Part 22

5.9K 205 13
                                    

Suatu rangkaian neuron yang terletak jauh didalam temporal lobe dinamakan amygdala. Amygdala adalah sebuah organ di dalam otak besar yang berfungsi dalam mengatur emosi dan ingatan yang berhubungan dengan rasa takut dan bahagia. Organ ini termasuk ke dalam sistem limbik atau sekumpulan organ yang berperan dalam pembentukan tingkah laku, emosi, dan memori. Ketika kita sedang merasa marah, kecewa dan bahagia maka ingatan tersebut akan tersimpan didalam amygdala dan bisa tersimpan dalam jangka waktu yang lama.

Maka ketika aku bisa mengingat setiap momen yang telah aku habiskan untuk tumbuh dan berkembang bersama dengan Ega. Kami melakukan segalanya bersama dan semua itu tercatat didalam memori ingatanku. Bagaimana pertama kali kami bertemu dan jatuh cinta. Aku tersenyum hangat. Malam itu terekam dengan sangat jelas didalam ingatanku. 

Bagaimana laki laki itu menemuiku untuk pertama kali dengan tatapan matanya yang meneduhkan dan keperduliannya yang ia tunjukan denganku. 

"Rayana kan?"

Aku tersenyum kala itu.

"Mas Ega ya?" Tanyaku memastikan, walau aku yakin dugaanku benar. Dengan seragam polisinya yang membuat fisiknya makin menarik. Diam diam aku menahan diriku untuk tidak tersenyum lebar saat memandang wajahnya. 

"Iya. Divanya yang menghubungi saya untuk nemuin kamu." Jelasnya kepadaku. "Oh iya, kenalin ini teman saya namanya Diego." Ega mengenalkan temannya yang berdiri tak jauh darinya. "Saya ajak soalnya emang lagi patroli bareng." Lanjutnya lagi.

Aku tersenyum mengangguk. Diego tidak setinggi Ega dan wajahnya terlihat sangat bersih. menurutku mungkin Diego bisa disebut lebih tampan tapi dengan wajah manis dan teduh milik Ega jelas Diego kalah telak dibandingkan dengan Ega. Sebenernya aku tidak memiliki ciri khusus menentukan tipe pasanganku, tapi aku rasa Ega adalah tipeku. Dia bukan orang yang dengan mudah mengumbar senyum tipe laki laki yang banyak dicari. Sepertinya dia juga bukan orang yang akan sulit dimintai pertolongan. Bahkan ditengah malamdan disaat ia sedang letihnya berpatroli dia mau membantuku. 

"Sorry, boleh saya cek mobilnya?" Suara syahdu Ega menginterupsiku untuk terbangun dari lamunanku. Tersadar dengan hal bodoh yang telah kau lakukan, dengan cepat aku membuka pintu mobil untuk Ega. 

Ega membuntutiku dari belakang dan mengambil alih memegang pintu mobil dari tanganku. Kemudian dengan cepat aku mengambil tasku, saat akan beranjak aku tak sengaja melihat Ega menatapku dengan intens. Dengan suara gemuruh dada yang makin berisik aku berdehem untuk menetralkan degup jantungku. Kemudian membiarkan Ega memasuki mobilku untuk diperiksa. 

"Tinggal dideket sini Mba?" Diego yang berdiri tak juah dariku mengajakku berbicara. Aku mengalihkan fokusku untuk menatapnya. 

"Oh enggak Mas, saya tinggalnya di Depok sekalian biar deket kampus." Jawabku lagi, setelah memencet tombol send kepada Anya mengabari bahwa kakaknya sudah tiba ditempatku. Aku memfokuskan untuk menatap lawan bicaraku. "Mas Diego yang tinggal dekat sini?" tanyaku balik dengan sopan. 

"Iya gak jauh dari sini, kamu anak kuliahan toh?" Diego menatapku tak percaya. Aku tersenyum jenaka.

"Gak kelihatan kaya anak kuliahan?" Tanyaku geli.

Diego tertawa. "Jarang liat anak kuliahan bawa mobilnya BMW gini. Kayanya dompet saya lagi nangis liatin mobil kamu."

Kali ini aku tertawa cukup lebar. "Mas Diego lucu juga ya." Pujiku tulus. Diego terlihat makin tertawa sambil menaikan alisnya bangga. "Ditangisin sih bener, soalnya suka mogok gini. Lagian ini mobil juga dari Papa saya Mas, bukan punya saya."

Diego lagi lagi tertawa, sebenernya asik juga ngobrol sama dia. Pembawaannya yang open minded  dan receh. "Oh gini ya cara bicaranya orang orang old money.

Jalan PulangWhere stories live. Discover now