until I found you - part 1

572 51 4
                                    

Hari ini tanggal 13 Agustus 2023. Dapur di dalam rumah mewah itu nampak sangat sibuk. Sang Nyonya sedang membuat berbagai macam kue. Daripada sebuah dapur, ruangan itu jadi mirip toko roti.

Bau yang wangi mengundang penghuni rumah untuk mendatanginya. Terkhusus Sean Tandiari sang kepala keluarga. Pria itu mengecup pipi sang istri sebelum beralih mengambil kue yang dibawanya.

"Sudah ku bilang kamu bisa suruh pelayan untuk membuatkan semua ini. Jadi kamu tidak kelelahan." Kata Sean pada istrinya, Maya.

"Aku suka melakukannya. Lagipula aku hanya bekerja sebagai quality control disini. Aku tak benar-benar memasak."

Sean melihat segala jenis kue yang tertata di meja. Maya dan hobinya memanggang kue. Tiap hari saja istrinya itu bisa memanggang satu jenis kue. Apalagi di hari perayaan semacam ini. Dapur sudah berubah menjadi bakery, dan bisa dipastikan mereka sekeluarga akan sarapan dengan kue red velvet besar itu.

"Menunduklah. Dasimu berantakan." Kata Maya pada suaminya. Sean justru berjongkok di hadapan sang istri.

Maya terpaksa harus duduk di kursi roda pasca melahirkan anak bungsu mereka 10 tahun yang lalu. Semua jenis pengobatan telah dijalani Maya untuk dapat berjalan kembali, namun hasilnya nihil. Bahkan hingga 10 tahun berlalu dia belum bisa menggerakkan kakinya.

Namun pengorbanan Maya seakan tak ada harganya. Bayi itu bahkan tak bertahan lama, hanya sekitar 3 hari. Maya bahkan belum sempat menggendongnya karena dia baru bangun dari koma satu bulan pasca melahirkan.

"Noa harusnya berusia 10 tahun sekarang." Maya berujar sambil merapikan dasi milik Sean. Pria itu terdiam, rasanya selalu menyedihkan ketika mereka membahas tentang Noa-anak bungsu mereka.

Sean tak menanggapi, dia hanya mengelus pipi Maya sayang. Menghapus air mata yang tiba-tiba turun di kedua mata istrinya.

"Bagaimana wajahnya?" Tanya Maya pada suaminya. Hanya laki-laki itu yang diizinkan masuk ruang incubator untuk melihat Noa.

"Dia punya wajahmu tapi sangat tampan." Jawaban Sean membuat Maya tersenyum, tak nampak menyenangkan justru makin terlihat muram.

"Seandainya hari itu aku menurutimu agar tetap berada di rumah. Mungkin kecelakaan itu tidak akan terjadi. Aku minta maaf."

Sean kemudian memeluk istrinya yang mulai terisak, berbagi kesedihan yang sama. Seorang istri yang ditinggalkan suaminya disebut janda. Suami yang ditinggalkan istrinya akan berstatus duda. Seorang anak yang ditinggalkan orangtuanya disebut yatim-piatu. Lalu apa sebutan orangtua yang ditinggalkan anaknya? Tidak ada. Karena orangtua harusnya tidak ditinggalkan anaknya pergi terlebih dahulu.

。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

Kaki Sean dengan mantap melangkah menuju sebuah panti asuhan. Tempat itu sangat sederhana, hanya berupa rumah tua dengan satu lantai. Nampak kontras dengan penampilan ala borjuisnya. Tak ada anak-anak terlihat di sekitar sana. Hari ini bukan weekend, jadi mereka pergi bersekolah.

Sean sering pergi kesana tiap bulan untuk memberikan sumbangan. Dia adalah donatur tetap disana. Salah satu alasan mengapa panti asuhan itu tetap beroperasi bahkan mampu membiayai seluruh penghuninya untuk mengecap bangku sekolah hingga SMA. Beberapa mantan penghuninya bahkan banyak yang bekerja di perusahaan milik keluarga Tandiari.

Kedatangannya disambut oleh wanita paruh baya disana dengan senang hati. Sean memberikan kue yang tadi pagi dibuat oleh Maya kepada wanita itu-Lastri. Dia menyambutnya dengan senang hati. Lastri kemudian menawari Sean untuk duduk. Mereka berbincang cukup lama ditemani teh melati hangat.

"Ingin menemuinya, Tuan?" Tanya Lastri, Sean mengangguk. Mereka kemudian beranjak dari duduk dan berjalan menuju halaman belakang.

Ada seorang anak laki-laki duduk diatas matras menghadap ke halaman belakang yang dipenuhi jemuran. Seorang gadis kecil berusia sekitar 4 tahun ada disana menemaninya, mengajak laki-laki itu bermain boneka. Gadis kecil itu tetap mengajaknya berbicara walau tidak ada tanggapan apapun dari laki-laki yang lebih tua.

Unfinished StoriesWhere stories live. Discover now