two birds

827 45 4
                                    

Siang ini matahari bersinar sangat terik ketika Nova keluar dari mobilnya. Dengan berjalan santai, laki-laki itu menyusuri halaman yang luas sebelum menuju lobby. Seorang resepsionis menyapanya, Nova tersenyum tipis sambil menundukkan kepala.

Kunci mobilnya ia putar-putarkan di jari sambil menyusuri selasar institusi tersebut. Langkahnya ringan dan pasti menuju suatu tempat. Namun kemudian langkah kaki itu terhenti.

Dapat Nova lihat saudara kembarnya tengah berbincang dengan seorang perempuan seusia mereka. Perempuan itu tidak terlihat canggung ketika berinteraksi dengan Nava , saudara kembar Nova . Tak seperti orang kebanyakan.

Nova menyembunyikan dirinya dibalik pilar terdekat. Mengamati interaksi saudaranya bersama perempuan asing tersebut. Tak memungkiri wajah ayu perempuan itu membuat Nova terpesona, sedikit. Belum lagi caranya berinteraksi dengan Nava membuat Nova seakan menemukan perempuan idamannya selama ini.

Interaksi perempuan itu dengan Nava berakhir ketika seorang wanita yang jauh lebih tua mendatangi mereka. Nova tahu itu perawat Nava . Perempuan asing itu lalu berdiri dan beranjak pergi.

Nova masih betah bersembunyi hingga beberapa waktu kemudian. Ketika dirasa sudah cukup lama, laki-laki itu lalu keluar dari persembunyiannya dan menghampiri kembarannya.

"Hai."

"Haaa... iii..."

"Maaf ya terlambat." Kata Nova sambil mengusak rambut adik kembarnya. Nava hanya menggeleng sebagai jawaban 'tidak apa-apa'.

Keduanya lalu berpamitan kepada perawat Nava. Nova mendorong kursi roda kembarannya menuju tempat parkir tadi. Sementara Nava terlihat tengah menyusun kalimat di tabletnya untuk nanti diucapkan pada kakak kembarnya.

"Tadi ada perempuan membantuku." Suara robotik kemudian keluar dari tablet milik Nava . Laki-laki itu jarang memiliki seseorang yang ingin berinteraksi dengannya, oleh karenanya Nava masih merasa amazed dengan kelakuan perempuan tadi.

"Oh ya? Memangnya kamu kenapa? Jatuh? Ada yang luka?" Ujar Nova sedikit khawatir. Dia tak tahu apa yang menimpa Nava sehingga perempuan itu membantunya. Laki-laki itu baru disana ketika Nava dan perempuan asing itu berbincang.

Butuh beberapa waktu untuk Nava menyusun kalimatnya di tablet. Nova menunggu dengan sabar. Mereka bahkan berhenti sebentar di lobby dengan Nova yang berlutut di samping kursi roda adik kembarnya. Memeriksa kalau-kalau ada luka bila Nava betulan terjatuh tadi.

"Stylus-ku jatuh. Perempuan itu mengambilnya lalu memberikan padaku. Dia bahkan menawarkan dirinya untuk menemaniku selagi Bu Alma pergi tadi."

Suara robotik itu kembali terdengar, membuat Nova merasa lega. Itu berarti epilepsi Nava tidak kambuh kali ini. Karena terkadang kejang yang terjadi pada Nava akibat epilepsi membuatnya jatuh dari kursi roda.

"Kamu bilang terima kasih, kan sebelum dia pergi?"

"Yyyaaahhh..."

Bukan suara robotik yang menjawab pertanyaan Nova. Melainkan suara parau dan serak milik Nava. Nova mengusak rambut adik kembarnya itu sebelum kembali mendorong kursi rodanya menuju ke mobil.

"Perempuan yang baik." Ujar Nova yang diangguki oleh adik kembarnya.

Nova membuka mobil dengan satu kali klik di kunci remote. Mobil Mazda CX-5 itu pun berbunyi. Membuat Nava menyipitkan matanya dan memandang ke arah kakak kembarnya. Merasa bingung.

"Pakai mobilku dulu ya. Aku tidak sempat pulang tadi."

Nava mengangguk, membiarkannya kakaknya membuka pintu mobil dan mengangkat tubuhnya. Laki-laki itu ditempatkan disamping kursi pengemudi oleh Nova . Nava harus rela tidak menyentuh tablet yang merupakan alat komunikasinya karena alat itu jadi satu dengan kursi rodanya.

Unfinished StoriesWhere stories live. Discover now