Part 15

2.6K 153 3
                                    

Aku meletakan infused water yang baru saja aku buat dimeja dan kemudian memotong buah stroberi segar untuk kumasukan dalam botol infused waternya. Aku memang rutin membuat infused water untuk dikonsumsi secara pribadi. Selain lebih sehat aku sangat suka air yang sudah diresapi dengan buah buahan. Aku lebih sering membuat infused water dari buah buahan dibanding sayuran. Aku juga sering membuat smoothies dipagi hari. Hal hal begini sudah menjadi rutinitas harianku.

"Mau kopi?" Aku menawarkan kopi setelah melihat Ega memasuki area dapur dan mendekat kearahku.

"Tadi pulang jam berapa?" Ega bertanya seraya memiringkan kepalanya dan mengecup bibirku sekilas. "Rasanya stroberi, Na." Ucapnya lagi.

Jelas rasa stroberi karna memang aku habis memakan stroberi yang baru kupotong untuk dimasukan dalam infused water.

"Jam enam" Ucapku singkat, kemudian mengambil teh hijau dikabinet. "Aku buatin teh hijau aja, Mau?" Tawarku kembali setelah mengingat Ega jarang meminum kopi saat dirumah.

"Gausah, Na." Balasnya sambil memasukan infused water yang telah kubuat kedalam kulkas. "Mau nonton malem ini?" Ega bertanya kembali lantas memeluk tubuhku dari belakang. "Drakor apa yang lagi tayang sekarang? Aku liat kamu jarang lagi nonton drakor" Ega mengecup kepalaku bertubi tubi. Aku balik merangkul tangannya yang mendekap erat tubuhku.

"Mau nonton. Tapi ditemenin ya? Kamu jangan main game lho" aku berbalik dan menatap matanya.

Ega tersenyum lebar, kemudian mencubit hidungku gemas. "Enggak, promise malem ini aku temenin. Mau marathon berapa episode nih?"

Aku tertawa. "Gausah janji janji ya Mas Ega. Ujungnya ntar kamu tinggal tidur."

Ega balik tertawa. "Asal kamu mau balik temenin aku."

Aku mengelengkan kepala dan membuka tudung saji. "Kamu mah selalu with benefit" Ucapku lagi. Sambil mengambil piring dan memasukan makanan kedalam piringku. "Udah makan belum, Mas?" Tanyaku kemudian duduk dimeja makan.

"Kamu masak apa?" Ega menghampiriku dan duduk disebelahku. "Mau Na, suapin tapi ya?" Ega memamerkan giginya. Aku menggelengkan kepala tak habis pikir. Mode manjanya Ega tuh begini.

Aku menyuapkan satu sendok kemulut Ega, dia menyambutnya dengan semangat. "Enak banget ayamnya. Tapi bukan kamu yang masak ya?"

"Kok kamu tahu bukan aku yang masak?"

"Kerasalah Na, masakan kamu tuh berciri khas. Kalau yang ini bukan cirikhas masakan kamu."

Aku tertawa. "Padahal kamu jarang makan masakan aku tuh."

Ega mengecup tanganku setelah aku menyuapkan makanan kembali kepadanya. "Tapi aku yang paling hapal masakan kamu."

"Buatan Mama ini tuh."

"Lho?" Ege terlihat kaget, "Tadi kerumah Mama?"

Aku mengangguk mengiyakan.

"Mama nanyain aku? Aku udah lama ga mampir kerumah Mama."

"Nanyain kamu, Mama mau ngomong kayanya sama kamu tuh. Paling ntar kamu di call."

"Kamu nakutin aku kan?" Ega menuduhku sambil tertawa. Aku menatapnya cemberut sambil menyuapkan sendok terakhir kearahnya.

"Beneran. " Jawabku mantap, "Mama kayanya lagi kecewa berat sama mantu kesayangan yang udah jarangan nengokin dia." Aku berkata tidak sepenuhnya berbohong. Mama memang kerap kali mengomel tentang ketidakhadiran Ega bersamaku saat mengunjungi rumah Mama. Padahal memang orangnya sibuk, sangking sibuknya jarang juga mengunjungi Bundanya sendiri.

Jalan PulangМесто, где живут истории. Откройте их для себя