9. Damai?

201 51 1
                                    

Disarankan jangan membaca part ini saat makan!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Disarankan jangan membaca part ini saat makan!







Jam menunjukkan pukul tujuh malam. Sunghoon duduk di kasurnya dengan kaki yang terus bergetar. Ia menantikan kedatangan teman-temannya. Jake bilang akan datang bersama yang lain, itu pun pukul dua siang tadi. Ia terus menengok ke jendela kamar, Sunghoon tahu ibunya tidak akan membiarkan teman-temannya masuk.

Meja belajarnya penuh dengan minuman  es teh dingin yang esnya sudah mencair. Roti yang tertata di piring, penuh dengan semut hitam yang merambat dari tembok. Sunghoon menyiapkan itu semua untuk teman-temannya. Ia mengendap-endap ke dapur agar Mina tidak curiga dengannya.

"Gue harap kalian beneran dateng hari ini, meskipun gue harus nunggu sampai malam."

Sunghoon membuka ponselnya dan menghubungi Jake, tapi panggilannya tidak dijawab. Ia chat di grup juga tidak ada yang merespon. Sebenarnya mereka semua kemana? Jika memang tidak jadi datang, seharusnya mengabari.

Waktu terus berputar, jam di ponselnya menunjukkan pukul 23.59, artinya satu menit lagi sudah berganti hari dan mereka tidak datang. Sunghoon merebahkan tubuhnya, mata legam itu terpejam.

"Pembohong, kalian udah buat gue nunggu."

Seprei coklat dengan motif bangun datar itu telah kucel diremat untuk meredamkan amarah. Perlahan air matanya jatuh dari matanya yang masih setia terpejam. Sunghoon sudah berharap, tapi kenapa realita menghancurkan ekspektasinya?

Ia bangkit menuju meja belajarnya, memungut piring roti yang penuh semut dan berakhir merambat ke tangan putihnya. Sunghoon sudah tidak peduli dengan sakitnya gigitan semut, ia tetap berjalan ke dapur dan membuang roti ke tempat sampah.

Bagaikan menggunakan body lotion, Sunghoon mengusap tangannya dengan santai, menyingkirkan semut-semut hitam yang kini berjatuhan di lantai.

"Sedang apa kau malam-malam begini?"

Mina melihat penampilan putranya dari atas ke bawah. Terlihat berantakan. "Apa yang kau buang?" Ia melihat tempat sampah. Banyak yang bilang kita tidak boleh membuang-buang makanan, sebab masih ada yang lebih membutuhkan. "Kenapa rotinya dibuang?"

Mina berjongkok di depan tempat sampah sambil memiringkannya. Wajahnya tampak cengo saat tahu roti yang dibuang masih utuh. "Apa-apaan ini, Sunghoon?!"

Hanya diam,  menjawab pun akan membawanya dalam masalah. Ia menatap lurus ke depan tanpa ekspresi, Sunghoon pasrahkan saja pada yang di atas. "Kau tahu kita sedang berhemat? Bagaimana bisa kau membuangnya? Itu bisa kita makan untuk lima hari ke depan!"

Mina berdiri dan mendorong Sunghoon hingga terjatuh menabrak tempat sampah. Isinya berceceran di lantai, menimbulkan bau busuk dari sampah basah.

"Tanggung jawab agar makanan itu tidak sia-sia."

Circle ✓Where stories live. Discover now