6. Kau Kenapa?

248 62 14
                                    

Keheningan itu semakin memperbesar rasa penasaran Sunoo, sekaligus meyakinkan kecurigaannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keheningan itu semakin memperbesar rasa penasaran Sunoo, sekaligus meyakinkan kecurigaannya. Pemuda itu terus menekan pertanyaannya, tetapi tak ada yang menjawab. Sunoo membuka ponselnya dan melihat room chat untuk memastikan kebenarannya.

"Terakhir chat di grup ini itu lima hari yang lalu, itu pun rencana main. Kalian gak salah grup, kan?"

"Ma --- maksud gue itu, grup kelas gue. Kan, Jake sekelas sama gue. Iya, kan, Jay?"

Heeseung menyenggol lengan Jay, agar pemuda itu tidak melamun dan hilang fokus. "Iya bener! Nanti di-share balik sama bang Heeseung."

Meskipun terlihat tidak manaruh curiga, Sunoo mengangguk. Ia memasukkan ponselnya ke saku seragam. "Simpel padahal, tapi jawabnya kayak orang ketangkap ngelakuin kriminal."

Heeseung sadar, jeda waktu yang cukup lama untuk menjawab, dan kegagapannya memang mencurigakan. Ya, setidaknya rahasia mereka aman.

"Bagus, deh, bang. Nanti jangan lupa kabarin gue kalau salah grup lagi. Seenggaknya kalian masih ingatlah sama gue." Sunoo berdiri, ia tersenyum sambil menggendong tasnya. Tangannya terulur untuk bersalaman dengan temannya satu persatu, meskipun menjadi canggung, Sunoo tetap mengembangkan senyumnya. Bahkan, Sunoo juga tidak melewatkan Jungwon.
























































































Suara detik jam dinding mengalun di ruangan sunyi itu, menemani sang puan dengan berbagai macam pikirannya. Sunghoon melihat buku tipis yang tertulis nominal uang. Sudah dua bulan uang sekolahnya menunggak, tapi Sunghoon tak pernah mengindahkan, hingga pihak sekolah mengharuskan ia untuk membayar.

"Masa gue minta sama ayah?"

Sunghoon berdecak, ia membanting buku itu di atas meja belajarnya. Inilah yang tidak dia sukai, meminta uang pada kedua orang tuanya. Bukan tanpa sebab, tapi Sunghoon tidak ingin mereka terbebani.

"Mau gak mau gue harus minta." Ia mengusap kasar wajahnya, matanya menatap lurus ke arah pintu kamar. Perlahan Sunghoon mulai menarik langkah, sesampainya ia di depan pintu, suara gebrakan membuatnya terhenti.

"Buat apa lagi? Kemarin, kan, sudah aku kasih uang untuk bayar sekolahnya Rei, sekarang apa?!"

"Bulanan Rei gimana? Uang bulanan sekolahnya belum dibayar, nanti dia gak bisa ikut ujian!"

"Sabar, aku juga berusaha nyari. Kamu pikir nyari uang gampang?"

"Itu urusan kamu, sebagai kepala keluarga harusnya bertanggung jawab!"

Mata legam itu terpejam, helaan napas terdengar. Niatnya menjadi urung setelah mendengar percekcokan antara ayah dan ibunya. Sunghoon sudah muak, hal yang diributkan selalu saja tentang uang.

Circle ✓Where stories live. Discover now