Part 4

3K 185 11
                                    

Kami pergi ke rumah Mama pukul dua siang hari. Jangan ditanya berapa chat yang Mama kirimkan kepadaku. Aku emang janjian sama Mama bakal datang pukul sebelas, namun harus mundur sampai jam dua siang. Penyebabnya adalah laki laki disampingku ini, dia berjanji akan mengantarku setelah ia kembali dari kantornya. Padahal aku sudah mewanti wantinya supaya jangan telat tapi tetap saja dilanggar.

"Pokoknya kalau Mama ngomel, salah kamu ya ga!" Seruku ketus, Ega hanya manggut manggut gajelas. Jelas dia cari aman!

"Siniin hapenya" Seruku lagi, setengah gemas karna suara dering telepon milik Ega yang tak kunjung berhenti berdering.

"Ini Vincent"

Jelas Ega enggan memberikan hapenya padaku. Gatau tuh gaya banget, kaya bakal aku apain aja hapenya.

"Vincent istri kamu ga?" Tanyaku ngawur, ini aku bertanya bukan tanpa alasan. Dari tadi vincent menelpon Ega ga berhenti berhenti. Padahal sudah beberapa kali dengan Ega sengaja di reject.

"Ngaco, Na"

Ega sedikit terhibur, air mukanya kembali segar setelah sedari tadi menahan kesal karna banyak sekali gangguan dari anak anak kantornya yang tak berhenti menghubunginya.

"Dia habis didamprat sama atasan, Na. Ngadunya sama siapa lagi kalau bukan aku?" Ega menoleh menatapku. "Vincentnya juga lebay" Akunya kemudian.

Setahu aku ya, Vincent itu juniornya Ega yang usianya mungkin seusiaku. Dia beberapa kali singgah kerumah, orangnya juga asik diajak ngobrol terlihat banget penurut sama Ega. Pokoknya mereka berdua tuh klop banget deh. Kalau kata Vincent, Ega itu senior yang suka mengayomi junior juniornya. Makanya Ega akrab banget sama juniornya, bahkan udah kaya temen sendiri. Tapi ya diluat itu semua, memang benar kok Ega itu pembawaannya adem banget. Sekali lihat aja kayanya orang bakal segan untuk menuruti semua perkataannya. Tingkah lakunya yang gak neko neko, cuma nyebelinnya itu loh suka ilang ilang kalau dibutuhin.

"Kaya kamu enggak aja"

Ega mencibir kemudian, "Mama hari ini memangnya mau pergi kemana, Na?"

Aku menoleh lagi, memang Mama hari ini berniat pergi menghadari undangan pernikahan anak dari temannya. Makanya Mama sebel banget tau aku sama Ega mundur banget waktu ketemuannya.

"Kondangan lah, tau sendiri gengnya Mama gimana"

Ega tertawa, akupun ikut tersenyum. Mama itu memang gaul banget, punya geng ala ala ibu sosialita gitu. Tiap bulan ada aja acaranya, yang pesta, lah arisan lah, kepuncaklah, liburan barenglah, pokoknya semua hal yang berbau bau sultan. Ya kan? Ngabis ngabisin duit. Tapi aku gamasalah sih, yang penting Mama happy.

"Kamu ntar bakal kaya Mama ga, Na?"

Aku menggeplak lengan Ega cukup keras, "Aku bilangin Mama ya kamu!" Ancamku kemudian.

"Loh kan aku tanya ke kamu" Bela Ega dengan menatapku geli, "Bakal jadi emak emak sosialiata ga kamu?" Kemudian tertawa menyebalkan. Aku meliriknya sinis tetapi dia malah tertawa terpingkal pingkal. Emang yah ngeselin banget!

"Emang emak emak sosialita dimata kamu tuh punya stigma negatif ya ga?"

"Enggaklah, Na. Maksud aku kan kamu bakal jadi ibu ibu gaul gak nantinya."

"Emang aku udah jadi Ibu?" Tanyaku retoris banget, cari  penyakit juga sih sebenernya. Udah tau bakalan nyakitin diri sendiri dan pasangan tapi tetep aja masih dibahas.

Ega kemudian terdiam cukup lama, aku kembali memecah keheningan. "Michael hamil ga" Jelasku lagi. "Cepet banget gak sih? Kok aku lama banget ya ga?"

Tuhkan!

Jalan PulangWhere stories live. Discover now