11. Kejutan Untukmu

188 51 1
                                    

Pekatnya malam tidak membuatnya takut, kegelapan sudah ia anggap sebagai temannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pekatnya malam tidak membuatnya takut, kegelapan sudah ia anggap sebagai temannya. Berada dalam ruang sunyi bersama pikiran yang berkelana entah kemana, Sunghoon meringkuk di balik lembar kain hangat. Tangannya bergetar, tubuhnya menggigil. Satu pertanyaan yang terus terpikir, mengapa keluarganya menyimpan rahasia mengerikan itu?

"Kalau gue sebut diri gue kejam, ternyata gak ada bedanya sama mereka."

Perlahan selimutnya ia singkap, menampilkan kegelapan yang mengurungnya. Setelah memutuskan pergi, nyatanya rasa penasaran Sunghoon belum lenyap. Ia yakin bahwa orang yang disekap di dalam ruangan itu adalah ulah kedua orang tuanya.

"Ada salah apa dia sampai diperlakukan seperti itu?"

Ayah, ibu dan Rei belum pulang. Mungkin mereka akan menginap di hotel dan kembali besok pagi. Tubuhnya mulai beranjak dari tempat tidur. Sinar rembulan menjadi pencahayaan temaram dari sela ventilasi.

"Masa gue nekad buka pintu itu? Kalau mereka tau terus gue dihukum gimana?"

Sunghoon menggosok tangannya yang berkeringat dingin. Ia mencari keberadaan ponselnya di atas ranjang. Sunghoon ingin menelpon ibunya agar pulang saja, tapi benda pipih itu tidak bisa ia temukan. Langkahnya berjalan menuju saklar lampu, agar ia lebih mudah mencari.

"Sial, lampu mati." Ia meninju dinding saat saklar itu tak berfungsi akibat pemadaman listrik. Ternyata kegelapan memang suka padanya, begitupun sebaliknya, namun tidak selamanya menguntungkan.

Lupakan tentang ponsel, dihubungi pun mereka tak akan datang. Meminta tolong pada teman-temannya? Jelas Sunghoon tak akan melakukannya. "Senter, gue inget ada senter di ruang tengah."

Langkahnya tersenggal, beberapa kali jari kakinya tersandung perabot rumah. Diusapnya kelingking kaki yang berdenyut, bersama dengan umpatannya yang melampiaskan kekesalan. Kegelapan memang menyusahkannya, tapi mengapa Sunghoon begitu suka?

"Dimana, sih? Aw!"

Tangannya perih, darah menetes yang langsung ia usap dengan kaus putihnya. Cutter yang terbuka menggores jari telunjuknya cukup dalam, tangan itu kini berdenyut. Kata-kata kasar yang terus terucap tak pernah memudarkan kekesalannya, sempat terlintas bahwa dirinya adalah manusia paling sial. Nyatanya ia tak berpikir jauh dan memandang lebih luas, bahwa tidak hanya dia yang sial tapi masih banyak yang mendapat lebih daripada yang ia dapatkan.

"Senter sialan, nyari lo susah banget!"

Sorot kecil menjadi pencahayaan ditengah kegelapan. Menerangi sudut yang terarah cahaya, Sunghoon kembali melangkah menuju tempat yang menyimpan rahasia. Tak ada rasa takut, sepertinya kata 'takut' hanya untuk orang yang tak berani mencoba.

Circle ✓Where stories live. Discover now