Part 6

2.6K 179 4
                                    

"Selamat Ulang Tahun ya Kak," Mama memberikan ucapan selamat ulang tahun kepadaku saat setelah kami baru saja menyelesaikan memasak makan malam. Rencana siang tadi batal karna Mama ada urusan mendadak dikampus, dan baru pulang sehabis magrib. Setelah itu Mama mengajakku untuk masak bersama. Padahal janjinya Mama lho yang kasi makanan spesial.

"Makasi ya, Ma"

Aku memeluk Mama lagi, Mama itu sosweet banget deh sama anak anaknya. Menurut Mama memberikan kasih sayang itu banyak banget caranya.  Love language gak melulu hanya physical touch. Kata Mama seorang Ibu itu harus bisa memberikan bentuk kasih sayang semuanya. Physical touch itu perlu untuk menunjukan bentuk kasih sayang secara nyata, tapi memberikan word of affirmation juga sangat dibutuhkan. Karna menurut Mama seorang anak itu membutuhkan validasi dari orang tuanya. Anak akan merasa dirinya berharga kalau orang tuanya secara nyata memberitahukan secara langsung betapa sangat berharganya anak tersebut untuk orang tuanya.

"Maaf ya kak, Ini malah kakak yang bantuin Mama masak" Mama membeberkan rasa bersalahnya, aku tersenyum tulus seraya menggeleng.

"Aku malah seneng banget bisa masak bareng Mama lagi"

"Dulu kakak gasuka kalau diajak masak"

Aku tertawa nyengir, memang benar sih. Waktu masih gadis aku jarang banget mau diajak Mama masak bareng. Giliran mau nikah baru mikir gabisa masak, jadi buru buru belajar masak. Walau emang ujungnya aku juga jarang masak dirumah, tapi setidaknya sudah punya ilmu memasak.

"Pikiran aku waktu itu masi dangkal, Ma. Mana ada aku mikirin masakan selain gofood" Aku ku kemudian. Mama geleng geleng kepala tak habis pikir.

"Makan sekarang aja kali ya Kak?" Mama bertanya sambil menata piring piring dimeja makan. Mama menyusun empat piring berjejer dan berhadapan.

"Mas Eganya dibangunin dulu, Kak" Mama kembali melanjutkan perkataannya tanpa repot repot menoleh kearahku. Jujur aku males banget lho harus ketemu Ega, masi kesel aja bawaannya. Dia selalu semena mena dan aku gak suka itu.

"Iya"

Mama menoleh, "Yaudah sana, Kak."

Menghela nafas dan dengan berat hati aku melakukan perintah Mama.

Sejak sore tadi memang Ega sudah masuk kekamarku untuk tidur dan emangnya belum bangun apa sampai sekarang?

Tiba dikamarku aku disuguhi pemandangan Ega yang masi tertidur pulas. Capek banget kayanya dia, kemarin juga gak pulang kerumah. Pulang baru tadi pagi dan sudah ngajak ribut. Kaya kenapa sih susah banget gitu aku sama Ega adem ayemnya? Padahal kita jarang banget lho ketemu, sekalinya ketemu pasti berdebat. Ujungnya marahan, yaudah gitu aja terus.

"Ga..."

Aku memukul pelan lengan Ega, berharap dia langsung tersadar kemudian terbangun. Namun sampai beberapa kali aku memukul lengannya ia tak juga kunjung bangun.

Aku memutuskan untuk duduk disebelah Ega, dan memperhatikan wajahnya yang sedang tertidur. Orang kalau lagi tidur tuh kelihatan banget ya gak berdayanya. Kelihatan banget wajah lugunya. Apalagi Ega tuh kalau lagi tidur gini anteng dan cakep banget.

"Ga..."

Astaga! Susah banget deh bangunnya. Akhirnya aku memutuskan memukul mukul pipinya. Bulu disekitar rahangnya sudah lama belum dicukur. Geli banget kalau dipegang.

"Bangun"

Ega membuka matanya perlahan, kemudian menatapku diam. Mungkin dia sedang mengumpulkan nyawanya sehabis tidur. Aku juga kembali diam dan memperhatikannya.

"Jam berapa, Na?"

Ega bertanya kepadaku, kemudian buru buru bangun dan mengecek hapenya.

"Astaga, aku ada apel sore Na!" Ega berseru panik sambil mengotak atik hapenya. "Kok aku gak bangun sih!" Gerutunya lagi. Kemudian selanjutnya Ega kembali mengotak atik hapenya. "Apel sore ini kedatengan kapolres pusat, Na" Ega memberitaku lagi dengan wajah paniknya yang tak kunjung hilang. "Kamu gak bangunin aku, Na..."

Jalan PulangWo Geschichten leben. Entdecke jetzt