in the morning

967 32 1
                                    

The closer you look, the more you see. Itu kata Aaron Hartzler dalam bukunya yang berjudul What We Saw.

Pernyataan ini dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, tergantung konteksnya. Namun demikian, secara umum, pernyataan ini menunjukkan bahwa semakin seseorang mencermati sesuatu, semakin banyak detail dan kerumitan yang akan ia temukan.

So, let's take a closer look to the 7-c class members. And you can see their life, their adventure, their struggle to keep the lives.

Mari memasuki kehidupan Randy Suwanda yang masih tidur padahal jam sudah menunjukkan pukul 06:15 pagi. Nama panjangnya Antonio Randy Suwanda, anak sulung dari pasangan Winda Saputri dan Chavez Suwanda.

Diantara teman-temannya di kelas 7-c, Randy adalah yang paling tua. Mereka lahir di tahun yang sama, tapi Randy keluar di awal tahun.

Walau begitu, tubuh Randy justru yang paling kecil diantara lainnya. Si kembar Permana yang notabene lahir paling akhir diantara mereka malah memiliki tubuh yang lebih besar.

Winda kembali memeriksa Randy setelah tadi pukul 06:00 sudah dia periksa. Ia dan suaminya mulai membiasakan Randy untuk bangun sendiri. Tapi karena memang dasarnya laki-laki itu menyukai tidur dan jam 08:00 nanti ada kelas yang harus dihadiri, Winda mulai membangunkan Randy.

Anaknya itu menggeliat sebentar sebelum membuka matanya. Randy berusaha menutupi wajahnya dengan lengan ketika cahaya memasuki matanya. Laki-laki beranjak remaja itu menggerutu ketika ibunya mulai menyingkap selimut.

Winda menyingkirkan selimut itu ke sembarang tempat. Dia kemudian melepas penyangga kaki dan tangan yang dipakai oleh Randy untuk menjaga agar tangan dan kakinya tidak mengalami contractures.

Randy menguap, dia masih mengantuk. Sementara Winda mulai melakukan beberapa peregangan pada sekujur tubuh anaknya. Beberapa kali Randy menggeram karena gerakan yang dilakukan Winda pada tubuhnya menimbulkan rasa sakit. Terutama pada bagian persendiannya.

Spastic quadriplegic cerebral palsy. Itu vonis yang diberikan dokter pada Randy ketika usianya menginjak 9 minggu.

Akibatnya, tubuh Randy cenderung kaku dan sangat susah digerakkan. Dia kesulitan mengontrol tubuhnya dari bagian kaki hingga leher.

Bahkan Randy juga kesulitan mengontrol otot-otot pada wajahnya, menyebabkan proses menelan ikut terhambat dan dia harus memiliki sebuah tabung gastrostomi di bagian perut untuk membantunya makan.

Winda berusaha mendudukkan Randy dan membuat anaknya bersandar pada tubuhnya.

Randy semakin berat dari hari ke hari. Suatu hal yang Winda syukuri karena anaknya itu sangat sulit untuk menambah berat badan. Namun juga dalam beberapa hal, penambahan berat badan itu menyusahkan.

Dengan tubuh Randy yang makin besar, dia kesulitan untuk memindahkan dan mengubah posisi tubuh anaknya.

"Eit! Bentar, jangan gendong Kakak." Suara Chavez menginterupsi kegiatan Winda yang memang ingin mengangkat tubuh Randy.

Chavez buru-buru mengambil alih kegiatan yang dilakukan Winda. Dia mengangkat tubuh Randy dan mendudukkannya. Tubuh Randy sepenuhnya bersandar pada tubuh Chavez.

Randy yang memiliki tinggi 145 cm nampak mungil di pangkuan Chavez yang memiliki tubuh setinggi 180 cm.

Winda ikut duduk diatas ranjang. Di hadapan suami dan anaknya.

Chavez meregangkan tangan milik Randy. Tangan itu diluruskan dan diarahkan menuju ke perut besar milik Winda yang sebentar lagi akan menghadirkan keluarga baru untuk mereka.

Winda merasakan getaran yang timbul dari dalam perutnya ketika tangan Randy berada diatasnya. Getaran yang terasa asing walaupun dia pernah mengandung dulu.

Unfinished StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang