- Delapan Belas -

8K 818 26
                                    

Jarak mereka dengan perbatasan memang tidak terlalu jauh, mungkin sekitar tiga kilometer. Maka, Jeno memerintahkan Hyunjin untuk segera menuju tempat kejadian lebih dulu, sedangkan dirinya tetap menjaga Jaemin dan Jeongin yang memang berlari tidak selincah yang lainnya.

Samar-samar Jaemin bisa mendengar gesekan pedang dan juga suara pertempuran. Makin mendekat, Jaemin melihat beberapa pengawal yang dibawa ayahnya sudah tergeletak dengan badan membiru.

"Racun ular." Jeongin bergumam pelan, tapi Jaemin bisa mendengarnya. 

Ia baru tahu kalau racun ular dapat membunuh sekejam ini, tidak pernah ia melihat korban yang terkena racun ular membiru secara cepat.

Jaemin melihat Jeno yang sudah berada di medan pertempuran, bergabung dengan ayahnya dan juga Raja Callidus.

"Kau di sini saja bersamaku!" Jeongin menahan tangan Jaemin yang memang sudah ingin bergabung ke sana. "Aku sudah berjanji untuk melindungimu!"

Jaemin menghela napasnya, ia berkali-kali lipat lebih khawatir ketika melihat semua orang di sana, sedangkan ia hanya menonton di pinggir hutan.

Manik Jaemin tidak lepas dari kedua alpha yang kini sedang dikepung oleh beberapa makhluk besar menyeramkan. Kepala mereka berbentu banteng, sedangkan tubuhnya adalah manusia.

Jaemin mengeluarkan anak panahnya, menarik busurnya dan melepaskan anak panah itu ke arah salah satu makhluk yang siap menyerang Jeno dari arah belakang.

Gotcha!

Anak panah Jaemin terkena tepat pada makhluk tersebut dan tubuhnya langsung melemas tergeletak. Jeno yang sempat terkejut ada anak panah yang melewatinya, kini hanya bisa menatap Jaemin dari kejauhan. Ia bisa melihat senyum puas karena anak panahnya tepat mengenai sasarannya.

Yang Jeno baru tahu, ternyata panah yang sedari kemarin selalu Jaemin bawa ternyata mengandung racun. Kini ia sedikit penasaran dengan tas yang tak pernah lepas dari tubuh Jaemin. Ada apa di dalam sana.

"Jeno!" Teriakan dari Yuta menyadarkan Jeno dari lamunannya, ia terkejut ketika melihat musuh yang mati tertusuk pedang di depannya. "Fokus!"

"Maaf!" 

"Jen, coba kau telusuri pimpinan mereka, karena sedari tadi, aku hanya melihat para pengawalnya saja dan tidak melihat pimpinan mereka sama sekali. Aku yakin Damballa bersembunyi di suatu tempat!"

"Baik, Yang Mulia!"

Jeno mulai berlari meninggalkan Yuta yang sepertinya sudah bisa menguasai medan perang, karena beberapa makhluk menyeramkan itu sudah banyak yang tumbang. Bagaimanapun juga, Yuta, Johnny, dan Jeno membawa serta pengawal serta ksatria terpilih dari kerajaan masing-masing.

Jeno menyusuri area pertarungan mereka, yang sekiranya bisa dijadikan tempat untuk para musuh mengintai. Namun, hasilnya nihil, tak ia temukan batang hidung musuh-musuhnya itu.

Akan tetapi, ketika ia hendak berjalan lebih jauh, ia tidak sengaja melihat sebuah jejak berkelok-kelok. Jejak dua ekor ular yang ia yakini adalah Damballa, masuk jauh ke dalam hutan.

Damballa memang akan tetap meninggalkan jejak ularnya, meskipun dirinya tengah berubah menjadi seorang manusia.

Jeno kembali ke tempat pertarungan, yang ia yakini kini telah usai. Karena, ia melihat beberapa pengawal kerajaan sedang mengumpulkan makhluk-makhluk yang tewas di satu tempat.

"Aku tidak bisa menemukannya, Yang Mulia," kata Jeno menghampiri Yuta yang kini sedang ditemani oleh Jaemin. "Namun, aku menemukan jejak mereka masuk ke dalam hutan."

Yuta mengangguk. "Lebih baik, kita bermalam dulu di sini. Pengawal Moon, tolong siapkan tenda untuk beristirahat!" perintahnya kepada Taeil yang langsung berlari, untuk memerintahkan anak buahnya yang sedang tidak membersihkan mayat-mayat musuh mereka.

Descendants De La Lune || Nomin [Omegaverse] ✔️Where stories live. Discover now