01-Anak-anak Setan

115 42 56
                                    

"Biasanya sosok yang ada pada hari minggu di sekolah itu, kalo bukan petugas sekolah, ya setan."

Hari libur adalah hari yang tenang untuk semua orang, tak terkecuali murid-murid SMA Pancasila, sekolah Elite yang berada di Jakarta Selatan.

Beberapa dari mereka mungkin sedang menikmati liburan mereka di Bali, Paris, atau mungkin berlibur di laut sembari berenang bersama para dugong.

Walau banyak orang yang berkata bahwa 'Semua orang berhak untuk bahagia' tapi kenyataanya, kebahagian itu tidak datang kepada semua orang.

Buktinya pada saat murid-murid yang lain sedang menikmati hari terakhir liburan mereka, ternyata ada beberapa dari mereka yang tidak bisa menikmati itu.

Seperti dua orang yang terlihat sedang gerasak-gerusuk di depan salah satu kelas di SMA Pancasila ini.

Di depan kelas, seorang gadis cantik dengan menggunakan atasan crewneck hitam serta bawahan celana jeans pensil, sedang berdiri menunggu temannya sembari menopang alat peraga berbentuk tengkorak pada tangannya.

"Mil, ini tengkorak mau ditaro mana?" tanya Gaby seraya melambai-lambaikan tangan tengkorak alat peraga milik kelas IPA.

Dia adalah Gaby Ananta, gadis cantik dengan rambut panjang terurai yang memiliki wajah blasteran serta kulit putih seputih susu. Pada hari libur itu, dirinya itu justru malah harus berada di sekolah menjalankan beberapa tugas, di saat teman-temannya yang lain sedang pergi berlibur.

Dari dalam kelas, keluar lah seorang laki-laki berkulit putih, berwajah tampan baby face, dengan badan yang tidak terlalu besar.

Laki-laki itu berjalan keluar melewati pintu kelas dengan memasang wajah masam.

"Ah... elah, banyak nanya nih Gaby!" gerutu Milas dengan suara menyeret.

Laki-laki itu terlihat mengenakan jas lab berwara putih milik kelas IPA. Ia terlihat seperti sedang sibuk memindahkan tumpukan barang-barang praktik yang berada di dalam kelas.

Nah, kalau cowok yang keliatan sok kuat tapi wajahnya unyu-unyu itu adalah Milas Scarlet, sahabat dari Gaby Ananta.

Meski Milas memiliki tubuh yang tidak terlalu besar, tetapi tenaganya lebih dari cukup untuk memindahkan tumpukan barang-barang sebanyak dan seberat itu.

Sejatinya kala itu Milas tidak ingin bercanda dan ingin pekerjaan itu cepat selesai. Namun, berkat perkataan Gaby barusan, membuat Milas sedikit kesal mendengarnya, ia merasa kalau Gaby hanya bermain-main dan tidak berniat membantunya sama sekali.

"Lempar aja Gab, lempar!" Milas terus berjalan melalui Gaby sembari mengabaikannya.

Tidak mau ambil pusing, dengan santai, Gaby lalu membuang alat peraga itu ke lantai.

"Okey."

Milas panik - Bagaimana tidak? Secara alat peraga itu adalah properti milik sekolah, sudah pasti nantinya Milas yang akan disalahkan oleh pihak sekolah jika alat peraga itu sampai rusak. Karena pada tugas kali ini Milas lah yang menjadi penanggung jawabnya.

Milas terbelalak sesaat mendengar suara alat peraga yang terjatuh.

"Anjir lo Gab!" Ia dengan segera menaruh tumpukan kotak yang sedang ia bawa itu di lantai. "Gak ada otak lo ya?" maki Milas dengan penuh emosi.

Dengan cepat, Milas langsung berlari mengambil alat peraga tengkorak yang tergeletak di lantai itu.

"Kenapa lo buang dah?!" Milas menghela kasar napasnya.

"Lah... kan tadi lo yang nyuruh." Seperti biasa, Gaby berbicara dengan begitu santai seolah-olah ia tidak salah sama sekali.

Emang pure ngeselin sih itu orang.

Kelas Fir'aunWhere stories live. Discover now