19. Circle Game

152 42 5
                                    

Setitik air jatuh mengenai punggung tangannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setitik air jatuh mengenai punggung tangannya. Kepalanya mendongak menatap mendungnya langit. Awan gelap menyatu, menutupi sang surya perlahan-lahan. Angin dingin mulai bertiup, membuatnya menggigil. Pautan tangan yang semula tertaut kini terlepas untuk memeluk tubuhnya masing-masing. Jake mendesis, tumbuhan jagung bergoyang, membuat debu disekitarnya terangkat.

"Bentar lagi hujannya turun deras, nih, bang Sunghoon masih jauh emangnya? Udah lama kita jalan lurus tapi gak ketemu." Jungwon menengok ke belakang, jalan kampung sudah tak terlihat saking jauhnya. "Apa kita balik aja, ya?"

"Terus Sunghoon?" Jake mengernyit, dinginnya benar-benar tak bisa ia tahan. Sweater yang ia gunakan tidak bisa menghalau dingin, terlebih lagi ia menggunakan celana sepanjang lutut.

"Harusnya kalau tau mau hujan dia pasti bakal balik, apa kita tunggu di sini aja, ya?"

Jake diam, ia menimang usulan yang diberikan Jungwon. Sebenarnya ia ingin kembali saja, namun terasa tanggung jika ditinggal. "Iya, deh, kita duduk di situ aja."

Jake dan Jungwon menselonjorkan kakinya yang terasa pegal. Mereka bercengkrama, tak terasa sudah lima belas menit menunggu, Sunghoon belum juga kembali. Jake mengadahkan kepala, rintik hujan semakin banyak. Bulir-bulir air besar jatuh pada wajah mereka berdua. "Gimana, nih? Kita balik aja, ya." Jake berdiri sambil membersihkan celananya. "Iya, deh, bang."

Mereka berlari keluar dari ladang jagung. Mereka tidak lagi takut untuk tersesat, jalannya sangat mudah untuk dihafal. Berlari sekencang apapun tak akan dapat menghindari hujan. Napas mereka memburu, sekujur tubuh basah kuyup. Jake dan Jungwon menengok pada jalan setapak yang ada di belakang mereka. Gelap, suara guruh bersahutan bersama dengan petir yang menyambar. Suasana desa menjadi sunyi, orang-orang yang mereka lihat memancing di sungai sudah tidak ada.

"Bang, mending kita cepetan pulang deh," ujar Jungwon sambil sesekali mengusap wajahnya.

Jake mengangguk, mereka lantas berlari pulang. Sungguh berbeda dari biasanya. Desa yang awalnya sejuk dan asri mendadak suram hanya karena hujan mengguyurnya.

Di rumah, teman-teman mereka menunggu di ruang tamu. Heeseung yang menyadari kedatangan Jungwon dan Jake langsung menghampiri dengan raut panik. "Kalian dari mana? Kenapa bisa kehujanan gini?"

Heeseung menyuruh Niki untuk mengambilkan handuk. Dua pemuda itu menggigil kedinginan. Tangan mereka terkepal di depan dada, kakinya bergetar menahan tubuh yang terasa beku. "Kita habis dari ladang jagung buat nyusul Sunghoon, tapi dia gak balik-balik."

"Nih, handuknya."

"Ma --- makasih, Nik," jawa Jungwon dengan terbata-bata.

Taehyun menghampiri mereka dengan keheranan. Benar juga, sejak tadi dia tidak melihat Sunghoon, yang lain pun baru menyadari. "Dia ke ladang sama paman Henri? Tadi gue ke rumahnya tapi paman gak ada."

Jake menggeleng. "Justru paman Henri pulang setelah nganter kita dari ladang. Dia juga bilang Sunghoon sendirian."

Heeseung berkacak pinggang, ia khawatir dengan kondisi temannya. Meskipun dia sudah mengenal desa ini, bukan berarti akan terjamin selamat. "Kalau gitu gue ke rumah paman Henri lagi, siapa tau dia udah pulang dan bisa aja Sunghoon di sana."

Circle ✓Where stories live. Discover now