3. Hidup Jangan Terlalu Serius

183 42 7
                                    

#day3

Clue
#Pendar

Merujuk pada cahaya seperti yang tampak pada lendir kelemayar atau pada permukaan laut pada malam hari dsb.

Jepang 2023

Hwa Gi berjalan dengan membawa beberapa bunga segar di tangannya. Setelah mendapat telpon bahwa ibunya kritis hari itu, sampai saat ini ibunya masih belum sadar, meskipun keadaannya mulai stabil. Jadi hari ini, dia berniat untuk menemani dan mengganti beberapa bunga yang sudah layu di ruang perawatan.

Fumiko, Ibu Hwa Gi sangat menyukai hal-hal yang indah seperti bunga, ia juga menyukai bidadari. Hwa Gi berharap dapat kembali melihat ibunya bersantai setiap pagi di bawah sinar matahari menikmati secangkir teh dan juga pemandangan indah bunga di taman. Hwa Gi ingin melihat ibunya seperti dulu saat ia masih kecil, namun ternyata, kenyataannya tak seindah itu.

Hwa Gi membuka gorden, membuat sinar matahari masuk menerangi ruangan redup. Dia juga mengganti satu persatu bunga layu di dalam vas setelah selesai Hwa Gi duduk di kursi samping ranjang. Dapat ia lihat melalui kaca pada pintu, beberapa perawat berlalu lalang untuk melakukan pemeriksaan ataupun mengantar sarapan untuk pasein.

Hwa Gi menggenggam tangan ibunya, ia mengantuk setelah bekerja semalaman suntuk kemudian menidurkan kepala di tempat ternyaman tanpa melepas genggaman tangan, kemudian dia pun mulai terlelap.

***

Entah berapa lama Hwa Gi tertidur kini dia merasakan usapan di kepalanya.

Hwa Gi tersenyum, tapi enggan untuk membuka mata. Rasanya mimpi ini terlalu indah jika harus ia lewatkan begitu saja. Dia merindukan usapan ini, dia merasa seperti kembali ke masa lalu saat dia kecil. Penuh dengan kehangatan dan kasih sayang. Hwa Gi semakin menikmatinya sampai ia tersadar, ini terlalu nyata jika harus disebut mimpi dengan perlahan Hwa Gi membuka mata, ternyata usapan itu bukanlah mimpi melainkan Ibunya yang tengah tersenyum menatapnya. Pendar kehidupan dari tatapan wanita tua itu semakin meredup.

"Okaasan." Hwa Gi merasa lega melihat ibunya sudah sadarkan diri.

"Hwa Gi, gomene." Fumiko menatap anaknya lekat, ia dapat melihat bagaimana wajah Hwa Gi yang kelelahan.

"Kenapa ibu minta maaf ? ibu tidak salah." Hwa Gi memeluk wanita kesayangannya. Rasanya sudah lama sekali ia tidak dapat merasakan kehangatan ini.

"Ibu minta maaf, karena selalu merepotkanmu," bisik Fumiko.

"Tidak, ibu sama sekali tidak merepotkan. Aku senang ibu sudah sadar, aku akan memanggil dokter." Hwa Gi melepas pelukan lalu berjalan keluar.

Setelah dokter memeriksa ibunya, Hwa Gi kembali duduk dengan nampan yang ada di pangkuannya. Dia berniat untuk menyuapi ibunya.

"Hwa Gi ..." Panggil ibunya.

"Ibu sudah lelah jika harus terus berada di sini, apakah kamu tidak lelah? kita pulang saja nak lagi pula sakitku tidak akan mudah untuk disembuhkan." Fumiko berharap anaknya mengerti apa yang diinginkannya, dia tidak ingin putra semata wayangnya terus bekerja keras untuk membiayai pengobatannya saat ini.

"Berhenti berkata seperti itu, aku ingin ibu sembuh." Bibir Hwa Gi tersenyum namun kenyataannya hatinya ingin menangis.

"Tapi ibu tidak ingin terus merepotkanmu, kamu pasti lelah harus terus bekerja untuk biaya pengobatan ibu."

Hwa Gi mengambil satu sendok bubur dan mulai menyuapi ibunya. Menghiraukan semua yang diucapkan ibunya. Ruangan itu kembali hening, hanya terdengar suara sendok yang beradu dengan mangkok.

HWA GI-SSI (END)Where stories live. Discover now