21. Terbongkar

219 43 1
                                    

Ibu tidak akan kembali ke dalam pelukannya, maka biarkan gadis itu yang memeluk nisannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ibu tidak akan kembali ke dalam pelukannya, maka biarkan gadis itu yang memeluk nisannya. Satu persatu mulai pergi, menyisahkan Rei bersama Nara. Ia setia menemani sahabatnya, tidak akan ditinggal karena Rei sudah tak punya siapa-siapa lagi.

"Kamu mau pulang ke rumah ku? Sementara menginap di sana sampai kakakmu pulang." Nara mengusap punggung Rei yang bergetar.

"Tidak, bagaimanapun aku akan tetap pulang meskipun rumah itu telah kosong."

"Rei, kenapa kau tidak mengabari kakakmu supaya dia pulang dan menemanimu di rumah?"

"Dia bukan kakakku lagi. Maaf Nara, tapi bisa kau tinggalkan aku sendiri?"
Gadis itu menatap penuh harap. Sekarang dia sungguh membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya. Nara tentu paham maksud sahabatnya itu, ia pun tersenyum dan meninggalkan Rei. Tidak sungguh, Nara akan menunggu di depan pintu pemakaman.

Taburan bunga di atas gundukan tanah ia remat, rasanya hati Rei seperti kepingan bunga itu, hancur. Ia membuka tas selempang dan mengambil buku dengan cover berwarna coklat. Ia buka halaman pertama dan mengambil secarik kertas yang ia selipkan.

Diusapnya air mata agar tidak terjatuh dan merusak tintanya. Kata demi kata ia baca, tulisan tangan itu adalah milik ibunya. Rei terduduk di tanah setelah lama jongkok. Matanya bergerak ke kanan dan ke kiri.

Rei, ibu tahu kau yang pertama akan menemukan ibu, maka kata maaf yang pertama juga untukmu. Maafkan ibu karena tak bisa menemanimu lagi, maafkan karena ibu tidak bisa menjadi ibu yang baik untukmu. Selama ini aku sudah mencoba untuk berubah, namun naluri itu tak bisa ku lawan. Rei, ibu ingin berhenti dari ini semua, ibu tidak ingin membunuh lagi. Ibu menyesal, maka dari itu ku putuskan untuk pergi. Dari pada aku harus hidup dengan penyesalan yang tak akan hilang.

Tolong hentikan kakakmu Rei, teman-temannya tidak bersalah. Tidak ada yang pantas untuk mati, mereka berhak hidup bahagia. Ibu minta padamu untuk selesaikan ini. Laporkan semuanya.

Gadis itu kembali melipat kertasnya. Ia masukkan dalam tas dan beralih membuka buku di genggaman tangan kirinya. Halaman demi halaman ia baca, ternyata itu adalah buku harian milik kakaknya. Menumpahkan segala keluh kesah tentang pertemanannya dan keadilan yang tidak ia dapat dari keluarga. Sunghoon benar-benar merasa diasingkan.

"Apa mungkin ibu sadar jika dia telah jahat pada kak Sunghoon setelah membaca buku ini? Ternyata kakak adalah orang baik yang tersakiti."
Rei membalik halaman kosong, ia menemukan nama ibunya dengan tulisan tinta biru.

Sunghoon, apa kau sudah merasa puas? Apa kau sudah bisa tidur nyenyak? Bagaimana dengan teman-teman mu? Ibu tidak pernah memberimu kasih sayang penuh seperti ibu memberikannya pada adikmu. Semua itu bukan sungguhan ibu tidak sayang padamu, semua ada alasannya. Ibumu ini orang jahat, sejak lahir nalurinya tak bisa dikendalikan. Apapun ku lakukan untuk memuaskan diri, dan ibu sadar jika itu menurun padamu.

Dulu sekali ibu sama sepertimu, dibedakan dengan adik ibu oleh nenekmu. Maka dari itu ibu tidak marah saat tahu kau membunuhnya. Ibu memperlakukan adikmu seperti itu karena ibu merasa dia adalah diriku yang seharusnya diperlakukan baik, sementara sebaliknya padamu.

Circle ✓Where stories live. Discover now