one of those bad days

934 53 8
                                    

Sayup-sayup suara adzan dari masjid terdekat membangunkan Mira dari tidurnya. Walaupun dia tak punya kewajiban untuk melaksanakan ibadah pada jam-jam dini hari seperti ini, Mira memutuskan untuk duduk dan mengikat rambutnya. Wanita itu kemudian menyingkap selimutnya dan turun dari ranjang.

Mira menuju ruang makan untuk meminum segelas air hangat. Dia lalu membuka pintu belakang yang menghubungkan dengan halaman dan dapur outdoor. Udara dingin menyeruak masuk, membuat Mira memeluk kedua lengannya.

Bukannya kembali ke kamarnya, Mira justru menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Pikirnya air dingin akan membuatnya tidak begitu kedinginan di dapur nanti. Bagaimanapun juga dia harus memasak untuk sarapan sehabis ini bila tidak mau suami dan anaknya terlambat nanti.

Selepas kegiatan bersih-bersihnya, Mira keluar dari kamar mandi. Dia membuka pintu kamar anaknya sebelum menuju dapur. Anak-anaknya masih betah bergelung dalam selimut. Mira tak berniat membangunkannya, dia hanya menghidupkan lampu kemudian berlalu ke dapur.

Mira membuka kulkas, mengeluarkan bahan-bahan untuk membuat sapo tahu sebagai menu sarapan pagi ini. Sapo tahu-nya telah matang saat Mira mendengar suara ribut-ribut yang samar. Dia mengabaikannya, aktivitas itu hampir terjadi setiap pagi antara Johan-suaminya-dan anak bungsu mereka yang memang susah dibangunkan. Wanita itu lanjut meracik bahan-bahan untuk membuat ayam cah jamur untuk bekal makan siang.

Sapo tahu yang sudah matang kemudian disajikan oleh Mira diatas meja makan, begitu juga dengan ayam cah jamur telah dia pack pada lunch box. Wanita itu kemudian masuk ke kamar anaknya untuk menyiapkan seragam sekolah.

Egan-anak bungsunya-mulai memasuki sekolah baru hari ini, jadi seragamnya berbeda. Ada celana panjang, kemeja putih, vest berwarna hitam, juga dasi. Mira meletakkan seragam itu diatas meja.

Setelah seragam dipastikan siap, Mira kemudian mulai membangunkan anak sulungnya yang masih betah tidur padahal ayah dan adiknya sudah membuat keributan sepanjang pagi. Mira menepuk pelan pipi Hagan-anak sulungnya. Laki-laki itu mengerutkan matanya sebelum kemudian bangun.

"Pagi, kak." Mira menyapa, namun hanya lenguhan yang didapatnya dari Hagan. Laki-laki 19 tahun itu bahkan mencoba kembali untuk tidur. Dia kemudian mengusapkan selembar tisu basah di wajah sang anak untuk memaksanya bangun. Cara itu berhasil, Hagan membuka matanya dan melayangkan tatapan protes yang sayangnya tak bisa dilihat oleh Mira.

Mira kemudian mengangkat tubuh Hagan untuk ditempatkan di kursi santai dekat dapur. Hagan harus berjemur tiap pagi bila ingin mendapatkan vitamin D yang cukup agar osteoporosis sekunder yang dialaminya tidak bertambah parah. Wanita itu melanjutkan kegiatannya mencuci alat masak yang tadi dipakai. Tak lupa dia membuat bubur untuk Hagan makan nanti.

"Mmaaahh?" Itu suara Egan memanggil ibunya. Mira buru-buru mencuci tangannya dan mematikan keran walaupun pekerjaan mencucinya belum selesai. Dengan langkah cepat, Mira menghampiri anak bungsunya itu.

Egan terlihat sudah rapi walaupun seragam yang melekat ditubuhnya terlihat kebesaran. Rambutnya yang dipotong ala quiff sudah ditata sedemikian rupa. Mira bahkan dapat mencium bau cedar yang menguar dari tubuh anaknya. Ranselnya juga sudah ditempatkan pada belakang kursi rodanya.

"Ganteng banget anak Mama." Pujinya. Egan tertawa mendengar pujian dari sang ibu. Laki-laki itu lalu membawa kursi rodanya mendekati meja makan.

Mira sudah duduk disana dan siap untuk membantu anaknya makan. Wanita itu mengambil nasi kemudian menyiramkan kuah sapo diatasnya. Ada sawi putih dan pokcoy yang dipilih Mira sebagai isian menemani tahu putih. Dia juga ikut memakan sarapanya sembari menyuapi Egan.

Egan sebenarnya bisa makan sendiri karena walaupun sebagian tubuhnya mengalami kelumpuhan akibat spastic diplegic cerebral palsy, tangan kanannya masih bisa digerakkan. Berbeda dengan Hagan yang sama sekali tidak bisa mengontrol gerak tubuhnya.

Unfinished StoriesWo Geschichten leben. Entdecke jetzt