Part 1

9.9K 339 5
                                    

"Kan aku udah bilang ga, tolong angkat telpon aku sebentar aja, gabisa?"

Lelaki diujung sana menghembuskan nafasnya dengan kasar. Diam menantiku melanjutkan amarahku. Mungkin saat ini dia merasakan lelah, dan merasa amat lelah lagi saat aku menyemburkan emosiku padanya.

"Bisa." Balasnya kaku, akhir akhir ini aku banyak melihat perubahan dari dirinya. Selain ucapannya atau perkataannya yang semakin sedikit, tingkahnya pun semakin kaku kepadaku.

"Kalau bisa kenapa gak kamu angkat?" Balasku lagi, "Aku bahkan cuma mau gomong sama kamu ga sampai lima menit ga, cuma mau ngomong sebentar. Cuma mau minta tolong kirimin aku gopay karna gopay aku habis dan atm aku keblokir sedangkan aku harus bayar gojek"

Lelaki itu mendekatiku, mengambil alih tanganku yang sedang memotong buah apel untuk kubuat jus.

"Bisa kalau kamu ga ngomel terus." Katanya, sambil mengecup tanganku singkat. "Aku bener bener gatau kalau kamu telpon. Aku sibuk urus masalah kantor, Na. Kamu tahu berapa banyak kasus yang lagi aku tangani" Kan, laki laki ini selalu bisa mengambil celah hatiku, celah simpatiku.

"Lagian kenapa sih harus jadi polisi?" Balasku makin sewot. Kembali laki laki itu tertawa singkat.

"Kalau aku ga jadi polisi, mana mau kamu sama aku?"

Aku membalas ucapannya dengan delikan tajam. Mana ada aku begitu. Nih ya aslinya aku anti banget loh sama laki laki yang berprofesi jadi polisi. Bukannya apa, cuma kok ya kebanyakan laki laki yang berprofesi memiliki seragam kebanyakan tipe tipe pria red fleg. Aku sih no besar.

Kalau kata temanku semasa kuliah, aku itu lagi kena karma. Soalnya dulu aku anti banget sama cowo berseragam, karna pikirku mereka cowo cowo yang berseragam itu kebanyakan gaya. Bisanya cuma pamer seragam, yah walau ga semua sih. Tapi kan kebanyakan begitu, banyak tuh cowo cowo berseragam yang sukanya halo deck.

"Emangnya aku tergila gila sama kamu karna seragam kamu ga?"

"Iya kan? Kamu suka gitu lihat aku pakai seragam"

Astaga.

Yah bener sih, tapi kan bukan itu konteksnya. Aku suka banget waktu dia pake seragam polisinya karna dia kelihatan banget gagah dan tampannya. Buat aku ngerasa selalu beruntung dapetin laki laki seperti dia dihidupku.

"Dan kamu suka lihat aku gapakai apa apa" 

Kali ini dia tertawa kencang, sampai memperlihatkan gigi putihnya yang tersusun dengan rapih. Heran deh, semua yang ada didalam diri dia tuh selalu bagus. Rambutnya sekalipun kalau botak pasti akan tetep terlihat tampan.

"Jadi? Kamu masi marah sama aku, Na?"

Pake tanya!

"Menurut kamu aku harus maafin kamu setelah aku repot repot telepon orang orang cuma minta dikirimin gopay?"

"Kan itu kesalahan ga disengaja, Na" Keluhnya lagi, "Astaga,  emang salah deh hapenya aku silent. Aku bener bener gatau kamu telpon aku"

"Tiga belas panggilan tak terjawab loh ga." Ucapku lagi, masih mencoba mencari sisa sisa kemarahanku padanya. "Itu pun tiga panggilannya aku telepon setelah satu jam aku sampai rumah. Dan kamu masih gak angkat telepon aku, kenapa sih susah banget ngehubungin kamu?"

Laki laki yang berdiri disampingku kembali menyugar rambutnya dengan gerakan cepat dan acak. "Aku minta maaf, oke?" Bujuknya lagi padaku. Aku menggeleng dengan cepat.

"Dan ngebiarin kamu ngulang kesalahan yang sama lagi?"

Kali ini laki laki tersebut menarikku mendekat hingga menabrakkan badanku dengan badannya. Menyambutku dalam pelukan hangat dan juga sedikit gemas saat ia mencium pucuk kepalaku.

"Aku masih ga nyangka udah nikahin wanita sebawel kamu"

Diam diam aku tertawa dalam pelukannya sambil mencoba mencari posisi ternyaman dalam pelukannya dan sesekali menghirup bau badannya yang wangi walau aku tahu dia sudah banyak beraktifitas hari ini. Namun wangi badannya tak pernah menghilang sekalipun dia pergi berolahraga atau berlarian larian untuk apel pagi.

Berbeda denganku yang harus menyemprot banyak parfum disetiap saat supaya tetap terjaga harumnya.

"Dan kamu nyesel ga udah nikahin aku?"

"Kamu ngomel sekali lagi beneran aku cium loh, Na." Ancamnya padaku padahal sedari tadi dia sudah mencuri curi kecup pipiku. Memang ya lelaki.

"Udah makan?"

Kali ini aku mengabulkan perkataanya yang melarangku mengomel lebih jauh. Menanyakan apa dia sudah makan memang lebih terasa bermanfaat dari pada terus terusan mengomelinya yang hanya selalu dibalas dengan banyak alasan.

"Sudah tadi sama anak anak" Balasnya sambil melepaskanku dalam pelukannya. Aku kembali melanjutkan kegiatanku mengupas apel, dan dia kembali duduk di meja bar.

"Anak anak?"

"Bayu, Raka, Vincent" Jawabnya cepat, mencegahku berpikir yang aneh aneh tentangnya.

"Mereka anak kamu?" 

"Anak buah" Balasnya pede, aku menggelengkan kepalaku. Memang sih laki laki didepanku ini narsisnya minta ampun. Selain sikapnya yang baik, wajahnya yang tampan, dan bergelimang harta, laki laki ini memiliki tingkat kenarsisan yang cukup tinggi.

Dia suka berekpresi dan bergaya tanpa malu. Bahkan followers instagramnya lebih banyak dari pada aku. Jangan tanya akun tiktoknya, mungkin sekarang sudah mencapai dua juta pengikut atau lebih. Dia memang konten kreator yang cukup terkenal atau lebih tepatnya terkenal dikalangan bocah bocah yang penasaran dengan tingkat kehalo deck-annya.

Tapi walau begitu banyak juga sih hal positif dari konten kontennya. Walau sebenarnya aku sedikit kurang suka laki laki ini terkenal didunia maya. Bukan berarti aku tidak suka atau tidak mendukungnya kok, cuma aku sedikit was was aja. Gatau deh apa ketakutanku, gajelas.

"Si paling punya anak buah ya" kataku dengan penekanan disetiap katanya.

Dia tertawa lagi, "Dan aku punya kamu" Katanya sambil mengedipkan matanya kearahku.

Tuhkan! Buaya banget cowok satu ini!

Astaga.

"Dan aku bukan punya kamu"

"Oh gitu?"

Aku mengangguk senang, kembali mengidupkan chopper saat aku mengetahui hasil gilingan apelku yang kurang halus.

"Mau?" Tawarku setelah menuangkan jus apelku yang sudah jadi. Sumpah ya jus apel itu enak banget, dari banyaknya buah buahan aku paling suka apel kalau untuk dijadikan jus.

"Enggak" Tolaknya terus terang, dia memang anti banget sama jus apel katanya rasanya terlalu krenyas krenyes.

"Enak tau ga. Manfaatnya juga banyak, baik untuk kesehatan jantung, mencegah asma dan diabetes, juga bagus buat kesehatan kulit.  Sesekali kamu harus minum jus apel kalau kamu mau kulit kamu sehat kaya aku" Jelasku padanya, dia menganggukan kepalanya dengan singkat.

Kemudian berdiri dari duduknya dengan sekejap menghampiriku dan mencium ujung bibirku dengan singkat.

"Udah kan?" Tanyanya lagi, "Aku udah minum jus apel dari sisa sisa bibir kamu, Na"

Aku masih mematung mencerna ucapannya, badanku masi kaku gini dan dia dengan entengnya kembali duduk.

Suka banget buat orang jantungan!

"Bisa ga gausah tiba tiba cium orang?!" Balasku sewot. "Astaga, kamu bahkan buat aku jantungan ga!" Kembali aku menatapnya dengan tajam.

"Jus apel baik untuk kesehatan jantung kan, Na?" Dia memulas senyum licik kearahku.

Oh, astaga.

Bisa bisanya aku menikahi laki laki sekonyol dia?

























hallo guys. Balik lagi dicerita sekianku haha. Pokoknya cerita ini bakan konsisten aky tulis wkwk. Masukin aja di library kalian guys, karna aku bakal rutip upnya. Tapi jangan lupa vote dan komen ya buat dukung cerita ini. Pokoknya happy happy guys. Dan selamat datang dicerita merekaaaaa!!!

Anw komen yang banyak biar aku cepet up part selanjutnyaa yaa!!

Jalan PulangWhere stories live. Discover now