18. Liburan ke Desa

153 40 12
                                    

Kicauan burung menyambut betapa cerianya hari itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kicauan burung menyambut betapa cerianya hari itu. Yang baru saja datang langsung disambut dengan girang. Satu-persatu bersalaman, saling menepuk punggung dengan senyum gigi yang manis. Tas ransel besar yang digendong memberi tahu betapa banyak barang yang telah dibawa. Jungwon meneteng alat pancingnya, ia memamerkan pada teman-temannya. Namun, tak ada yang memujinya, justru ejekan yang membuatnya menatap sinis dengan bibir yang mengerucut.

Suara klakson mobil membuat mereka berdiri dan bersiap. Jay membuka kaca, menyapa teman-temannya dan menyuruh untuk cepat masuk. "Kayaknya jalanan bakal macet, ada jalan fintas gak?"

Sunghoon yang sedang mengikat ranselnya di atas mobil, melirik sebentar dan kembali fokus. ia tersenyum, entah apalah arti senyum itu. "Ada, nanti gue arahin di jalan, atau mau gue yang nyetir?"

"Eum ... boleh, deh, untuk saat ini gue dulu yang nyetir nanti gantian aja."

"Oke." Sunghoon menepukkan tangannya pada celana, pekerjaan sudah beres. Dia duduk di depan bersama Jay, di bangku tengah ada Heeseung, Jake dan Jungwon. Sedangkan di belakang ada Niki dan Sunoo yang sedang beradu mulut karena tempat yang mereka rasa terlalu sempit. Mobil mulai melaju, tapi perdebatan di belakang tak kunjung selesai sebelum ada yang melerai.

"Heh, kita yang bertiga di tengah aja anteng, ini kenapa kalian cerewet banget? Atau mau duduk di atas biar luas, sekalian di depan sendiri?"

"Ih, bang Heeseung tega. Situ gak ada barang apa-apa, lha ini ada pancing sama ranselnya si Jungwon. Dasar beban." Ujar Niki yang sengaja mengatakan kalimat terakhir di dekat telinga Jungwon. setidaknya agar pemuda itu merasa.

Jungwon menutup telinga dan membelakangi Niki yang memelototinya.

"Mau tuker tempat? Ayo sini." Heeseung tersenyum remeh saat Niki hanya diam dan memutus kontak mata dengannya. Ia tidak suka duduk di tengah, Niki lebih suka duduk di dekat jendela sambil melihat-lihat pemandangan. Heeseung menghela napas dan menatap adik kelasnya itu dengan datar. "Makanya jangan banyak ngeluh, udah tau ada yang lebih susah malah sambat terus, nikmati aja perjalannya."

Niki berdecak saat mendapat nasehat dari Heeseung, ia melengos dan memilih untuk melihat jalanan. "Cerewet." Tanpa Niki tahu, Sunoo diam-diam menggeser ransel yang ada di tengah agar lebih dekat dengan Niki, ia terkikik dan memejamkan mata seolah tak melakukan apa-apa.

"Kok tambah sempit, sih," keluh Niki mendengus kesal.

Desa nenek Sunghoon memang jauh, melewati jalan pintas saja mereka sudah menghabiskan waktu 45 menit. Jalanannya memang tidak terlalu ramai, sebab Sunghoon mengarahkan untuk lewat jalanan yang masih perkampungan, sehingga jarang ada mobil melintas. Jay menyetir dengan hati-hati, banyak anak kecil berlarian.

Ia melirik teman-temannya yang berada di belakang dari kaca spion. Ternyata mereka sudah tertidur, kecuali Jake yang bermain ponsel, Sunghoon dan dirinya. "Di depan kayaknya fertigaan, ini kanan atau kiri?" Jay langsung membelokkan stir ke arah kiri, sesuai petunjuk.

Circle ✓Where stories live. Discover now