- Dua Puluh Enam -

4.8K 462 13
                                    

Gerhana bulan merah berlangsung kira-kira dua jam lamanya. Maka, sepanjang dua jam itu, para makhluk jahat berupaya untuk menghabisi musuh mereka. Karena, kekuatan para manusia ABO akan berkurang, selama gerhana itu muncul dan kekuatannya akan kembali seiring dengan berakhirnya gerhana bulan.

Dan saat ini baru setengah jam sejak gerhana bulan muncul, itu artinya masih ada satu setengah jam lagi sebelum gerhana ini berakhir.

Semua orang kira, semua akan baik-baik saja dengan perlindungan kekuatan Jaemin. Namun, tak ada yang tahu kalau sebenarnya kekuatan Jaemin masih belum sempurna. Hingga akhirnya, ketika ia lengah karena melihat tubuh Renjun yang terhempas karena Jeongin, menjadikannya kesempatan bagi Astaroth untuk meluncurkan serangan langsung ke dadanya. Tepat mengenai jantungnya.

"Jaemin!"

Entah dengan kecepatan apa, Jeno kini sudah menangkap tubuh lemah Jaemin, dan mengguncang keras tubuh kekasihnya itu.

Tawa keras menggema dari Astaroth, ia berpikir sudah mengalahkan sang Luna, yang digadang-gadangkan tidak terkalahkan oleh siapa pun.

"Jaemin. Na Jaemin, bangunlah!" sahut Jeno frustasi, masih mengguncang tubuh Jaemin.

Tiba-tiba, suara petir menggelegar, membuat semuanya berhenti saling mengayunkan pedang satu sama lain. Bahkan, suara Astaroth pun terhenti dan memandang langit yang masih menampilkan warna kelam dan merah.

"Jaemin?" Jeno bergumam pelan, ketika mendapati mata Jaemin kni telah terbuka, tapi netranya bukan berwarna cokelat seperti biasanya, atau berwarna emas seperti ketika ia menjadi Luna. Netranya kini berubah warna menjadi merah delima.

Jaemin tak menjawab Jeno, ia bangkit dan tiba-tiba angin bertiup sangat kencang di sekelilingnya. Jeno merasa tubuhnya ditarik untuk menjauh dari Jaemin.

"Menjauh darinya!" seru Seunghan terus menarik Jeno ke tempat yang lebih aman.

Jeno melihat ayahnya dan Raja Johnny menarik mundur para pasukannya. Percaya tak percaya, angin besar itu turut menyapu musuh mereka. Hanya musuh mereka dan melewati pasukan mereka dengan ajaibnya.

Jeno menatap kejadian di depannya dengan tak percaya. "Apa ini?" tanyanya penuh kebingungan.

"Apa kekuatan Luna sebesar ini?" tanya Seunghan balik. Mereka saling menatap, tak menemukan jawaban dari pertanyaan mereka barusan.

"Pangeran Jeno, aku kehilangan Jeongin." Renjun berlari kecil ke arah mereka berdua, terlihat luka berdarah di lengan kirinya. "Aku melihatnya masuk ke dalam istana."

Mereka bertiga lalu bergegas masuk ke dalam istana dan berusaha menemukan Jeongin. Tanpa diskusi terlebih dahulu, mereka sudah tahu, kemana Jeongin berada.



***



"Harusnya kau sudah mati!" seru Astaroth terkejut, sambil berusaha melihat sosok Jaemin di tengah gempuran angin yang menerpanya.

"Kembalikan milikku!" Jaemin menjulurkan tangannya ke arah Astaroth dan Diadem Vermell yang ada di kepalanya, kini melayang dan berpindah ke kepalanya.

Gemuruh berbunyi sekali lagi, kini disertai dengan kilat yang menyambar satu persatu anak buah Astaroth. Ada beberapa yang tergulung oleh angin tornado, tidak ada yang bisa menahan kekuatan ini, bahkan para Damballa kini sudah hilang tak berbentuk.

Setelah Diadem Vermell terpasang di kepala Jaemin, bak bertemu dengan tuannya, benda itu langsung mengeluarkan sinar yang bisa menyilaukan siapa pun. Bahkan, tubuh Astaroth tiba-tiba terhempas dan menabrak gerbang kerajaan yang jaraknya hampir 20 meter.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang