love wins all

1.7K 55 6
                                    

"Sudah sampai." Frei berkata dengan ceria sambil menarik rem tangan setelah memarkirkan mobilnya di basement. Matanya melirik pada satu-satunya penumpang yang ada di kursi belakang. Penumpang yang merupakan kakaknya itu ternyata sedang tidur, pantas saja tidak ada tanggapan apapun darinya.

Frei mematikan mesin mobil, baru kemudian keluar dari sana. Dia lalu membuka pintu mobil bagian tengah. Dengan perlahan perempuan itu menarik keluar kursi roda yang diduduki kakak nya. Tindakan Frei sama sekali tak mengganggu tidur laki-laki itu. Setelah kursi roda kakaknya keluar, Frei menutup pintu mobil kemudian menguncinya. 

Dengan mendorong kursi roda besar itu, Frei berjalan memasuki apartemennya di lantai 10 menggunakan lift. Sesampainya di depan pintu, perempuan itu memasukkan pin kemudian membuka pintu. Lampu depan yang menyala otomatis adalah hal pertama yang menyambut mereka.

Frei melepas sepatunya kemudian duduk di lantai untuk melepaskan sepatu kakak nya. Laki-laki itu tidur terlalu pulas, hingga kegiatan melepas sepatu bahkan tak membangunkannya. Dia kemudian menaruh kedua sepatu itu diatas rak.

Meraih kembali holder di belakang kursi roda kakak nya, Frei mendorong benda itu memasuki salah satu kamar. Tak ada banyak benda dalam ruangan itu. Hanya sebuah ranjang berukuran queen size, satu lemari kecil dan besar, cermin setinggi 150 cm, juga sebuah rak yang menempel di dinding setinggi 200 cm.

"Kak Billy." Panggil Frei pelan sambil mengusap pelan pipi laki-laki itu.

Laki-laki yang dipanggil Billy itu kemudian mengerjapkan matanya. Dia meregangkan tubuhnya sejenak, lalu membuat beberapa baby voice sebelum matanya yang besar terbuka penuh. Kebiasaan laki-laki itu sebelum betulan bangun tidur.

Frei merasa perlu membangunkan kakaknya sebelum membersihkan tubuh laki-laki itu. Bila tidak, Frei akan merasa melakukan tindakan pelecehan karena menyentuh tubuh Billy tanpa sepengetahuan kakaknya.

Billy tertawa pelan saat rambutnya diusak oleh Frei. Tak urung hal itu membuat Frei ikutan tersenyum. Hari ini pasti berjalan dengan sangat baik hingga Billy tidak marah saat tidur sorenya diganggu. 

Biasanya laki-laki itu sering berteriak ketika tidurnya diganggu, Billy juga sering memukul Frei saat tantrum. Seringkali hal itu terjadi sebab Billy yang kelelahan atau sedang sedih karena beberapa hal tidak sesuai dengan apa yang laki-laki itu harapkan. Frei mencoba maklum, tapi dia dan psikolog Billy sedang berusaha untuk menghilangkan kebiasaan buruk itu.

“Mandi keramas ya? Rambut kakak udah lepek.”

Billy menggerakkan kepala sebagai respon, Frei menganggapnya sebagai persetujuan. Jadilah dia memindahkan tubuh Billy ke ranjang.

Celana panjang laki-laki itu kemudian dilucuti, menampilkan popoknya yang sudah terlihat kotor. Frei melepas benda itu dan membuangnya, kemudian membersihkan bagian kemaluan kakaknya dengan tisu basah. Setelah itu Frei melepas kaus lengan pendek yang dikenakan Billy, membuat tubuh laki-laki itu telanjang sepenuhnya.

Frei kemudian kembali mengangkat tubuh Billy untuk didudukkan diatas commode chair. Perempuan itu lalu mendorong Billy menuju kamar mandi yang ada di kamarnya.

Mata Billy terpejam saat sang adik menyiramkan air di sekujur tubuhnya, dimulai dari bagian rambut hingga kaki. Setelah tubuh laki-laki itu basah, Frei mulai mengaplikasikan shampo di rambut Billy. 

Perempuan itu kadang jahil, dia suka tiba-tiba mencolek pipi Billy dengan tangan yang kotor, seperti sekarang. Frei mencolek pipi kakaknya dengan tangan yang penuh busa shampo, membuat Billy mengerang kemudian tangan laki-laki itu terarah untuk membersihkan busa di pipinya.

Frei kemudian menyiramkan air untuk membersihkan shampo yang ada di rambut kakaknya. Setelah bagian itu bersih, kini perempuan itu memakai bath gloves dan mulai menuangkan sabun. Sabun itu kemudian digosokkan pada tubuh Billy hingga merata.

Unfinished StoriesWhere stories live. Discover now