15. Perhatian dan Kebencian

158 45 0
                                    

Dingin menyelimuti pagi, bersama kabut yang meminimkan jarak pandang, embun menempel pada daun dan kaca jendela

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Dingin menyelimuti pagi, bersama kabut yang meminimkan jarak pandang, embun menempel pada daun dan kaca jendela. Langkah riangnya terus ditarik menuju sumber aroma yang membuat perutnya berbunyi. Makanan lezat tertata rapi di atas meja.

Berbagai lauk dihidangkan, terutama makanan favoritnya yang baru saja datang. Ia lantas membalikkan piring dan mengambil nasi.

Uh, sarapan hari ini sungguh nikmat.

Batin bahagia itu ditimpali kebahagiaan lainnya saat ayah dan kakaknya datang bersama. Mereka saling sapa dengan senyuman, memberi ciuman hangat pada si gadis.

"Makan yang banyak, ya, anak ayah."

"Siap, ayah. Ayo duduk di sebelahku."
Nara menepuk kursi di sebelahnya. Ayah tertawa jenaka melihat tingkah putrinya.

"Ayah tidak bisa makan banyak, harus cepat berangkat kerja. Ayah ambil roti saja, ya."

"Yah ... ayah selalu saja," ujar Nara dengan wajah murung. Namun itu malah mengundang tawa anggota keluarganya.

"Masih ada kakak sama ibu, kakak bisa temani kamu sarapan." Taehyun mengusap pundak adiknya agar merasa lebih tenang.

"Baiklah, ayah hati-hati di jalan."

"Ayah berangkat, ya." Sang kepala keluarga mengulurkan tangan pada anak-anaknya, mereka mencium tangan itu dan mengucapkan salam. Ibu mengantar ayah ke depan, meninggalkan Nara dan Taehyun yang mulai melahap sarapan mereka.

Taehyun melirik ke arah ruang tamu, memastikan bahwa ibunya belum kembali. Ia lantas meletakkan sendok dan memutar tubuh menghadap Nara.

"Kakak mau tanya sama kamu."

"Tanyakan saja," jawab Nara yang baru saja menelan makanannya.

"Hari Minggu, kan, Rei menginap di sini, lalu dia pulang Senin pagi. Apa Rei ngasih tau kamu kalau sepulang dari sini mau ke rumah neneknya?"

Nara melirik, ia menghadap penuh pada kakaknya. "Kenapa tiba-tiba?"

Taehyun berkedip bingung, "tiba-tiba apa?"

"Kakak bertanya seperti itu, kenapa?"

"Kakak penasaran saja, Sunghoon bilang dia pergi ke rumah neneknya bersama Rei."

Nara melengos, ia kembali menghadap pada piringnya yang tersisa beberapa suap nasi. "Sudah jelas kakak dibohongi. Rei tidak ke rumah neneknya, dia mengabari kalau dia bosan di rumah, yang artinya dia tidak kemanapun."

"Ah ... begitu, ya."

"Memangnya kenapa kak Sunghoon berbohong?" Kini Nara yang dilanda penasaran. Ia pikir kakaknya itu tidak berteman dengan Sunghoon.

"Mungkin terdesak, entahlah. Lanjut makan sana." Taehyun mengangkat bahu dan mengambil sendok yang sempat ia anggurkan.

"Tapi ... tunggu dulu." Nara bangkit dari kursinya untuk mengambil tas sekolahnya yang ada di ruang tamu. Taehyun melihat pergerakan adiknya yang kembali membawa ponsel. Anak itu tampak tergesa ingin menunjukkan sesuatu.

Circle ✓Where stories live. Discover now