kerajaan kepadamu dan Shotaro!"

Jaemin mengangguk dan mulai mengikuti Renjun untuk bersiap-siap. Yang pemuda beta itu tak tahu, sebenarnya omega ini tengah mengatur strategi cara untuk keluar dari istana.



***


Jaemin bergegas masuk ke dalam hutan, setelah sebelumnya ia melewati kebun apel, sedikit menunduk, takut ada pekerja istana yang melihatnya masuk ke dalam hutan. Setelah ia merasa semuanya aman, Jaemin memperlambat langkahnya, melihat keadaan sekitarnya sejenak sambil mengagumi betapa indahnya hutan ini.

Pohon-pohon besar dan menjulang tinggi, tapi sinar matahari masih bisa masuk melalui celah-celah dahan dan ranting.

Jaemin terus berjalan lebih dalam dan mengakui kalau ini sama persis dengan apa yang ada di mimpinya. Yang lebih terkejutnya adalah, Jaemin bisa menemukan jamur berwarna biru tepat di tempat yang sama. Seperti deja vu, Jaemin kembali melangkahkan kakinya, mengikuti insting omega-nya. Entah mengapa, ada bagian di dalam dirinya yang kini tengah meraung-raung ingin cepat sampai ke pondok tepi sungai tersebut.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang