1. Ada Apa Dengannya?

1.1K 92 23
                                    

Hari sudah petang, tetapi tidak menghentikan langkahnya untuk menerobos gelapnya malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari sudah petang, tetapi tidak menghentikan langkahnya untuk menerobos gelapnya malam. Kulitnya seperti ditusuk-tusuk oleh dinginnya angin. Langkahnya terhenti di depan sebuah toko yang menjual barang pecah belah. Tudung jaketnya ia tarik, bayangan yang ditimbulkan dari sorot lampu membuat sebagian wajahnya tertutup. Seulas senyum menyapa dari wajahnya yang hanya terlihat sebatas bibir.

"Pak, beli pisau dapur satu."

Bapak penjual toko yang sudah beruban itu tersenyum, ia membungkuk untuk memeriksa persediaan barang dagangnya yang ada di etalase. "Pisau yang kecil atau besar, mas?"

Ia terdiam, mimik wajahnya tampak berpikir, tetapi sedetik kemudian ia menyeringai. "Yang besar aja, pak."

"Oh, ini ada mas. Harganya lima puluh ribu."

Pemuda itu mengangguk dan merogoh saku jaketnya. Di tangannya tergenggam uang seratus ribu. Dia memberikan uang itu tanpa meminta kembalian. Terjadi perdebatan kecil karena  awalnya bapak itu menolak, tetapi setelah pisau yang ia beli menancap sempurna di dada penjual, senyum lebar terlukis di wajahnya seolah merasa puas memenangkan perdebatan dan melihat detik terakhir sebelum penjual itu menutup mata untuk selamanya.

"Setidaknya, terima kasih dan... terima kasih kembali."

Ia menarik lebih tudung jaketnya, hingga wajahnya tertutup sempurna oleh bayang-bayang. Tanpa ada rasa bersalah dan takut akan risiko yang sudah ia perbuat, pemuda itu berjalan pergi dengan pisau yang kini berlumuran darah.

"Seenggaknya gue tau kalau pisaunya beneran tajam," ujarnya dan tersenyum miring.

Tut

"Lho, kok, lo matiin filmnya?!"

"Udah ayo pulang. Keburu malam." Laptop yang digunakan untuk menonton film, ia ambil dan dibawa pergi. Teman-temannya sudah menonton banyak film selama jam mata pelajaran kosong. Tidak ada kegiatan penting, para guru disibukkan oleh rapat, membebaskan anak murid mereka dengan persyaratan tidak membuat keributan. Hari sudah sore, bukan kebiasaannya untuk pulang terlalu petang.

"Won, lo sekarang jadi sering pulang cepat, kayak jarang ada waktu sama kita," ujar seorang pemuda yang duduk di antara kedua temannya. Ia menghadap belakang agar bisa melihat Jungwon yang kini sibuk sendiri.

Jungwon, pemuda berparas rupawan dengan tubuh tegap dan dada yang bidang. Sungguh menawan walau dipandang dari belakang. Dirinya sibuk berkemas, memasukkan bukunya ke dalam tas. "Gak, kok. Itu karena gue sibuk banget di rumah. Gue harus bantu orang tua."

"Bantu apa, sih, Won? Bantu jadi beban mereka?" sahut salah satunya dan dibarengi gelak tawa temannya.

"Mending lo diem, deh, sebelum mulut lo itu sobek. Udah gue pinjemin laptop, gak ada terima kasihnya, malah ngatain." Jungwon menatap mereka datar dan mulai menggendong tas punggungnya. Tanpa pamit, Jungwon langsung melenggang pergi, meninggalkan ketiga temannya yang hanya tersisa mereka di kelas.

Circle ✓Where stories live. Discover now