27. (Masa Lalu) Diculik

69 22 1
                                    

#day27

#latu

bunga api; kilatan api

contoh: 'sakit matanya melihat lelatu las itu'

***

Hwa Gi menatap kesal pada buku harian miliknya, dalam otaknya selalu bergumam mengapa kamu sangat bodoh menulis perasaan sukamu yang tak lazim di buku ini?

Dia kini sedang berdiri di depan tong sampah. Di tangannya ada pemantik dan dia mencoba menyalakan pemantik tapi tidak berhasil hingga percobaan ke tiga barulah api itu menyala dan Hwa Gi mengangkat buku hariannya, ingin membakar buku yang ia anggap sampah sekarang juga. 

Lembaran demi lembaran itu disulut latu, hingga satu persatu dengan cepat berubah menjadi abu. Hwa Gi melempar buku diary pada latu yang berkobar di tempat pembakaran sampah dengan cepat latu menyambar, membakar segala isi hati Hwa Gi yang tertulis di buku. Dia berharap kejadian ini lambat laun akan terlupakan, untuk sementara tidak apa Hwa Gi harus menerima hujatan dari orang-orang di sekolah karena sejak awal Hwa Gi memang tak punya teman.

"Apa yang kau lakukan di sini malam-malam?" tanya Ha Joon, ayah Hwa Gi sambil menenggak botol minuman keras di tangan.

"Hanya membakar sampah," sahut Hwa Gi.

Ha Joon berdiri sejajar dengan Hwa Gi, ikut memandangi kobaran api yang semakin membesar. Jika orang tua itu berbicara dengan nada normal begini berarti ada sesuatu yang diinginkannya, Hwa Gi sudah teramat hafal dengan perangai ayahnya. "Apa kau punya uang? gajiku ditahan oleh bos keparat itu," ujar Ha Joo. 

Ha Joon bekerja menjadi buruh serabutan dengan jumlah gaji tidak begitu bagus tapi itu semua selalu dia habiskan untuk bersenang-senang apa lagi setelah Hwa Gi bekerja dia semakin lupa diri. Dulu Ha Joon memiliki pekerjaan yang bagus di sebuah. perusahaan tapi karena satu hal entah apa itu,  Ha Joon dipecat dan di blacklist dari semua perusahaan.

Hwa Gi menyeringai lalu menyahut, "Aku tidak punya uang."

"Bohong, di mana gajimu saat bekerja di toserba itu?" 

"Appa kira sekolahku tidak memakai biaya? kebutuhan kita sehari-hari apa tidak membutuhkan uang?" balas Hwa Gi.

"Ck … dasar anak tidak berguna." Ha Joon menoyor kepala Hwa Gi lalu dia berjalan masuk ke dalam rumah.

"Kau juga ayah tidak berguna," gumam Hwa Gi teramat pelan.

Di malam hari, angin musim dingin berhembus menambah besar kobaran si jago merah di dalam tong sampah. Hwa Gi memasukkannya tangannya ke saku mantel tebal miliknya guna mencari kehangatan di antara rasa beku yang mendera. Hwa Gi selalu berusaha mengarahkan otaknya untuk berpikir positif dan memikirkan masa depan yang cerah.

Namun semua tidak sesuai harapan, Hwa Gi kira dia masih bisa menanggungnya namun esok hari ketika dia tiba di kelas, Hwa mendapatkan coretan di meja miliknya dengan tulisan 'Gay Sialan'. Entah siapa pelakunya Hwa Gi juga tidak tahu dan dia malas mencari tahu. Beruntung spidol yang digunakan tidak permanen, jadi bisa dihapus dengan air.

Tidak sampai di situ, rupanya kabar Hwa Gi yang menyukai sesama jenis sudah tersebar ke seluruh Gwangju High School dan ketika Hwa Gi memasuki kantin dia tak berhenti diganggu. Saat Hwa Gi siap menyantap makanannya, sekelompok anak laki-laki datang dan duduk mengelilingi Hwa Gi. Suasana kantin sangat ramai, tetapi saat mereka masuk seketika menjadi hening, suara kursi dan meja beradu terdengar berisik saat mereka duduk.

Hwa Gi ingin berdiri membawa nampan miliknya, tapi bahunya tiba-tiba ditekan.

"Apa mau kalian?" tanya Hwa Gi.

HWA GI-SSI (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang