2. Hadiah Ulang Tahun

506 71 15
                                    

Berita kematian salah satu pelajar SMA telah menyebar luas, membawa rasa takut dan trauma bagi sebagian remaja yang menempuh pendidikan di sana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Berita kematian salah satu pelajar SMA telah menyebar luas, membawa rasa takut dan trauma bagi sebagian remaja yang menempuh pendidikan di sana. Kepala sekolah meliburkan murid-murid untuk sementara waktu, mungkin satu hari untuk menyelesaikan masalah ini.

Bagi mereka sehari adalah waktu yang singkat. Butuh waktu untuk melupakan, atau setidaknya mengistirahatkan pikiran dari bayang-bayang mayat Junghwan. Jika begitu kenapa tidak pindah sekolah saja?

"Parah banget, libur malah dikasih tugas. Harusnya kita itu istirahat, healing dari kejadian kemarin." Bolpoin dibanting di atas buku catatannya, hingga mencoret sedikit bagian yang sudah ia tulis.

"Yang bilang libur sehari siapa? Gurunya itu bilang daring, bukan libur."

Mendengarnya ia hanya melengos. Memang ini libur, tapi juga dalam jaringan, atau biasa disebut belajar di rumah. "Yang lain mana, sih? Ditunggu gak dateng-dateng."

"Sabar, cicil aja dulu tugasnya, belum selesai itu."

Sunoo mendengus kesal, ia kembali berkutat dengan tugasnya. Waktu sudah berlalu setengah jam melebihi jam yang sudah dijanjikan, hingga yang mereka tunggu akhirnya datang. Mendengar suara motor, Sunoo langsung keluar. Namun, ia dibuat terpaku saat Niki berdiri di depan pintu sambil membawa kue ulang tahun. Perasaan senang, terkejut, dan haru menjadi satu tanpa bisa dia ekspresikan dengan benar. Sunoo hanya menutup mulut seakan tak percaya.

"Selamat ulang tahun, cerewet!"

Sorakan menyeruak bersama confetti yang berterbangan. Rasa kesal dalam dirinya seketika padam melihat teman-temannya yang datang tidak dengan tangan kosong. Benar-benar kejutan yang menyenangkan.

"Wah, makasih buat kalian semua. Gue gak nyangka bakal ngelakuin ini, jujur gue aja lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahun gue." Matanya berbinar, takjub. Setelah banyak ucapan selamat, Sunoo mempersilakan teman-temannya untuk masuk ke dalam.

"Bang Sunghoon sabar banget nemenin Sunoo, gak bisa bayangin, sih, sabarnya bang Sunghoon sama ocehannya," ujar Jungwon dan meletakkan hadiah di atas meja.

"Ngomong lagi gue buang lo ke jurang." Ancaman Sunoo membuat teman-temannya tertawa.

Sunghoon ikut senang melihat mereka yang mulai memotong kue dan melahapnya dengan nikmat. Tak lupa, sudah menjadi tradisi untuk membuat postingan story ucapan ulang tahun dengan foto aib pemilik hari. Sudah banyak postingan yang di- repost oleh Sunoo, bahkan garisnya sampai kecil saking banyaknya.

Sunghoon meletakkan ponselnya dan ikut bergabung dengan teman-temannya. Obrolan hari itu sangat banyak, seolah tak ada hari lagi untuk mereka bertemu. Tidak jarang dalam perbincangannya menyinggung soal peristiwa Junghwan yang kini dianggap sebagai bunuh diri.

"Kasihan tau, gue jadi merinding. Hadiah yang harusnya gue kasih ke dia, udah gue kasih ke orang yang lebih butuh. Sumpah, semalaman gue gak bisa tidur."

"Gak lo aja, bang. Gue juga, apalagi kita bertiga liat secara langsung," ujar Niki menimpali ucapan Heeseung.

"Kira-kira dia bunuh diri kenapa, ya? Masa iya depresi?" tanya Sunghoon menggaruk keningnya. Seluruh warga sekolah tentu syok saat mendengar berita bunuh diri itu.

"Kalau menurut gue sih nggak, dia, kan, anak orang mamfu."

"Eh, Bang Jay, lo yang mampu aja suka sambat. Kalau dipikir, nih, ya gak semua orang mampu tuh hidupnya mulus. Namanya hidup ya pasti ada cobaannya, mungkin aja kebanyakan beban dia, makanya bundir," ujar Sunoo kemudian melahap camilan yang dibawakan Jay.

"Apa jangan-jangan dia sengaja didorong dari atas?" Ucapan Niki membuat mereka diam, hanya saling melirik hingga Sunghoon tertawa kikuk, memecah keheningan.

"Apaan, deh, ya kali ada pembunuh di sekolah. Katanya kepala sekolah tadi itu gak ada bukti kalau ini kasus pembunuhan."

"Lagian kalau emang dibunuh, tuh orang tega banget, sih, yang bunuh Junghwan. Mana hari itu tepat hari ulang tahunnya." Jake murung mengingat kenangan saat dia bersama Junghwan, anak yang ceria dan ramah pada semua orang. "Gua ngebayangin sedihnya orang tuanya kalau misal mau ngerayain ulang tahun anaknya, jadi keinget sama kematiannya."

"Duh, gue jadi parno sendiri. Hari ini, kan ... gue ulang tahun." Sunoo mengusap tengkuknya dengan mimik ketakutan.

"Omongan lo, ya. Kebetulan aja kemarin itu, kan orang meninggal gak ada yang tau harinya," ujar Jake dan diangguki temannya yang lain.

Agenda yang awalnya mengerjakan tugas bersama, malah berubah menjadi makan bersama. Teman-teman Sunoo pulang saat akan menjelang petang. Mereka meninggalkan Sunoo sendiri di rumah, meskipun awalnya mereka ingin menemani sampai orang tuanya pulang. Namun, mereka sudah ditunggu tugas yang menumpuk dan orang tua yang memang menyuruh untuk pulang.

Sunoo membereskan sisa makanan dan piring kotor. Setelah semuanya beres, ia merebahkan tubuhnya di atas sofa. Matanya menatap enam buah hadiah ulang tahun yang tergelatak di karpet. Dirinya turun sambil merangkak, perlahan mulai membuka hadiah pertama yang ia tahu dari Heeseung.

Senyum terbit di wajahnya saat melihat miniatur mobil yang tertata rapi di dalam kotak plastik bening. Hadiah kedua dari Jay, yang mana isinya sepasang sepatu bermerk yang tentunya dibandrol dengan harga tinggi. Semua hadiah sudah dibuka. Benda yang diberikan bagus-bagus, bahkan Sunoo sangat senang saat temannya memberi hadiah yang dia inginkan.

"Mereka itu kadang lemot, kadang pinter, tapi juga kadang gak bener." Ia menghela napas, "terima kasih, kalian baik banget." Sunoo mengemas sobekan kertas kado ke dalam plastik sumpah.

Saat ia akan mengambil kardus yang tersisa, ia menemukan kotak kecil yang terbungkus dengan kain putih. "Apa ini? Apa ini hadiah dari mereka juga? Tapi siapa yang ngasih?" Ia membolak-balikkan bungkusan itu, terlihat ada cairan yang merembes dari bungkus buntalan.

Alisnya mengernyit, rasa penasaran yang besar membuat Sunoo langsung membuka bungkusan itu. Teriakan ketakutan terdengar ke segala penjuru ruangan, ia lantas melemparkan bungkusan yang sudah terbuka itu ke sembarang arah, membuat isinya berceceran.

"Gila, siapa yang ngasih mata buat hadiah?"

Napas Sunoo memburu, jantungnya berdegup lebih cepat, ia cepat-cepat berlari keluar rumah dengan keringat bercucuran. Sepasang bola mata berdarah yang ia lihat itu membuatnya tak bisa tenang, bayang-banyangnya terus menghantui. Sunoo berlari sepanjang jalan komplek rumahnya. Dirinya yang panik tidak menyadari ada sepeda motor yang melaju saat di perempatan jalan, hingga akhirnya Sunoo tertabrak dan terkulai tak sadarkan diri di jalan.

 Dirinya yang panik tidak menyadari ada sepeda motor yang melaju saat di perempatan jalan, hingga akhirnya Sunoo tertabrak dan terkulai tak sadarkan diri di jalan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Circle ✓Where stories live. Discover now